Tatapan heran mata Zico terus menyala kearah Angelina. " Apa yang akan dilakukan oleh gadis ini? Sial! Saat ini tubuhnya tidak bisa bergerak." Batin Zico sambil menggeliat mencoba meloloskan diri.
"Sayang! Berhenti menggeliat atau tante ini, tidak bisa menahan pesonamu," ujar Angelina sambil membelai pipi Zico dengan tangan halusnya.
"Hahaha! Rasanya sangat menyenangkan bisa membuat kamu berada di bawah tubuhku!" Seru Angelina sambil tertawa.
Angelina memoles wajah Zico dengan alat make-up yang dia bawa. Ia sangat senang saat melihat tampilan baru dari wajah Zico. Tinggal satu sentuhan terakhir. Tangan Angelina merogoh sesuatu dari dompetnya. Ia mangambil karet rambut dan mengikat rambut Zico seperti anak kecil.
"Aku tidak akan melupakan penghinaan ini!" Gerutu Zico sambil menatap Angelina.
"Penghinaan ini tidak sebanding dengan penghinaan kamu beberapa tahun yang lalu," ujar Angelina sambil tersenyum.
"Lepaskan! Kita tidak pernah bertemu. Kenapa kamu begitu dendam padaku?" tanya Zico sambil memberontak dan membuat Angelina jatuh.
Sorot mata Angelina menatap tajam Zico. Ia bangkit dan kembali duduk diatas dada Zico. Tanpa Angelina sadari lift sebentar lagi akan berhenti.
Ting!
Pintu lift terbuka, semua orang berhenti. Sorot mata mereka menatap Angelina dan Zico. Satu persatu karyawan datang dan melihat Angelina yang sedang duduk diatas tubuh Zico.
"Buka matamu gadis bodoh!" Bentak Zico.
"Diam!" Balas Angelina sambil mengikat rambut Zico.
"Apa yang dilakukan mereka?" tanya salah satu karyawan sambil mendekati Zico.
"Nona! Apa yang kalian lakukan?" Lanjut wanit itu sambil menepuk bahu Angelina.
Angelina tersentak kaget. Ia menoleh kebelakang dan melihat semua orang sudah mengerumuni dia dan Zico.
Plak! Angelina memukul kepala Zico. Mulutnya mengucapkan sesuatu yang tidak bisa didengar oleh siapapun.
"Gawat!" batin Angelina sambil mengigit kuku panjangnya.
Angelina segera bangkit dari tubuh Zico. Ia mengambil tasnya dan kembali menekan tombol kelantai lima belas. Pintu lift kembali tertutup dan membawa mereka kelantai lima belas.
"Kenapa kamu tidak bilang kalau kita sudah sampai dilantai bawah?" tanya Angelina dengan nada kesal.
Zico menaikkan alisnya sambil mendekati Angelina. Tangannya masih terikat dengan dasi. Sementara wajahnya diberikan sentuhan make-up yang sempurna dengan perbaduan yang baik.
"Bukankah aku sudah memperingatkanmu. Lepaskan ikatan ini sekarang juga!" Perintah Zico dengan hawa penuh penekanan.
"Tidak mau! Lepaskan saja sendiri! Punya mulut dan gigi, kan, ... gunakan itu saja," celetuk Angelina sambil membenahi rambutnya yang terurai.
"Lepaskan sekarang juga atau aku akan memecatmu dan membuat kamu tidak diterima kerja diperusahaan manapun!" Ancam Zico sambil mendekati Angelina.
Angelina berjalan mundur. Ia menyebut ke sudut ruangan lift. "Mau apa kamu? Jangan macam-macam, ya! Aku akan membuat kamu menyesal selamanya!" Balas Angelina sambil bersiap-siap untuk menendang sesuatu.
Duk!
Punggung Angelina menatap dinding lift dengan keras. Tangan Angelina meraba punggungnya yang memerah.
Sementara itu, Zico memojokkan Angelina sambil manutkam kedua alisnya. Ia mencondongkan wajahnya ke telinga Angelina.
"Lepaskan sekarang juga atau aku akan melakukan itu disini!" Bisik Zico dengan pelan.
Huft~
Dia meniup daun telinga Angelina dan membuat wanita didepannya itu salah tingkah. Mulut Angelina terkunci. Ia tidak bisa mengatakan apapun selain meraih tangan Zico dan melepaskan ikatannya.
Tangannya dengan cepat melepaskan ikatan ditangan Zico. Angelina mendorong tubuh Zico agar menjauh dari tubuhnya. Iaerasa sesak saat berada didekat Zico. Perasaan sepuluh tahun yang lalu mulai muncul kembali.
Tangan Zico meraih tangan Angelina dan membanting tubuh mungil Angelina ke dinding lift. Ia mengunci wanita itu didalam kungkungannya.
"Tatap mataku!" Perintah Zico dengan tegas.
Angelina tidak mau menatap mata Zico. Ia menundukkan pandangnya.
"Dasar gadis pembangkang!" Gerutu Zico.
Tangan Zico meraih dagu Angelina dan mengangkat wajah cantik Angelina menghadap kearahnya. Senyuman khas Zico menghiasi wajah tampannya. "Begini baru benar. Tutup matamu sekarang!" Perintah Zico sekali lagi sambil menurunkan tangannya keleher Angelina.
