webnovel

Daftar Operasi TF Amethyst

Seorang pria tua, seorang pemuda dan seorang anak perempuan, ketiganya berdiri di atas padang rumput nan luas, di bawah langit yang bersih dari awan. Sang anak perempuan memandang keadaan di sekelilingnya dengan mata berbinar. Sebelumnya ia harus melewati padang salju dan lorong kecil yang gelap, jadi wajar kalau benaknya kini dipenuhi pertanyaan. “Grandpa, tempat apa ini?” Sang pria tua berlutut di hadapan cucunya sebelum dengan lembut ia menjawab. “Penduduk lokal menyebut tempat ini Benua Amstell.” “. . . Benua Amstell?” Sang anak perempuan memiringkan kepala mungilnya sementara kakeknya melanjutkan. “Delapan tahun yang lalu Grandma menemukan tempat ini secara tidak sengaja, sayangnya di tempat ini pula Grandma meninggal. Jadi, maukah kau membantu Grandpa menjaga tempat peristirahatan terakhir Grandma ini?” Sang anak perempuan mengangguk mantap sebelum menjawab. “Tentu saja, Claire akan menjaga tempat ini dengan sekuat tenaga.” Sang pria tua lalu menoleh ke arah pemuda di sampingnya sebelum berkata. “O’Neil, kau tahu aku dan Samantha memperlakukanmu seperti anak kami sendiri, dan kami tahu kau memutuskan masuk militer karena tidak mau bersaing dengan Robert dalam mengelola korporasi yang akan kami tinggalkan, meski bakatmu dalam berbisnis jauh lebih baik.” “. . .” “Tapi setidaknya berjanjilah kau akan membantu Claire menjaga tempat ini, karena begitu keberadaan Nouel diketahui, seluruh dunia akan memperebutkan tempat ini.” “Anggap sudah terlaksana.” Jawab Sang Pemuda dengan kasual, namun Sang Pria Tua seketika tersenyum karena ia tahu anak angkatnya tersebut tidak pernah mengingkari kata-kata yang ia ucapkan. *****

Tropic_Panda · Adolescents et jeunes adultes
Pas assez d’évaluations
79 Chs

7.10 - Badai Api

Sambil menggertakkan gigi Kapten Rasser memandang meja display yang menampilkan sisa-sia Lagra City. Saat ia meninggalkan Lagra City, kota tersebut belum menerima serangan udara dari Buriek Air Corps. Jadi ia tidak tahu kalau kota tersebut kini sudah berubah menjadi arang dan abu.

Namun alasan utama yang membuat darah Kapten Rasser mendidih adalah, deretan ratusan tombak di depan Kastil Lagra dimana atasnya tertancap kepala anak-anak yang ikut mempertahankan tembok kota.

'Aku tidak seharusnya bersimpati kepada elemen Buriek Kingdom yang tertimpa badai api.'

Butuh beberapa lama sebelum akhirnya Kapten Rasser berhasil menenangkan diri, lalu menoleh ke arah pria yang memperkenalkan diri sebagai Nate. 

"Ser Nate, apa yang bisa saya bantu?"

Dengan kasual Nate menjawab.

"Kami berencana melancarkan serangan udara berat ke Lagra City, jadi kami ingin memastikan apakah ada penduduk atau elemen Sandhur Guard yang bersembunyi di bunker di bawah reruntuhan?"

Nate masih ingat dengan jelas kalau dalam sebuah operasi, elemen QRF menemukan dua orang anak yang disembunyikan di bawah kandang kuda. Dalam evaluasi operasi kemudian ditambahkan prosedur untuk memeriksa kemungkinan adanya ilegal target yang bersembunyi di bunker di area yang akan menjadi sasaran airstrike. Apalagi setelah itu diketahui kalau sebagian besar penduduk di Magwurt City memiliki bunker di bawah tempat tinggal mereka.

Karena itu intel dan penilaian dari Kapten Rasser akan sangat vital dalam menentukan metode dan intensitas serangan ke Lagra City. 

Setelah mengamati meja display dengan lebih teliti, Kapten Rasser lalu berkata.

"Taktik dasar yang kami gunakan sebagai antisipasi terhadap kejatuhan tembok terluar adalah, membangun pertahanan berlapis dengan memanfaatkan tata letak bangunan termasuk bunker bawah tanah. Pertahanan berlapis ini ditujukan untuk melindungi pengunduran ke Kastil Lagra sembari menguras darah penyerbu sebanyak mungkin."

". . ."

"Namun dengan kondisi Lagra City yang sudah hampir rata dengan tanah, saya rasa Viscount Issel akan memilih menumpuk seluruh kekuatan di tembok kota dan mengevakuasi anak-anak di bawah usia 10 tahun ke dalam Kastil."

Nate mengangguk kecil sebelum berkata.

