Mereka berdua tidur di tempat yang telah disediakan masing-masing. Sementara Naruto tidur di atas kasurnya, Emera hanya tidur di lantai beralaskan futon. Emera memang merupakan tamu di sini dan Naruto tidak memiliki tempat tidur tambahan, jadi menggelar futon menjadi pilihan yang diambil.
Dalam tidurnya ini, Emera tetap menggunakan pakaian yang sama dengan pakaian yang biasa dia kenakan. Hanya saja, dia melepaskan jaketnya dan menutupi tubuhnya menggunakan selimut. Dia merupakan orang miskin bagaimanapun dengan hanya memiliki satu pasang set pakaian. Tentu saja dia tidak memiliki baju tidur.
Pagi hari di keesokan harinya telah tiba. Hari ini adalah hari di mana ujian Chuunin dilanjutkan setelah jeda singkat beberapa hari untuk mengistirahatkan para Gēnin yang terlibat. Masih ada beberapa jam sebelum ujian dimulai, sehingga Naruto bisa bersiap-siap sebelumnya ujiannya dimulai, sedangkan Emera bisa mulai mempersiapkan mentalnya sebelum memulai misinya.
"Hoam, ngantuk. Kemarin aku menghabiskan banyak waktu untuk bersih-bersih ruangan ini. Aku benar-benar lelah." Naruto menguap sambil mengusap matanya yang masih lengket.
Dia kemudian membuka matanya lebar-lebar dengan penuh semangat saat mengingat tentang ujian Chuunin hari ini. "Ya! Hari ini adalah hari di mana ujian Chuunin akan dilanjutkan. Aku sudah siap untuk menjadi Chuunin dan menjadi ninja dengan pangkat lebih tinggi!"
Naruto menyingkirkan selimut dari tubuhnya dan pergi ke kamar mandi untuk membasuh mukanya. Pastinya, dia perlu melakukan beberapa hal untuk menambah persiapannya pagi ini supaya bisa mengeluarkan kemampuan prima dalam ujian yang akan datang. Bertarung dengan persiapan setengah-setengah, bukanlah pilihan yang bagus.
*Krak!*
Naruto membuka pintu ke kamar mandi, tanpa memperhatikan jika Emera tidak ada di atas futonnya. Lagi pula, Naruto memang sudah lama hidup sendiri sehingga dia tidak terbiasa saat ada orang lain di apartemennya ini.
Ketika dia membuka pintu kamar mandi, dia melihat Emera yang sedang menggunakan kamar mandi untuk mandi pagi ini. Ini dilakukan Naruto murni dengan ketidaksenangan, dia benar-benar tidak punya niatan untuk mengintip Emera atau melakukan hal buruk lainnya.
Mata Naruto membelalak lebar ketika melihat Emera ada di sana. Ia tidak menyangka tentang ini dan lupa bila kemarin Emera tinggal bersamanya. Otaknya sedang melakukan reboot dan dia bisa dikatakan pingsan dengan mata terbuka melihat Emera.
'Ah, aku ingat pernah menonton ini di anime-anime televisi. Kalau tidak salah, ini adalah momen tentang komedi romantis di mana si tokoh pria tidak sengaja pergi ke kamar mandi ketika tokoh wanitanya sedang melepaskan seluruh pakaiannya.'
'Jika aku mengikuti plot ceritanya, maka si tokoh wanita akan menghukum tokoh pria dengan melemparkan berbagai benda ke arahnya serta memanggilnya dengan sebutan mesum, hentai, binatang, tidak manusiawi, kotor, dan lain-lain.'
'Benarkah? Boleh aku tahu bagaimana kamu bisa menonton anime?'
'Aku memang tidak bisa secara leluasa menonton televisi, tapi terkadang aku bisa melirik dari celah yang akan sangat sempit. Sungguh kasihan sekali, 'kan?'
'Iya, nasibmu sangat kasihan. Kembali ke pembahasan, apa yang akan kamu lakukan sekarang? Apa kamu akan melakukan hal sama dengan yang ada di anime?'
'Tidak. Aku rasa ada baiknya memilih jawaban yang unik dan berbeda.'
Emera mengarahkan wajahnya yang tersenyum manis pada Naruto dan mengatakan, "Apa kamu juga ingin bergabung, Naruto?"
*Blam!*
Naruto langsung membanting pintunya keras-keras untuk menutupnya, kemudian dia melompat ke atas kasurnya, tengkurap dengan selimut yang menutupi badannya, dan memegangi kepalanya menggunakan kedua tangan.
'Apa yang telah aku lakukan!' teriak Naruto dalam benaknya dengan wajah yang memerah malu.
Emera di dalam kamar mandi membuat sebuah senyuman lebar dan nakal, memikirkan tentang rencananya yang berhasil kepada Naruto. Dia tidak memiliki rasa bersalah atau menyesal apapun pada Naruto, entah apa motivasinya.
'Hehe, sudah kuduga Naruto itu hanya merupakan anak lelaki di usia pubernya. Selain itu, dia merupakan anak yang polos dan baik sehingga dia tidak akan melakukan hal-hal kotor seperti itu.'