Rasa hangat dari telapak tangan Zico membuat Angelina perlahan menutup matanya. Jantungnya semakin berdebar kencang.
Hembusan nafas Zico yang hangat terasa dipipinya. Entah apa yang akan dilakukan Zico. Bisikan lembut yang terdengar ditelinganya, membuat Angelina semakin menutup matanya. Ia berharap lift segera sampai di lantai lima belas.
"Aku suka gadis yang penurut," bisik Zico.
Angelina mengepalkan tangannya. Ia menahan rasa yang bergemuruh didalam jiwa.
Zico tersenyum saat melihat wanita yang ada didepannya terlihat ketakutan. Bibir Zico mendekati leher Angelina. Ia mencium leher jenjang itu dan meninggalkan bekas merah disana.
Mata Angelina terbelalak saat merasakan sesuatu yang lembut menyentuh kulitnya. Seruan nafas hangat yang menabrak kulit membuatnya kehilangan akal.
Brak!
Angelina mendorong Zico dan menjauh dari Zico. Ia meraba lehernya dan merogoh cermin yang ada didalam tasnya. Zico tersenyum miring saat melihat gadis itu panik.
"AAAAA!" Teriak Angelina membengkakkan telinga Zico.
"Kamu-kamu ... apa yang kamu lakukan padaku?" tanya Angelina sambil menunjuk bekas di lehernya.
Sorot mata Angelina melihat Zico yang semakin mendekat kearah dia berdiri. Ia mencopot sepatu hitam di kakinya. "Mau apa kamu? Jangan mendekat! Aku akan memukulmu dan memberiu pelajaran." Angelina menghindari Zico sambil mengayunkan sepatunya.
"Kenapa sekarang kamu marah-marah? Bukannya tadi kamu sangat menikmati kecupan lembut dari bibirku. Wanita memang cepat sekali berubah. Sedetik menikmati sedetiknya membenci," ujar Zico sambil mendekati Angelina secara perlahan.
"Jangan mendekat!" Pekik Angelina.
Zico meraih tangan Angelina dan menariknya kedalam pelukan. Tanpa mereka sadari pintu lift terbuka dan dua sahabatnya Zico sedang menunggu didepan lift.
Mereka segera berbalik badan dan menutup mata mereka. Devan menyenggol Steven dengan kakinya. "Diam atau dia akan mengirim kita ke Afrika," bisik Steven sambil mencubit perut Devan.
"Lepaskan!" Pekik Angelina sambil memukul kepala Zico menggunakan sepatunya.
"Rasain lo!" Seru Angelina sambil memakai sepatunya. Ia tidak peduli dengan luka dikening Zico yang mulai mengeluarkan tetesanvairan merah kental.
Angelina keluar dari lift dan mendorong Devan serta Steven agar tidak menghalangi jalannya. Sebelum ia pergi jauh Angelina menoleh kebelakang dan melihat kening Zico yang berdarah. Ia membungkam mulutnya dengan kedua tangan mungilnya.
"Cepat bawa dia rumah sakit atau dia akan gegar otak sebelum balas dendam padaku!" Seru Angelina kepada Devan dan Steven.
"Bukannya kamu yang harus membawa dia kerumah sakit. Kamu, kan, yang melukai dia dengan sepatumu!" Tuduh Steven sambl menunjuk pucuk sepatu Angelina.
Bola mata Angelina berputar. Ia malas membawa Zico untuk pergi kerumah sakit. Bisa-bisa Zico melakukan aksi itu lagi jika dia yang mengantar.
Tap tap tap
Ellia datang dan menepuk bahu Angelina. Ia membuat Angelina berbalik badan.
Plak!
Dengan berani Ellia menampar wajah Angelina. Sorot matanya berapi-api saat menatap Angelina. Ellia mengangkat tangannya ingin menampar Angelia. Namun, Angelina berhasil menangkap tangan Ellia.
Ia memutar pergelangan tangan Ellia hingga berbunyi. "Siapa kamu? Berani sekali, kamu menampar wajahku. Kamu pikir aku akan tinggal diam saat aku ditindas orang lain. Ellia selama ini diam saja dan bersabar menghadapi kamu. Tapi sepertinya kamu bukan tipikal orang yang tidak tahu di untung. Maaf Ellia kamu mencari lawan yang salah!" Angelina menghempaskan tubuh Ellia hingga menabrak guci besar.
Prang
Guci itu pecah dan menggoreng kulit Ellia. Angelina menghampiri Ellia dan mencengkram kerah baju Ellia.
Plak! Plak! Plak!
Tamparan bertubi-tubi mendarat dipipi Ellia. Air mata lolos dari pelupuk mata Ellia. Ia tidak bisa menahan rasa perih dan panas dipipinya.
"Dengar baik-baik! Kamu bukan atasanku yang bisa menindasku semaumu. Kamu tidak ada hak untuk ikut campur urusanku. Ellia aku tahu tiga orang yang mengikutiku selama ini adalah orangmu." Angelina menjambak rambut Ellia dan membenturkan kepala gadis itu kedinding hingga berdarah.
Tidak sampai disitu, Angelina menendang perut Ellia dengan kasar. Ia melampiaskan semua kemarahannya di masalalu. Semua penindasan dan hinaan yang dilakukan Ellia dulu kepadanya.