Tanpa terasa waktu berlalu, kehamilan Mariana tinggal satu bulan sebelum melahirkan, sejak saat itu gue beberapa kali menemaninya ke rumah sakit untuk pemeriksaan kehamilannya. Sedangkan Daniel tidak diketahui keberadaannya. Sementara itu gue berhasil menyelesaikan proyek perumahan dan apartemen sesuai dengan tenggat waktu, sedangkan bagian pemasaran mengklaim sudah sold out atau terjual semua unit runah dan apartemen.
Hal itu menjadi pembicaraan orang-orang dikantor, karena perumahan dan apartemen itu untuk kelas menengah atas. Semuanya dengan fasilitas premium dan eksklusif. Gue harus bolak balik pergi memantau semuanya harus sesuai yang direncanakan. Menurut informasi menjadi kepala bagian proyek tidak mudah harus tahu seluk beluk tentang perencanan, pendanaan, dan pembangunan dan gue dianggap tidak mempunyai pengalaman itu jadi dianggap mustahil.
Hari ini adalah upacara grand lauching atau gunting pita menandakan telah selesai pembangunan apartemen dan di hadiri oleh pak Joko sendiri selaku pimpinan perusahaan dan para pembeli yang akan menempati apartemen ini, sedang minggu depan acara yang sama tapi proyek perumahannya.
Mariana datang dengan perut buncitnya tapi tetap cantik dan anggun, gue semakin berubah secara berpakaian dan penampilan. Pak Joko memuji gue yang berhasil mengembalikan proyek yang hampir hancur karena korupsi. Sebagai hadiah gue diberikan satu unit bagian dari apartemen ini yang luasnya setengah unit apartemen sisanya dijadikan taman dan kolam renang dan terletak di lantai paling atas dua lantai sebelum rooftop yang digunakan untuk penampungan air bessr, landasan helipad dan inti dari pendingin. Gue pikir itu untuk beliau karena dia sendiri yang meminta, ada 4 bangunan tower apartemen, sebenarnya dan dua di antaranya sesuai arahannya. Ternyata itu satu untuk gue dan satunya bagi Pak Joko sendiri. Fasilitas di dalamnya seperti rumah ada 4 kamar dua dibawah dan dua di atas, masing-masing kamar ada kamar mandinya dan ruangan tamu, tengah dapur dan makan.
Mariana tentu saja senang atas usaha gue, dia semakin berubah sikapnya dan sudah menganggap gue suaminya, bahkan suatu hari dia meminta gue untuk mengundang nyokap gue untuk datang ke rumah. Gue memang selalu berkomunikasi dengan mba gue dimana pun berada. Beberapa hari kenudian gue menjemputnya di terminal bus.
"Assalamuaikum bu !" ucap gue mencium tangannya ketika tiba.
"Waalaikum sallam Mario! kok istrimu tidak ikut ?" tanyanya. Gue tersenyum.
"Mba, mas ... iya dia dirumah sedang ... hamil !" jawab gue semua terkejut.
"Benarkah ? anak kamu ?" tanya mba Dewi, gue mengangguk. Semua tahu sikapnya selama ini tapi gue selalu curhat bahwa Mariana sudah berubah sekarang.
Setelah itu kami pun ke rumah, semua tertegun melihat rumah kami yang besar dan mewah. Mariana menyambut kami dengan senyuman dan keramahan dan sangat berbeda ketika pernikahan jutek dan sombong. Bahkan secara mengejutkan dia meminta untuk gue pindah kamar untuk tidur bersama dalam arti sebenarnya bukan hal yang lain.
-------------
"Selamat datang, bu dan mba! saya meminta maaf atas sikap saya waktu lalu !" ucapnya dengan sopan dan mencium tangan ibu gue.
"Tidak apa-apa non, saya juga minta maaf atas nama anak saya yang sudah merepotkan non Mariana !" nyokap gue menerima permintaan maafnya.
Setelah itu gue membawa ke kamar masing-masing untuk beristirahat sejenak, ketika makan malam kami pun berkumpul di ruang makan makanan beraneka ragam.
"Sudah berapa bulan kehamilan kamu ?" tanya nyokap.
"Sudah delapan bulan bu !" jawab Mariana.
"Astaga, Mario kamu belum bikin selamatan buat si jabang bayi dan mamanya ! nyokap gue terkejut.
"Belum, bu maaf !" ucap gue, sebenarnya tidak berani bertanya tentang itu kepada Mariana takut dia tidak percaya.
"Ya udah, besok kita selamatan saja! bikin nasi kuning setelah itu berdoa! kita sekeluarga saja! non engga keberatan kan ?" tanya nyokap, secara mengejutkan Mariana mengangguk.
"Besok saya kasih uang belanjanya ya !" ujar gue, setelah itu makan malam dengan akrab dan tidak ada sekat lagi antara kami dan Mariana.
Keesokan harinya gue berangkat ke kantor, sedang Mariana tetap di rumah untuk membantu memasak untuk selamatan. Gaji gue naik setelah berhasil dengan dua proyek kemarin. Tapi itu belum selesai karena masih ada beberapa proyek lain yang masih ada di bagian gue, yang kemarin ada hanya sebagian kecil yang sudah dikerjakan. Salah satunya proyek pembangunan hotel di beberapa kota.
