Kenapa ekspresimu begitu, Kim?" tanya Viona heran.
"Moreno Drigory? Ibu akan bekerja di sana?" tanya Kimberly sekali lagi mencari konfirmasi dari ucapan sang ibu.
"Iya, kenapa. Kenapa kau bertanya dengan ekspresi seperti itu? Apa ada yang aneh?"
"Ibu tahu siapa dia?" tanya Kimberly.
"Ya, orang paling kaya di kota ini," jawab Viona.
Kimberly mengerutkan keningnya. Apakah ibunya benar-benar tak tahu. Atau memang ucapan Elena hanya omong kosong saja?
"Kimberly, kalau kau ingin mengatakan sesuatu. Katakan sekarang. Jangan membuang waktuku!"
"Ouh, i-iya," ucap Kimberly.
"Cepat katakan!"
"Emmmh .... " Kimberly tak mungkin mengatakan tentang kisah mafia itu kepada ibunya. Tapi, ia juga tak bisa membiarkan begitu saja ibunya masuk ke rumah Moreno Drigory.
"Kim?" desak Viona.
"Aku mau ikut, Bu," ucap Kimberly spontan begitu saja.
"Haaah?" Viona mengernyitkan keningnya. "kau tidak sedang bercanda kan, Kim? Ibu ma melamar pekerjaan. Kenapa kau mau ikut?"
"Untuk memberimu dukungan," ucap Kimberly.
"Astaga!"
"Kumohon," ucap Kimberly dengan wajahnya yang ia buat semanis mungkin.
Viona hampir tak pernah melihat ekspresi wajah ini dari Kimberly sejak kematian suaminya. Ia luluh begitu saja. Saat sang putri memohon.
"Kenapa aku punya putri sepertimu?" ucap Viona seraya masuk ke dalam mobil. Diiringi oleh langkah kaki Kimberly yang mengikuti Viona.
****
Mobil Viona berhenti di depan sebuah rumah mewah. Namun, terlihat seperti lama tak pernah terurus.
"Apa rumah ini ditinggali manusia?" gumam Viona.
"Ibu, ini namanya gaya klasik. Kalau kau menggunakan kalkulator saja belum tentu cukup untuk menghitung nilai dari rumah ini," ucap Kimberly. Bukan hanya Viona yang takjub melihat rumah ini. Kimberly juga kagum bukan main.
Di halaman rumah ini saja ada air mancur yang desainnya begitu ia unik. Ada patung burung elang di tengah. Dari paruhnya keluar air.
"Ibu tak akan menghabiskan uang hanya untuk membuat air mancur di halaman rumah. Untuk apa kita membayar tagihan listrik dan air hanya untuk ini? Konyol sekali," gumam Viona.
Kimberly memutar bola matanya. Ia merasa ibunya norak sekali. Ia ingin turun dari mobil. Tangannya baru saja menegang tuas pembuka pintu mobil. Viona sudah menahannya.
"Ingat, kau berjanji tak akan membuat onar. Ibu akan masuk ke dalam dan kau tunggu di dalam mobil. Sampai ibu kembali," ucap Viona.
Kimberly hanya tersenyum mendengar peringatan dari ibunya. "Baiklah."
Viona segera merapikan rambutnya. Ia melihatnya ke dalam kaca. Ia sama sekali tak memakai riasan. Sejak menjadi janda. Ia sama sekali tak bergairah untuk memperbaiki penampilannya.
"Cepatlah, Bu!" Kimberly tak tahan melihat ibunya terus menatap kaca dengan gugup.
"Okey, ibu siap. Kim, semoga ibu dapat pekerjaan di sini."
Viona segera keluar dari mobil. Terlihat jelas kalau wanita ini gugup bukan main. Kimberly sedikit merasa bersalah kepada ibunya karena harus bekerja. Tapi, bukankah itu memang kewajiban orang tua. Andai saja ayahnya masih ada.
Viona sudah berhasil masuk ke dalam rumah besar milik Moreno Drigory. Setelah bertemu dengan penjaga di depan pintu. Sebelum memasuki halaman rumah ini juga mereka harus melewati beberapa petugas keamanan di depan. Benar-benar rumah orang kaya.
Kimberly menunggu ibunya di dalam mobil sambil melihat-lihat ke sekitar rumah. Di tempat sebesar ini, sama sekali tak ada suara bising terdekat. Ia hanya melihat sebuah pemandangan kosong. Seperti kediaman tak berpenghuni.
