webnovel

CODE: Nightmare

Heaven. Setelah Perang Dunia ke-3 berakhir dan meninggalkan banyak luka dan derita pada seluruh makhluk hidup di bumi, pulau yang dibangun oleh dua negara adidaya ini menjadi daratan utopia yang didambakan oleh setiap orang. Terlebih, setelah ditemukannya suatu keberadaan astral yang disebut "sihir", umat manusia mulai merangkak naik dari jurang keputusasaan untuk meraih kembali kejayaannya. Dengan tujuan menciptakan dunia yang lebih baik dan membantu umat manusia untuk kembali bangkit, Heaven menjadi pusat pendidikan terbaik di seluruh dunia. Namun, suasana damai itu tidak berlangsung lama. Sejumlah pihak asing yang merasa tidak puas akan sesuatu mulai bergerak dan berniat untuk membawa dunia ke dalam jurang peperangan sekali lagi. Ini adalah kisah tentang Theo, seorang remaja asal London yang memiliki banyak rahasia, dan juga .... Tanggung jawab.

Fu_Yuki · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
5 Chs

CODE-03: Academy Tour

Celaan yang diikuti oleh teriakan keras seorang pria membuat Theo dan Carla menoleh seketika.

"Apa maksudmu?" Theodore menatapnya tidak suka, begitu pula dengan adiknya.

Pria yang berdiri di belakang mereka tampak angkuh dan arogan. Rambutnya pendek dan memiliki warna kecoklatan. Tubuhnya kekar dan kuat. Tangannya menenteng sebuah tongkat besi hitam, yang di ujungnya terdapat sebuah bilah kapak yang terbuat dari hologram berwarna kuning.

Itu adalah salah satu jenis prototipe senjata yang terbuat dari penggabungan ilmu sihir dan teknologi.

Mereka menyebutnya, Core.

Sebuah senjata yang hanya bisa diaktifkan dengan menyalurkan energi sihir. Core dapat dijumpai di toko senjata manapun. Siapapun bisa menggunakannya, asalkan ia mampu mempertahankan jumlah energi yang disalurkan. Meski bilah atau bagian vitalnya terbuat dari hologram, Core tidak kehilangan fungsinya layaknya senjata yang terbuat dari material nyata. Justru dengan itu, Core diakui sebagai jenis senjata terbaik. Untuk membedakan kualitas serta kemampuannya dalam menampung energi sihir, Core terbagi menjadi tiga tingkatan.

Low-rank, Medium-rank, Heavy-rank.

"Meskipun itu adalah low-rank, membawa Core yang sudah diaktifkan dan menghina murid baru tanpa sebab." ucap Carla dengan nada datar. Mata biru lautnya menatap tajam pemuda menyebalkan itu. "Sepertinya kau tidak menganggapku sebagai wakil ketua AOS disini, ya? Henry Crestoria?"

Energi sihir dalam jumlah besar langsung mengalir keluar dari tubuh Carla. Seketika, udara dingin yang menusuk tulang menyelimuti area sekitar bagian depan gedung utama. Seolah sedang menghadapi badai salju yang mengerikan, beberapa murid langsung menjauh dari tempat kejadian. Sementara pria bernama Henry Crestoria itu seketika membeku di tempat. Ia tak mampu bergerak meskipun ingin.

''Sial, aku lupa. Si Sampah itu memiliki hubungan kakak-adik dengan Wakil Ketua Eternova." gumam Henry panik.

"Carla, sudah cukup."

Suara yang lembut itu datang dari sisi kiri Theo. Carla yang menyadari kedatangan pemilik suara segera menghentikan aliran energi sihirnya. Dalam sekejap, udara dingin ekstrem yang mirip seperti badai salju tersebut menghilang tanpa jejak.

"Ketua Luna ...."

"Aku sudah melihat semuanya. Henry, datang ke kantorku setelah sekolah berakhir." titah gadis tersebut.

Henry yang tidak mampu berbuat apa-apa di depan ketua dan wakil AOS hanya bisa mengangguk dan mendecak kesal. Ia menatap Theo dengan penuh kemarahan. Sementara Theo sendiri hanya memandanginya dengan tatapan datar.

"Aku tidak akan melepaskanmu." bisik Henry saat ia berjalan melewati Theo.

Bukannya takut, pria berambut pirang itu justru tersenyum dan semakin tertantang. Ia melirik Henry yang menjauh sekilas, kemudian menatap gadis yang dipanggil "Ketua Luna" itu.

"Hmm ... gadis ini sepertinya cukup berbakat. Entah kenapa, aku merasakan sesuatu yang cukup merepotkan darinya."

Iris biru gelap Theo bergerak ke atas dan ke bawah, mencoba untuk menilai gadis bernama Luna tersebut.