'Khukhukhu, aku mulai takut dengan diriku sendiri.'
---
Di lain tempat, lebih tepatnya adalah kafe atau Guild Inter-universe, Elena sedang mengelap gelas kosong di sana untuk membersihkannya. Sebenarnya gelas itu masih bersih dari awal, hanya saja dia kurang pekerjaan sehingga dia melakukan sesuatu unfaedah seperti ini.
Selain Elena, ada satu orang lagi yang duduk di salah satu meja pelanggan. Dia memiliki rambut hitam panjang, dengan mata hijau tua, serta kulit putih yang sangat bersih. Wanita itu memiliki aura yang sangat anggun ketika memakai gaun berwarna hijau yang terlihat mewah dan mahal. Tak lupa juga, dia memakai sebuah mahkota emas di kepalanya.
Dia benar-benar terlihat seperti seorang Ratu. Aura yang dipancarkannya, membuat orang di sekitarnya merasa kagum dan akan memperhatikannya bila ada. Sayangnya, hanya ada Elena di tempat selain dia saat ini.
Di depan wanita itu, terdapat sebuah gelas kaca bening dan sebuah teko berisikan teh manis. Sementara di dalam teko teh masih penuh, di dalam gelas teh hanya memenuhi dari keseluruhan volume gelas.
Elena memandang pada wanita itu dan bertanya, "Apa ini sudah sesuai dengan apa yang kamu ingin, Spectator Queen of The South Sea?"
Wanita tersebut menatap ke Elena dan menjawab, "Masih belum. Kebanyakan orang yang pergi ke dunia Naruto akan memilih Naruto, Sasuke, atau tokoh yang dekat dengan protagonis sebagai orang yang direkomendasikan untuk masuk ke kafe ini. Ini tidak akan seru jika dia melakukan hal sama."
"Begitu, ya." Elena berhenti mengelap gelas dan meletakkannya di atas meja kasir. "Hah, aku paham dengan apa yang kamu maksud. Tapi, memang membawa seseorang yang dekat dengan protagonis merupakan pilihan yang aman dari pada membawa tokoh jahat dan berbahaya."
"Apa aku perlu menambahkan beberapa rintangan, ya? Kalau tidak salah, tidak ada masalah untuk menambah isi dari sebuah permintaan selama aku membayar lebih, 'kan?" Dia menunjukkan sebuah seringai kecil yang terlihat seperti senyuman.
"Sebaiknya jangan. Kamu tahu sendiri, 'kan, jika dia hanya merupakan pemula yang baru saja bergabung kemarin hari? Jika jumlah isi permintaan ditambah, mungkin dia akan kesulitan dan malah berakhir gagal, lho."
"Aku rasa itu tidak maslah. Bukankah kegagalan dan luka termasuk resiko bergabung dengan guild ini?" ucapnya yang terdengar menyeramkan.
"Itu tidak akan terjadi selama aku ada di sini. Tujuan pertama aku mendirikan guild ini adalah untuk memberikan seseorang kesempatan agar mendapatkan kehidupan lebih baik. Aku tidak mungkin memberikan sesuatu yang bisa membunuh mereka atau sesuatu kejam menimpa mereka." Elena memelototi pelanggannya itu, seperti tidak masalah jika langganannya terhadap kafe ini akan berkurang.
"Heh, bahkan jika kamu mengatakan seperti itu, terkadang kamu melakukan sedikit kesalahan dalam kemampuan Claircognizance atau ramalanmu itu, 'kan?" Wanita itu sedikit tertawa mendengar pernyataan Elena.
"Mau bagaimana lagi, 'kan?" Elena menganga bahunya. "Bahkan jika aku termasuk salah satu makhluk terkuat di yang bisa menghancurkan planet dengan mudah, aku masihlah seorang manusia. Tidak, sejak awal aku hanya seorang cenayang yang telah menjelajah ke berbagai macam dunia dan mengumpulkan banyak keahlian dari sana."
"Baiklah, baik, aku tahu jika kamu ini bukan Maha kuasa dan masih bisa berbuat salah. Tapi ada satu yang aku tanyakan, teman ini sebenarnya apa, sih? Maksudku, terkadang ini adalah kafe, kedai makan, guild, dan sesuatu tidak jelas lainnya. Ini mulai membuatku bingung ini sebenarnya apa?"
"Oh, ini, tuh, aslinya adalah kedai makan, tapi aku suka memodifikasinya dan mengganti tampilannya. Saat ini, tempat ini adalah sebuah kafe karena aku rasa tempat itu keren," jawab Elena sambil tersenyum bodoh.
"Cukup bercandanya dan mari kita lihat tentang perjuangan seorang gadis kecil." Wanita itu melihat pada sebuah cermin, di mana gambar Emera yang sedang sarapan terlihat di sana.
"Namanya juga Spectator. Justru aneh jika kamu tidak menonton. Ah, tapi kamu tidak menyiarkan 18+ di sini."