Gue makan siang dan melakukan ibadah, tak lama kembali ke kantor. Gue mendengar beberapa orang membicarakan gue.
"Kok bisa si Mario menyelesaikan proyek itu? asal lo tahu itu proyek rugi! pak bos pun heran karena itu bukan prioritas dia !"
"Gue dengar si bos mendatangkan seorang pengacara untuk bernegosiasi !"
Dan pembicaran lain yang cukup rahasia, gue menuju kantor dan duduk kemudian berdiri menghadap kaca yang terlihat pemandangan kota Jakarta dari lantai 10. Gue terdiam, gue merasa mulai hari ini harus bersikap waspada dan berhati-hati karena feeling gue mengatakan hal itu.
------------------
Selamatan untuk keselamatan dan kesehatan ibu dan si jabang bayi dimulai dari membaca doa dan potong tumpeng. Acara ini hanya antar keluarga gue saja tidak yang lain. Mariana tidak keberatan. Sesuai hasil USG memang bayinya diperkirakan seorang lelaki. Ada satu yang membuat gue terkejut, waktu pesta kemarin gue sedikit mabuk padahal hanya minum alkohol rendah minuman yang di sajikan di pesta itu, mungkin tidak terbiasa membuat gue pusing. Dan memurut Mariana gue sempat tak sadarkan diri dan melakukan sesuatu kepadanya, gue terkejut dan tak ingat apapun artinya gue waktu itu melakukan hubungan suami istri dengan Mariana.
Tapi menurutnya tidak masalah, toh kita sudah menjadi suami istri jadi tak aneh bukan ? tapi gue khawatir tentang kandungannya, dan itu tak masalah. Akhirnya apa yang di tunggu-tunggu pun tiba. Mariana pun melahirkan, gue pun menjadi saksi proses kelahirannya yang dilakukannya dengan operasi cesar bukan normal karena dia mendapat beberapa kendala.
Setelah keluar bayinya, gue melakukan dengan mengadzankannya sesuai agama. Tapi belum diberrikan nama, menunggu Mariana tersadar dulu, beruntung ada ibu yang menemani, pak Joko sudah diberitahu tapi sedang berada di luar negeri, sementara tidak ada keluarga lain dari Mariana yang datang.
"Halo sayang !" akhirnya Mariana tersadar dan gue memberitahu bayinya selamat dan sehat. Dan untuk pertama kalinya bayinya di pertemukan dengan ibunya. Dia sangat senang.
Sesuai kesepakatan maka gue sebagai bapaknya memberinya nama, gue beri nama anak gue Arjuna, soalnya bokap suka wayang dan karakter yang disukainya Arjuna dan Mariana tak keberatan dengan itu.
Beberapa hari kemudian, kami pulang ke rumah. Ternyata sudah banyak parsel dan kado hadiah dari teman dan kerabat. Satu hal sampai saat ini tidak satu pun keluarga dekat Mariana datang menjenguk ke rumah sakit atau kerumah. Hanya kado dan bingkisan itu saja.
Tapi Mariana tidak perduli dengan hal itu, walau Arjuna bukan darah daging gue fapi gue sangat sayang kepadanya, baik ketika menangis karena lapar atau pup dan pipis dengan sigap gue melakukan itu, bahkan memadikannya. Sementara Mariana butuh istirahat dan si bayi harus menggunakan susu kaleng karena mamanya tidak bisa memproduksi susu.
Satu bulan setelah itu, ibu memutuskan kembali ke desa di jemput mba gue, Sementara itu gue memperkerjakan seorang baby sister, karena Mariana juga ingin bekerja kembali, gue tidak bisa melarangnya dan gue sendiri memang harus bekerja.
-------------------
Satu hal kemudian, sikap Mariana kembali berubah. Dia tidak memperdulikan Arjuna sama sekali, walau gue tahu dia sibuk. Gue pun bertanya dengan sikapnya itu.
"Loh, mas yang menginginkan bayi itu kan ?" tanyanya dan itu gue akui, menurutnya tidak ada alasan untuk mencampuri kasih sayang gue ke Arjuna, dia mempercayakan sepenuhnya Arjuna ke gue. Dia merasa waktunya banyak yang hilang karena kehamilannya itu.
Gue terdiam memang mempunyai anak adalah bagian dari point perjanjian. Point ke empat adalah bercerai dengan Mariana di tahun kelima pernikahan gue. Dan itu masih lama. Karena kalau di hitung pernikahan gue baru mau satu tahun ini. Berarti masih panjang. Point selanjutnya adalah gue harus meninggalkan semuanya termasuk berhenti bekerja dan harta kekayaan gue menjadi milik Mariana nantinya sebagai harta gono gini. Gue hanya membawa Arjuna dan uang sebesar 1 Miliyar itu perjanjian gue dengan pak Joko. Sementara dua tambahan iu hanya bila gue berbuat kesalahan maka hukumannya 2 opsi itu.
Bersambung ....