webnovel

Control J by: Naanazlf

Irene Axelia, gadis lugu yang kini memasuki dunia perkuliahan. Gadis yang selalu sendiri, menyukai seorang laki laki bernama Raja sejak kecil. Bermula dari Irene yang selalu mengikuti dan mengepoi kehidupan Raja, tanpa pernah dekat sekalipun. Hingga ia baru mengetahui sesuatu yang seharus nya ia tak tau, Irene yang bimbang harus berbuat apa. Akhirnya mengambil jalan yang benar, kembali membuntuti Raja, hingga semua rahasia rahasia itu terbongkar.

Naanazlf0 · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
2 Chs

Ctrl J. Prolog

Ruangan yang didominasi hitam dengan lampu kelap kelip biru itu menjadi saksi bisu seorang gadis cantik mungil yang tengah serius menatap komputer nya.

Bahkan es krim yang ia pegang akhirnya terjatuh dan tumpah ke lantai ruangan gelap itu, tangan nya gemetar hebat, tubuh nya keringat dingin dan nafas nya seolah tercekat.

Ia menghembuskan nafas nya berat, dada nya terasa sesak sekarang. Mata nya terfokus ke satu titik di layar komputer nya, ia mengusap wajah nya kasar.

"No! Nggak mungkin!"

Jari jari lentik nya mulai bermain main di keyboard hitam nya dengan cepat tanpa ada jeda sedikit pun, ia menyalakan lampu dan membiarkan jendela terbuka hingga angin sepoi sepoi masuk menyeruak ruangan itu.

Dada nya yang sesak mulai mereda, ia beranjak lemas dan merebahkan diri nya di sofa empuk itu. Pandangan nya mulai gelap hingga ia berada di bawah alam sadar nya.

Hamparan rumput hijau luas yang tenang, dengan suara kicauan burung yang menghiasi pemandangan indah itu.

Gadis dengan dress selutut bewarna nude dengan riang nya berlari kecil menghampiri sebuah keluarga yang hanya terlihat sampai leher. Gadis yang awalnya terlihat sangat bersemangat itu langsung murung.

"Kenapa aku tidak bisa lihat wajah kalian?"

Salah satu orang di keluarga itu mendekati nya perlahan, gadis itu memundurkan langkah nya takut.

"Kalian tidak punya kepala?"

Orang dihadapan nya ia yakini seorang wanita berusia sekitar 35 tahunan. Wanita itu menggenggam tangan nya kuat.

"Belum saat nya kamu mengetahui ini, sayang!"

Gadis itu memegangi leher nya yang tercekat, seolah ada batu didalam leher nya.

"Tapi, siapa kalian?"

Seseorang dari mereka mendekati nya, ia langsung tau itu laki laki yang mungkin sepantaran nya.

"Bukan sekarang waktu nya."

"Lalu, kapan?"

Gadis itu menangis pelan, hingga seorang pria paruh baya mendekati nya lalu menghapus air mata nya dengan lembut, dari sentuhan nya ia bisa langsung tau laki laki itu sangat menyayangi nya.

"Jangan menangis,"

Gadis itu menatap tiga orang didepan nya dengan sendu.

"Dunia ini keras, kamu tidak boleh lemah! Kamu tidak boleh bersama kami!"

"Kenapa? Apa salah ku? Salah apa yang kuperbuat sampai aku tidak boleh bersama kalian?"

Tangisan gadis itu kembali pecah, laki laki sepantaran nya mencekal tangan nya kuat hingga ia kesakitan.

"Jangan hidup seperti kami, kamu tidak pantas menderita!"

"Bagaimana aku bahagia kalau aku tidak tau siapa kalian?"

Wanita itu mendekati nya dan memberikan nya pelukan hangat.

"Entah kamu sadari atau tidak, kamu percaya atau tidak. Memang ini kebenaran semua hidup mu!"

Gadis itu menatap tiga orang itu kesal. "Baiklah, jika kalian tidak mau aku bersama kalian. Sekarang, beritahu aku, siapa kalian sebenarnya?"

Wanita itu menggeleng kuat. "Kamu tidak boleh tau siapa kami, kalau kamu masih mau bernafas di dunia!"

Gadis itu tertawa sumbang. "Lalu biarkan aku mati!"

"Naya!"

Gadis itu mendongak bingung, Naya? Ia bukan Naya, apa keluarga ini salah orang? Kenapa ia dipanggil Naya? Siapa Naya?

"Na-ya?"

Setelah mengucapkan itu, cahaya putih menyinari nya dengan terang hingga gadis itu menutup wajah nya. Saat cahaya itu hilang, tiga orang itu juga hilang dari sana.

"Hei, dimana kalian?"

Gadis itu berlari mencari cari dimana orang orang tadi, apa Naya marah dan membuat mereka hilang? Ia masih butuh jawaban siapa tiga orang itu.

"Jangan bersembunyi, cepat katakan kalian dimana?"

Saat tengah berlari, ia tersandung batu dan berdarah cukup banyak di lutut nya. Ia meringis perih dan mencari apa yang bisa ia gunakan untuk mengobati luka nya.

Sebuah cahaya menyinari nya dan muncul lah satu orang laki laki berparas tampan dengan pakaian putih bersih, gadis itu mendongak ke arah nya.

"Siapa kamu?"

"Adam."

Gadis itu menyerit bingung. "Adam? Kau nabi?"

Laki laki itu mengabaikan nya dan mengobati lutut nya yang berdarah, ia melupakan rasa perih nya setelah melihat wajah pria yang sangat tidak manusiawi itu.

"Benarkah kamu nabi?"

Laki laki itu menatap nya sebentar dan menggeleng. "Tentu bukan."

"Apa nama mu Adam?"

Laki laki itu kembali menggeleng. Gadis itu mendesah pelan dan menatap nya kesal. "Lalu, siapa kamu?"

Laki laki itu menatap nya intens. "Adam, untuk mu!"

Gadis itu menatap nya kesal. "Tadi kau bilang bukan nabi atau nama mu Adam, apa maksud Adam untuk ku?"

Laki laki itu mengecup luka di lutut gadis itu. "Kamu hawa, untuk ku!"