Ia memiliki paras yang tak kalah cantik dengan Carla. Rambut panjangnya yang agak bergelombang dan berwarna hitam terlihat menawan. Sama seperti Carla, ia juga mengenakan jas panjang yang memiliki warna transparan di bagian bawah jubah, tepat di area pinggul hingga mata kaki. Hanya saja, bagian transparan di jubah milik Luna berwarna hijau, sama seperti iris matanya. Sedangkan Carla berwarna biru laut. Luna memiliki postur serta bentuk tubuh yang cukup normal di usianya yang ke-20. Wajar jika ada yang mengatakan bahwa dia dan Carla adalah "Malaikat Sanctuary".

Luna yang sebelumnya sedang berbicara dengan Carla, menyadari tatapannya dan tersenyum kecil. Ia menghentikan obrolannya dan menghampiri Evan. Karena Evan belum mengenalnya, ia meningkatkan kewaspadaan dalam dirinya dan menatapnya sedingin es.

"Jadi kau murid baru yang mendapat peringkat terakhir dalam tes pengukuran energi sihir?"

"Ketua! Aku yakin ada masalah disini! Kakakku itu sangat kuat! Tidak mungkin dia berada di peringkat terakhir!" Carla berusaha membela kakaknya. Figur seorang adik perempuan yang baik.

"Ya, aku tahu. Tapi memang itulah kenyataannya." Luna meletakkan tangan di pipi kanannya sambil memiringkan sedikit kepalanya. Raut wajahnya terlihat sedikit sedih.

"Hei, siapa dia?"

"Sampai-sampai dibela secara langsung oleh ketua, siapa identitas pria itu sebenarnya?"

"Tunggu, bukankah dia murid baru yang berada di kelas 1-A dengan peringkat terendah?"

"Apa? Maksudmu Si Lemah itu?"

Sejumlah murid mulai berkumpul dan menatap ketiganya sambil berbisik-bisik. Carla yang tidak senang dengan hal itu ingin menghajar mereka. Namun, ia berusaha menahan emosinya karena kehadiran Ketua Luna yang sudah ia anggap layaknya kakak perempuan.

"Lebih baik kita bicarakan di tempat lain saja."

"Ya, aku setuju." tatapan datar Theodora tidak berubah, bahkan setelah Luna berusaha untuk bersikap ramah.

Luna, Theo, dan Carla kemudian melangkah masuk ke dalam gedung utama dan pergi menuju kafetaria di lantai dasar. Selama perjalanan, Carla berbincang-bincang dengan kakaknya dengan penuh tawa.

Tanpa mereka sadari, Luna sedang berusaha untuk tetap tenang saat berada di dekat Theo. Entah kenapa, bulu kuduk dan seluruh tubuhnya bergetar saat pria itu memandanginya. Hawa membunuh yang kuat serta kewaspadaan yang tinggi.

Itu membuat Luna yang seorang murid kelas 3-A merasa sedang berhadapan dengan seekor binatang haus darah yang sudah biasa mengambil nyawa makhluk lain.

***

"Baiklah, kita mulai dari perkenalan diri dulu." Luna berdehem. "Namaku Anastasia Luna, panggil saja aku Luna. Seperti yang kau tahu, di tahun ketiga ini, aku adalah ketua dari AOS."

"Theodore Raymond, kelas 1-A." balas Theo tanpa menurunkan kewaspadaannya.

Luna tertawa datar dan berusaha tersenyum, meski saat ini tubuhnya gemetar hebat. Tatapan Theo yang dingin seolah menusuk seluruh tubuhnya.

"Hei, kakak tahu? Kak Luna ini merupakan salah satu dari murid "First Order" dan memiliki peringkat ke-2 disana."

"First Order"?" Theo tampak tertarik.

"Ah, itu ...."

"Biar kujelaskan. Tapi, sebelum itu ...." potong Luna. Ia menelan ludahnya gugup sebelum berbicara. "Bi-Bisakah kau tidak terlalu mewaspadaiku, Theo?"

"Mewaspadai?" Carla langsung menoleh. Ia baru menyadari tatapan kakaknya terhadap Luna. "Kakak!" tegurnya.

Theo menghela napas. "Baiklah."

"Astaga, lagipula apa yang perlu kakak waspadai dari gadis sebaik Kak Luna?"

"Tidak, hanya saja ... aku merasa bahwa wanita ini memiliki aura yang merepotkan." gumam Theo. "Apapun itu, karena Carla mempercayaimu, maka aku juga akan memercayaimu."

"Terima kasih, kuharap kita dapat berteman kedepannya." Luna mengulurkan tangannya.

"Ya, tentu." Theo tersenyum jahat sambil membalas uluran tangan wanita di depannya. "Tapi tentu saja, aku akan tetap mengawasimu." tatapannya kembali menajam.

"Kakak!"

