"Ayo, Tuan Putri," ucap Lucifer lagi ketika mendapati Ruby melamun.
"Ah, iya. Ayo!" ucap Ruby sambil menunjukkan senyuman terbaiknya.
Setelah dua insan itu melangkahkan kakinya hingga beberapa langkah menuju gerbang aula megah tersebut, ruby menyempatkan kembali mendongak keatas melihat ekspresi Lucifer. Ternyata pria itu masih memasak ekspresi wajah datar dan hanya diam saja tanpa senyuman sedikitpun.
"Tuan Puteri sudah menunjukkan wajah semringahnya. Bagaimana dengan pangeran? Kenapa cemberut? Haruskah aku mengajarimu tersenyum?" Ruby berjinjit mengarahkan kedua tangannya menyentuh ujung bibir Lucifer dan menariknya ke samping. "Tersenyumlah begini," ucap gadis itu dengan gemas. Kemudian tertawa.
Lucifer menurut saja. Akhirnya dia pun tertawa.
Sementara di dalam aula, Inggar dan Leon yang sejak tadi sudah mengintip putranya yang datang dengan seorang gadis cantik hanya senyum-senyum sendiri.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com