Musim gugur, daun-daun berjatuhan membuat tanah rata dengan dedaunan kering. Seorang gadis berlari mengejar seseorang pemuda yang tampak acuh tak acuh dengan keberadaan gadis itu.
"Kakak senior, tunggu!" Teriak gadis itu sambil menghadang jalan orang yang dia kejar. Dengan tatapan malas pemuda itu memutar bola matanya.
"Kakak! Maukah kakak menjadi kekasihku? Aku sangat mencintai kakak sejak duduk dibangku SMP ..." Gadis itu memberikan sikat bunga mawar merah kepada pemuda itu sambil berlutut.
Semua murid-murid yang kebetulan berada di lapangan terkejut. Mereka langsung mengerumuni lapangan dan mengabadikan momen itu diponsel mereka masing-masing. Berita tentang gadis itu membuat geger diseluruh universitas.
"DENGAR SEMUA!!! AKU INGIN MEMBERITAHU SESUATU YANG PENTING!" Gadis itu berteriak dengan keras.
Ia kembali menatap pemuda itu. "Kakak maukah kakak menikah denganku?" tanya gadis itu sambil memberikan seikat bunga mawar kepada pemuda itu.
Pemuda itu melihat sekeliling. Ia meraih bunga gadis itu lalu melempar bunga itu ketanah dan menginjaknya hingga hancur.
Ia menekan kening gadis itu dengan jati telunjuk jari kanan. "Dengar baik-baik! Aku tidak akan pernah jatuh cinta dengan gadis jelek seperti kamu! Penampilanmu itu membuatku ingin muntah!" Seru pemuda itu sambil mendorong gadis itu.
Tangan pemuda itu meraih leher gadis itu lalu meneciknya dengan kuat. "Siapa yang memberikan kamu keberanian untuk melakukan ini? Siapa?" Pemuda itu membentak sambil menendang tubuh gadis itu hingga terpental dan menabrak meja.
Rasa sakit diseluruh tubuh dirasakan oleh gadis itu. Ia sampai batuk darah akibat tendangan kuat yang mengenai dadanya. Namun, darah keluar dari mulut gadis itu tidak meredamkan amarah seseorang.
Dengan sombongnya, pemuda itu mendekat kearah gadis itu lalu menjambak rambutnya dengan kasar. Mata melotot tajam kearah gadis didepannya. Ia tersenyum tipis sambil menguatkan cengkraman pada rambut gadis itu.
"Dasar gadis jelek! Kamu pikir aku akan tersentuh dengan tindakanmu hari ini? Tidak! Aku Zico Latuharhary Alexander tidak kekurangan gadis cantik! Dibandingkan dengan kamu, aku lebih memilih jalan bersama wanita malam. Penampilan mereka lebih baik daripada kamu! Sebaiknya kamu ngaca dan lihat dirimu sekarang! Jelek, bau badan, kutu buku, jerawatan, dan miskin lagi! Siapa yang mau menikah dengan kamu? Dasar gadis gila!" Dia menghina gadis itu didepan semua orang.
Zico menghempaskan kepala gadis itu hingga terbentur meja. Darah segar mengalir dari kening gadis itu. Tangan gadis itu gemetaran saat menyentuh keningnya. Matanya terbelalak saat melihat darah dipucuk jarinya.
Zico menurunkan pandangannya. Ia mencubit mulur gadis itu dengan penuh tekanan. "Ini adalah hal yang pantas untuk kamu terima! Sebagai gadis cupu, jangan pernah mendekati aku lagi. Aku tidak akan jatuh cinta sama kamu walaupun kamu bersujud di depanku. Ingat itu!" Seru Zico sambil tersenyum miring.
Zico bangkit, ia ingin pergi dari tempat itu. Namun, sebelum dia pergi, Zico meludahi gadis itu. Ia pergi tanpa meminta maaf. Sorot mata gadis itu menatap kepergian Zico yang dingin dan acuh tak acuh. Perasaannya kacau balau.
Semua orang menertawakan keadaan gadis itu. Beberapa orang lainnya melempari tubuhnya dengan sampah. Air mata tak terbendung lagi. Ia menangis sambil meringkuk menghindari sampah-sampah itu agar tidak terkena wajahnya.
"Pergi kamu dari sini! Kami tidak menerima kamu sekolah disini!" Teriak seseorang dari kerumunan.
"Iya! Pergi kamu! Dasar gadis jelek! Jangan mengotori universitas ini dengan wajah jelekmu itu!" Timpal seorang wanita sambil melempar minuman dingin ketubuh gadis itu.
"Sebaiknya kita usir dia secara paksa. Mataku sudah tidak tahan melihat dia berada disini," ujar seorang pemuda yang dikenal oleh gadis itu.
Gadis itu menutup telinganya rapat-rapat dengan telapak tangannya. Ia sudah tidak tahan lagi. Akhirnya gadis itu bangun dan berlari menjauhi mereka. Sorakan dan hinaan dari semua orang terdengar di telinganya. Ia pergi menuju ke toilet perempuan.
Tangan gadis itu mengusap air mata yang keluar dari matanya dengan kasar. Sorot mata gadis itu menatap ke cermin. Dipandanginya wajah yang kusam, kucel, dan kumel itu di cermin. "Kenapa dia menghinaku dan menjauh dariku? Aku sangat mencintainya! Kenapa hasilnya berbeda dari yang aku harapkan? Apakah aku tidak layak untuk mendapatkan cinta?" Keluhgadis itu didepan cermin sambil menangis.
Ia membersihkan rambutnya lalu membasuh wajahnya. Sejenak ia menatap wajah kusam itu lagi di cermin. Jerawat yang menghiasi pipinya yang terlihat berwarna merah. Gadis itu menyentuh jerawat dipipinya dan berdesis.