"Ugh ...."

Luna menatap sosok Theo yang sedang memalingkan wajahnya yang tampak sedikit sedih. Sudut bibirnya sedikit terangkat.

'Aku tidak percaya, pria dengan aura mengerikan sepertinya bisa takluk hanya dengan satu teguran dari gadis yang baru saja berkembang dalam penguasaan sihir.'

Theo tiba-tiba berdehem. "Kembali ke topik. Jadi, apa yang dimaksud dengan "First Order" itu?"

"Hmm ... begini, kami dari "Empat Akademi" memiliki sistem peringkat yang ditentukan sejak seorang murid lolos tes masuk. Setelah melewati tiga tes, yakni pengukuran energi sihir, pengujian teori sihir dan sains, serta kemampuan merapal mantra, atau cast. Setiap tahunnya, pasti ada setidaknya satu dari seratus orang yang mampu menghasilkan nilai tertinggi. Dari hasil tes inilah, peringkatmu akan ditentukan."

"Aku paham garis besarnya. Tampaknya memang benar bahwa semakin tinggi peringkat seorang murid di akademi, semakin tinggi pandangan orang lain terhadapnya. Lalu, bagaimana dengan "First Order"? Apakah mereka adalah yang terbaik dari yang terbaik?"

Luna menjentikkan jarinya. "Tepat. First Order terdiri dari 10 murid terbaik dengan potensi yang melampaui kemampuan murid rata-rata."

"Lalu, keuntungan macam apa yang akan didapat jika menjadi bagian dari First Order?" tanya Theo.

"Hak sebagai ketua salah satu divisi Alliance Of Student atau AOS. Dan hak untuk mengikuti Festival Virgo tanpa perlu mengikuti tes. Singkatnya, First Order adalah mereka yang kemampuannya telah diakui oleh akademi dan menjadi aset yang berharga bagi mereka. Kau mungkin sudah tahu keuntungan yang akan didapat jika kau menang dalam festival, bukan?"

"Ya, aku tahu. Lalu, apa First Order akan tetap stabil?"

"Jika yang kau maksud dengan stabil adalah tidak pernah berganti maka kau salah. Setiap bulan Februari, akademi akan mengadakan ujian khusus untuk menentukan siapakah yang pantas untuk menjadi anggota First Order selanjutnya. Ujian ini jugalah yang akan menentukan apakah seseorang mampu naik peringkat dengan merampas peringkat lawannya."

"Begitu rupanya. Ini seperti "yang menang akan naik ke atas, dan yang kalah akan turun ke bawah". Sistem yang menarik."

"Benar. Selain itu, seorang First Order juga memiliki hak untuk bebas keluar-masuk area akademi. Ini tentunya adalah sebuah kemudahan. Mengingat, akademi sangatlah ketat dalam hal "keluar untuk mencari sesuatu"."

"Aku mengerti. Lalu, bagaimana dengan peringkat yang lain?"

"Peringkat lain? Ah, begini. Sistem peringkat di setiap akademi terbagi menjadi dua bagian. Peringkat biasa dan First Order. Kurang lebih seperti itu."

"Jadi begitu." Theo menganggukkan kepalanya beberapa kali.

"Selain itu, Theodore. Aku ingin bertanya sesuatu. Bagaimana bisa kau berada di peringkat 100?"

Alis pria berambut pirang itu terangkat sebelah. "Apa maksudmu?"

"Kau tahu? Mataku memiliki kemampuan untuk menilai kekuatan dan energi sihir seseorang." Luna menunjuk mata kirinya yang berubah warna dari hijau menjadi emas.

"Mata Sihir", ya? Menarik." Theo menyeringai tipis.

"Dan dari apa yang kulihat, kekuatanmu itu cukup untuk merebut posisi pertama First Order ... tidak. Mungkin kau bisa jadi murid yang terkuat disini."

"Oh, benarkah?" seringaian Theo semakin melebar. Tatapan matanya tampak seperti predator yang sedang menguji mangsanya.

"Y-Ya ... Itu seperti tidak ada batas dalam jumlah prana milikmu."

'Jika kuingat kembali, aku memutuskan untuk tidak bersungguh-sungguh dalam menjalani tes dan mendapatkan peringkat terakhir untuk tidak menarik perhatian. Dan sekarang, aku ingin menjadi bagian dari First Order. Kurasa aku perlu mempertimbangkan kembali hal itu lebih jauh. Karena tidak menutup kemungkinan bahwa "mereka" sudah menyadari pergerakan kami dan mulai menyusup ke dalam pulau. Akan merepotkan jika kekuatanku terbongkar dan "mereka" mengirim "orang itu" lagi untuk berhadapan denganku.' batin Theo.

"Itu benar. Kau—"

"Apa? Si Sampah ini berani duduk disini?"

***