Seseorang mengetuk kaca mobil. Kimberly yang tengah asyik melihat-lihat pun mau tak mau harus menoleh ke arah suara. Baru sekali menoleh, ia sudah menghela napas kasar.
"Kenapa kau kemari?" Sosok yang mengetuk pintu itu ternyata adalah Nathan. Entah dari mana datangnya. Tiba-tiba, ia begitu saja muncul.
"Aku menemani ibuku ke sini," jawab Kimberly yang hanya membuka kaca mobilnya setengah saja.
"Ibumu? Untuk apa ibumu datang ke tempat seperti ini?" tanya Nathan.
"Dia bilang untuk melamar pekerjaan," jawab Kimberly.
Gelak tawa Nathan pecah saat mendengar ucapan Kimberly. Tentu saja, Kimberly kesal karena Nathan menertawainya. Ia buru-buru menutup kembali kaca mobilnya.
Seketika Nathan menghentikan tawanya. Ia Kembali mengetuk kaca mobil itu.
"Buka!" perintah Nathan. Kimberly membiarkan begitu saja Nathan, namun pria itu justru semakin bersemangat mengetuk kaca mobilnya. Terpaksa ia membukanya kembali.
"Keluarlah. Jangan di dalam," perintah Nathan.
"Aku ingin di sini saja," jawab Kimberly.
"Dengarkan kata-kataku. Atau kau akan menyesal!"
Ancaman Nathan sedikit banyak cukup berpengaruh pada Kimberly. Ia masih teringat akan ucapan Elena kalau Nathan adalah anak dari seorang mafia.
Kebetulan keluar dari mobil. Ia langkahkan menatap Nathan. "Kau mau apa sekarang?" tanya Kimberly.
***
Viona yang baru saja diijinkan masuk oleh penjaga di depan pintu, terlihat sangat gugup saat memasuki rumah ini.
"Astaga, apa aku berada di era masa lalu? Kenapa semua yang ada di sini semuanya terlihat antik?" gumam Viona.
"Nyonya Watson," seseorang menyapa Viona dari belakang hingga membuat Viona terkejut bukan main.
"Astaga!" Viona membelalakkan matanya karena Black tiba muncul.
"Maaf, mengejutkanmu. Anda datang lebih awal sepuluh menit. Tuan Drigory belum selesainya dengan jadwalnya," ucap Black.
"Oh, tidak apa-apa. Saya sangat menghargai waktu. Makanya saya datang lebih awal," ucap Viona.
"Silahkan ikut saya," ajak Black dengan sangat sopan.
Viona menurut saja ke mana Black melangkah. Ia tak mau terlalu banyak berprasangka. Ia hanya ingin bekerja saat ini dan bisa menafkahi putrinya. Hanya itu saja yang ada di pikirannya saat ini.
Black membawa Viona ke sebuah ruangan yang cukup formal. Ada meja kerja dan beberapa buku yang tertata manis di rak belakang.
"Silahkan tunggu di sofa ini. Tuan Drigory akan segera datang," ucap Black.
"Oh, baik," jawab Viona. Ia melihat ke sekeliling. Masih kentara sekali kalau ia gugup. Kakinya bahkan sulit untuk diam. Selalu saja gemetaran.
Black segera keluar meninggalkan Viona. Sementara seorang diri, Viona melihat k sekeliling ruangan ini. Matanya tertarik saat melihat sebuah foto keluarga yang sangat besar. Seorang pria gagah, nan tampan. Namun terlihat begitu garang. Berdiri bersama dengan seorang wanita cantik. Anehnya, wajah wanita itu begitu menghangatkan. Sangat kontras dengan sosok yang ada di sampingnya.
Di tengah dua orang ini berdiri dua orang anak laki-laki. Yang satu terlihat seperti remaja. Dan yang satu terlihat masih kanak-kanak.
"Apa ada yang aneh dengan foto itu?" Seorang pria kekar berwajah garang masuk mengagetkan Viona.
"Ouh, maaf. Saya tidak mengatakan apa pun, Tuan," ucap Viona sambil berdiri.
"Silakan duduk saja. Aku tidak meminta Anda untuk berdiri," ucap pria itu yang tak lain adalah Tuan Drigory.
Viona melihat ke arah pria itu. Lalu menoleh ke arah foto di dinding. "Itu Anda?" tanya Viona.
Bersambung ....