"Tidak! Aku tidak bisa seperti ini terus. Aku harus lulus dari universitas ini dan merubah penampilanku! Aku akan membuat semua orang menyesal! Lihat dan tunggu saja!" Tekad gadis itu sambil mengusap wajah yang basah dengan tissue.
Gadis itu memutuskan untuk pergi dari toilet. Sepanjang jalan di koridor sekolah tampak sepi. Semua orang sudah pulang kerumah masing-masing. Kehampaan, kesunyian, dan sepi membuat gadis itu merasa asing. Terpaan angin membuat rambut gadis itu menari dengan indah. Ia tersenyum untuk menyemangati dirinya sendiri agar kuat menjalani hidupnya.
***
Sepuluh tahun berlalu dan musim telah bergantung seiring waktu. Musim panas telah tiba. Semua orang menghabiskan waktu mereka untuk liburan dan menikmati waktu bersama keluarga.
Seorang gadis muda sedang menikmati waktu luang dengan jalan-jalan di salah satu taman di Beijing. Ia menikmati udara di taman yang sejuk untuk merelaksasi pikirannya.
Gadis dengan berambut panjang berwarna hitam bibir yang tipis dan mungil, wajahnya yang lonjong, dan lekuk tubuh yang indah membuat pemuda-pemuda yang ada di taman itu meliriknya. Namun, dia tidak memperdulikan mereka. Ia sibuk bermain ponsel sambil berjalan diatas jalan taman.
Nyanyian-nyanyian kecil keluar dari mulutnya. Sorot mata terus fokus ke layar ponsel dan ia tidak memperhatikan jalanan . Dari arah berlawanan ada seorang pemuda yang sama-sama tidak fokus melihat jalan dan bermain ponsel. Saat jarak tinggal Beberapa centi meter mereka bertabrakan dan membuat mereka terjatuh.
Bruk!
"Aaa ... sakit!" Pekik gadis itu sambil meringis.
"Punya mata nggak, sih? Jalan itu pakai mata bukan pakai dengkul!" Lanjut gadis itu sambil meraih ponsel yang terjatuh tak jauh darinya.
Ia bangkit dan membersihkan tanah yang menempel di celananya. Ia menoleh kebelakang dan tidak ada siapapun. "Kemana perginya orang itu? ... Sialan! Kenapa ponsel ku rusak, sih? Gimana kalau nanti mama nyariin aku? Gawat! Aku harus segera mencari mama!" Setelah melihat ponselnya yang rusak ia langsung bergegas untuk mencari keberadaan dari sang mama.
"Dasar orang gak punya sopan santun! Sudah menabrak orang gak mau minta maaf dan sekarang malah pergi begitu saja. Awas kau, ya! Jangan sampai kita bertemu! Kalau sampai kita bertemu aku pasti akan membalas perbuatanmu ini seribu kali lipat! Dia pikir jatuh di tanah itu nggak sakit? Dasar anak muda zaman sekarang kebanyakan makan micin. Makanya, gak tau sopan santun! Sialan!" Lanjut gadis sambil mengerucutkan bibirnya.
Swooshh! Seseorang menarik tangan gadis itu. Mata gadis itu manatap wajah yang tertutup masker berwarna hitam dengan tajam.
"Lepaskan!" Seru gadis itu sambil memberontak dari genggaman pemuda asing itu.
Pemuda itu memberikan sapu tangan kepada gadis itu. "Ini buat kamu! Aku minta maaf soal kejadian tadi," ujar pemuda itu sambil menjulurkan tangan.
Ia mengambil sapu tangan itu dengan kasar. "Ohh! Jadi, kamu yang jalan tidak pakai mata dan menabrak orang lalu main pergi begitu saja," ujar gadis itu sambil melihat penampilan pemuda itu dari atas sampai bawah.
Tanpa ekspresi, pemuda itu meraih tangan mungil itu dan meminta maaf. "Pokoknya aku minta maaf! Terserah anda mau memaafkan atau tidak. Saya tidak peduli!" Seru pemuda itu lalu pergi menjauh.
"Dasar gadis aneh! Kalau aku tidak ada rapat sore ini, aku pasti tidak akan melepaskan kamu," batin pemuda itu sambil tersenyum samar.
"Dasar orang kaya sombong! Jangan sampai kita bertemu lagi!" Teriak gadis itu dengan keras.
Merasa ada mata yang tertuju kearahnya, gadis itu langsung melihat semua orang dengan kesal. "Apa lihat-lihat? Mau aku congkel mata kalian, biar tidak bisa melihat lagi," lanjut gadis itu.
"Hey, gadis muda! Kenapa marah-marah? Dia sudah meminta maaf dan seharusnya kamu memaafkan dia bukan meneriakai dia." Tutur seseorang dari kejauhan.
"Kalau aku meneriaki dia memangnya kenapa? Masalah buat kamu? Kamu bilang seharusnya aku memaafkan dia, tidak mungkin! Gara-gara dia handphone kesayangan ku rusak. Lihat, nih, lihat! Seluruh layarnya pecah dan tidak bisa digunakan sama sekali. Enak aja anda bilang aku harus memaafkan dia, ogah!" Sungut gadis itu dengan judes.
"Nona, saya hanya memberi masukan. Kenapa kamu marah-marah? Kalau kamu tidak bisa memaafkan dia, ya, sudah," ujar orang itu lalu pergi meninggalkan dia.
Ia menatap kepergian orang itu. Dalam lubuk hatinya ada rasa penyesalan. Namun, egonya terlalu mengusai dia. Sesaat ia termenung sambil mengerucutkan bibir mungilnya.
"Ini semua gara-gara pemuda itu! Huh!" Sungut gadis itu sambil menghentakkan kaki ketanah.