"Terima kasih, kini kami bisa melancarkan serangan udara dengan hati lapang. Tengah malam nanti kami juga akan mengirim elemen infanteri, penangkis serangan udara, konstruksi dan paramedis. Kami berharap Anda bersedia menjadi perwira penghubung dengan defender di Kastil Lagra."

"Tentu saja."

Air mata sukacita segera mengalir dari kedua sudut mata Kapten Rasser. Ia sudah diberitahu kalau Kastil Lagra saat ini sedang mendapat tekanan yang luar biasa berat dari elemen Buriek Guard. Namun sebelum ia sempat memohon dan mengemis, Nate justru memberitahunya kalau bantuan akan segera dikirim. 

Jadi wajar kalau sementara air matanya mengalir dengan deras, Kapten Rasser juga mulai tersedu.

- - - - -

Matahari baru saja tenggelam ketika empat AH-1Z Viper dari Skuadron Flying Duck melintasi bekas perkemahan Brigade Rober. Perkemahan yang terletak 22 km di sebelah barat FOC South 1750 tersebut baru saja menerima salvo dari elemen MLRS 122, dengan total 640 roket yang ditembakkan dalam waktu kurang dari tiga menit.

Sensor Viper menangkap pergerakan kecil di beberapa sudut perkemahan, namun mengacuhkannya dan terus melaju menuju ke barat. Unit kavaleri di perkemahan yang mereka lewati pada dasarnya sudah berhasil dinetralkan dari fungsinya sebagai elemen tempur, sedangkan misi yang mereka emban jauh lebih penting dibandingkan menghabisi sekumpulan kecil target yang sedang mencoba melakukan pengunduran.

Saat terbang di atas Levsait, keempat Viper juga mengacuhkan berbagai target menggoda yang ditangkap sensor dan melewatinya begitu saja.

Sejak mengudara dari Davy Jones MOB, nyaris tidak ada percakapan di antara pilot maupun percakapan dengan pengendali operasi. Radio dicipline baru pecah ketika  Kapten Russel melihat Kastil Lagra di kejauhan.

Sebagai flight leader, Kapten Russel segera memberi instruksi.

"Duck Leader, All Duck, masuk."

[White Duck, Duck Leader, diterima.]

[Black Duck, Duck Leader, diterima.]

[Red Duck, Duck Leader, diterima.]

"White Duck dan Black Duck, bersihkan oposisi yang bersiaga 200 meter dari tembok kastil."

"Red Duck, bersihkan oposisi di bawah tembok kastil, lintasan searah jarum jam, aku akan mengikuti dari belakang, confirm." 

[Black Duck, Duck Leader, roger.]

[Red Duck, Duck Leader, roger.]

[White Duck, Duck Leader, roger.]

"Duck Leader, All Duck, ambil posisi dan siaga, Duck Leader selesai."

Begitu perintah diberikan, formasi keempat Viper segera terbelah menjadi dua menuju area yang menjadi tugas masing-masing.

Sementara ia terbang mengitari dinding kastil pada ketinggian 4000 meter, Kapten Russel dengan jelas bisa melihat bagaimana defender di Kastil Lagra berusaha mati-matian menahan serbuan elemen Buriek Guard yang mengalir dengan deras.

Saat pengarahan, Kapten Russel dan rekan-rekannya sempat diberitahu kalau sejak pagi tadi Buriek Guard melancarkan tiga serangan masif ke Kastil Lagra, dan kemungkinan besar  akan berhasil menembus pertahanan kastil pada serangan keempat yang diduga akan dilancarkan setelah matahari tenggelam.

Tanpa menunda-nunda Kapten Russel segera menyalakan speaker dan aplifier yang dipasang oleh para teknisi ke bagian bawah Viper. TF Amethyst tidak memiliki cara lain untuk menghubungi defender di Kastil Lagra, jadi cara primitif terpaksa digunakan.

Begitu speaker dan amplifier menyala, Kapten Russel segera berkata.

"Defender di Kastil Lagra, bertahanlah! Elemen udara dari TF Amethyst datang untuk membantu."

". . ."

"Defender di Kastil Lagra, bertahanlah! Elemen udara dari TF Amethyst datang untuk membantu."

Kapten Russel tidak terlalu ambil pusing apakah pesan yang ia sampaikan diterima dan dimengerti atau tidak, karena yang terpenting adalah aksi yang akan ia lancarkan. Karena itu begitu salam disampaikan, ia segera bergegas meradio tiga Viper lainnya.

"Duck Leader, All Duck, habisi mereka."

[[[Roger]]]

Sesaat kemudian keempat Viper segera menukik, lalu mengirim hujan senapan mesin dan roket ke posisi elemen Buriek Guard dengan telak dan akurat.

- - - - -

Viscount Issel sepenuhnya sadar kalau pada serangan keempat Kastil Lagra dipastikan akan jatuh. Tidak perduli setinggi apa moral defender yang dipimpinnya, atau seberapa banyak kejuatan mematikan yang ia siapkan untuk penyerbu, pada akhirnya jumlah yang terlalu timpang akan menunjukan efeknya cepat atau lambat.

Setiap serangan yang dikirim oleh Buriek Guard, selalu dilancarkan oleh elemen yang masih segar. Sedangkan defender di Kastil Lagra tidak memiliki kemewahan untuk beristirahat atau melakukan rotasi. Kastil Lagra memang berhasil menahan serangan dari Buriek Guard hingga tiga kali, namun harga yang harus dibayar cukup mahal, yaitu dengan kehilangan 8 dari 10 defender terbaik.

Begitu serangan keempat dilancarkan oleh Buriek Guard, Viscount Issel segera memberi perintah kalau dinding kastil sampai tertembus, maka seluruh anak-anak dan personel non-combatan yang di dalam kastil harus segera meminum obat tidur dosis tinggi agar dapat menyeberang dengan damai, sementara sejumlah kecil defender akan membakar seluruh kastil untuk mengkremasi tubuh penghuninya yang sudah meninggal sekaligus sebagai usaha untuk menghancurkan setiap benda berharga yang ada di kastil. Dengan begitu diharapkan Buriek Guard hanya akan mendapatkan arang dan abu.

Setelah itu, dengan tubuh yang didera keletihan luar biasa Viscount Issel kembali mempimpin pertahanan di dinding kastil, dan ia sedang terlibat duel maut dengan seorang kapten dari Buriek Guard ketika sekonyong-konyong terdengar suara nyaring mengenai bantuan dari pihak tidak dikenal yang menamakan dirinya TF Amethyst.

Tentu saja Viscount Issel tidak mempercayainya begitu saja. Siapa tahu kalau hal tersebut hanya taktik pengalihan dari Buriek Guard, meski ia juga penasaran kenapa mereka melakukan hal konyol tersebut.

Namun keraguan perlahan-lahan menyelimuti hati Viscount Issel sesaat setelah ia melihat tanda tanya besar di dahi Kapten yang sedang dihadapinya, apalagi tidak lama berselang hujan panah api dan tombak api menimpa elemen Buriek Guard yang sedang mencoba memanjat dinding kastil dan elemen yang sedang bersiaga menunggu giliran untuk naik.

Dalam sekejap aliran serangan Buriek Guard terputus dan defender di atas tembok kastil dengan mudah mendominasi dan membersihkan elemen Buriek Guard yang sudah berhasil naik ke atas dinding kastil.

Dengan mulut ternganga dan mata terbelalak Viscount Issel dan seluruh defender di atas dinding kastil lalu memandang benda terbang yang sedang memuntahkan panah api dan tombak api ke posisi elemen Buriek Guard.

Dengan interval yang pendek namun rapat, panah api atau tombak api akan menyembur dari dagu atau sayap benda terbang tersebut, dan menghasilkan siluet yang mirip seperti capung.

Sementara Viscount Issel sedang terbengong, Baron Ossik yang bertugas memimpin defender di sisi lain berlari menghampirinya dengan tergopoh-gopoh.

"Viscount Issel, apakah mereka bantuan dari Kingdom Buriek. Kenapa saya tidak pernah mendengar unit dengan nama TF Amethyst?"

Dengan mantap Viscount Issel menjawab.

"Baron Ossik, aku tidak tahu dari mana mereka berasal, namun aku sepenuhnya yakin kalau mereka bukan berasal dari Kingdom Makai."

Serangan dari capung terbang tidak dikenal memang sangat potent, namun serangan tersebut tetap saja tidak bisa menghabisi seluruh elemen Buriek Guard yang sedang melancarkan serangan ke Kastil Lagra. Meski begitu, efek dari serangan kejutan tersebut sudah lebih dari cukup untuk membuat elemen dari Buriek Guard pontang-panting melakukan pengunduran diri.

Sementara Viscount Issel, Baron Ossik dan seluruh defender di atas dinding kastil sedang terbengong memandang kekacauan yang menimpa elemen Buriek Guard, suara nyaring yang sebelumnya membuat mereka bertanya-tanya di dalam hati kembali terdengar.

"Defender di Kastil Lagra, jangan keluar dari kastil. Serangan udara berat akan segera dilancarkan ke setiap sudut Lagra City."

". . ."

"Diulangi, Defenfer di Kastil Lagra, jangan keluar dari Kastil. Bertahanlah, elemen perkuatan dan pendukung dari TF Amethyst akan segera tiba."

". . ."

"Defender di Kastil Lagra, bertahanlah, Lady Erien dan Kapten Rasser mengirim salam."

Tidak lama berselang, ledakan demi ledakan menimpa Lagra City secara merata, dan dalam sekejap mengubah kota tersebut menjadi lautan api.

"Dewa-dewa yang tinggal di langit sedang menunjukkan amarahnya."

Gumam Viscount Issel sambil menelan ludah keras-keras, sementara Baron Ossik dan defender di sekitarnya hanya bisa mengangguk-angguk layaknya anak ayam mematuki beras.

*****