Gara-gara hidungnya di tonjok Tatjana, Rara harus melakukan operasi plastik lagi ke Korea. Ia pun mengajukan cuti panjang pada Gunawan. Tentu saja pria itu mengizinkannya dan bahkan memberinya uang untuk oplas plus uang saku.
"Daddy, pokoknya aku gak mau tahu! Aku harus oplas ke Korea. Gara-gara anak kamu nih, hidungku jadi rusak. Dan kamu tahu kan biaya oplas itu gak sedikit. Jadi, kamu transfer biayanya yah ke rekening aku seperti biasa. Jangan lupa sama uang jajan nya juga." Rengek Rara pada Gunawan.
Gunawan pun bak kerbau di cocok hidungnya, mendengar rengekan Rara langsung saja memberi approval.
"Iya sayang, apa sih yang enggak buat kamu. Nanti sore aku transfer yah." R
arapun teriak kegirangan, "Terima kasih Daddy, jangan lupa bilang sama HRD kamu sudah approve juga cuti aku yah." Tambah Rara lagi, dan semua permintaan Rara seketika di kabulkan begitu saja.
Rara kegirangan bukan main. Selain bisa oplas juga bisa jalan-jalan di Korea. Rara packing semua kebutuhan dan outfit andalannya untuk berada di Korea selama sebulan lebih.
Berita tentang pengajuan cuti panjang Rara, sontak saja membuat seisi kantor TA heboh, semua mempermasalahkan perlakuan "istimewa" Gunawan pada Rara. Disaat karyawan lainnya begitu sulit mendapatkan cuti, bahkan untuk kepentingan darurat. Alhasil, Rarapun menjadi gosip hangat pagi itu di kantor TA.
Suasana pagi yang cerah, ketika semua orang di kantor TA masih sibuk bikin kopi, sebelum memulai harinya, dan ketika kicauan burungpun tak kalah berisik, dari para karyawan yang mulai membuat kelompok "ngopi" sendiri sambil bergosip, terdapat tiga karyawan, yang gosipnya sepertinya begitu seru. Terlihat dari mata mereka yang bergerak ke kiri ke kanan, dan sesekali ke atas. Untung saja gak ke belakang. Dan goyangan bibir-bibir mereka yang juga ke kiri dan ke kanan, bahkan selain membentuk diagonal, kadang juga bisa membentuk trapesium. Benar-benar membuat penasaran, apa yang sebenarnya tengah mereka gosipkan.
"Eh, enak banget tuh si Rara, bisa dapat cuti panjang dari Pak Gunawan." Gosip pun dibuka oleh seorang karyawan wanita berambut pendek, yang rok nya juga gak kalah pendek yang bernama Mince.
"Iya, katanya dia pergi ke Korea donk oplas lagi, perbaiki hidungnya tuh." Sahut karyawan lainnya yang bernama Nancy, dengan bibir yang membentuk diagonal saking julid nya.
"Coba kalau kita yang minta cuti, jangankan untuk oplas, buat nemenin anak daftar sekolah aja susahnya minta ampun." Sambar Dino, karyawan lelaki yang gak kalah sengit kalau urusan gosip.
"Udah gitu, gua denger dari accounting staff, Pak Gunawan biayain oplasnya si Rara pake duit kantor!" Ujar Dino lagi.
"Hah, serius lo?" Nancy dan Mince pun kaget hampir bersamaan.
"Demi apa lo Dino?"
Dino pun gelagapan, dia takut salah gossip, "Eh, eh, gak tahu deng, siapa tahu gua salah denger." Sahutnya gugup.
"Ihhh Dino, yang bener dong lo kalau gosip. Kalau sampai bener tuh si Rara dikasih biaya oplas pake uang kantor, gua bakal viralin!" Nancy mulai geram, sambil menyeruput kopinya.
Disusul Mince yang juga kesal mendengarnya, "Iya, gila aja tuh. Mana bisa begitu urusan pribadi pake dana operasional."
Sementara di sudut lain kantor, tepatnya di teras luar halaman kantor, beberapa karyawan pria yang sedang merokok, tak kalah sengit bergosip tentang Rara.
"Eh bener tuh? Si Rara kabarnya dapet cuti panjang dari si Bos? Kok bisa?" tanya Radit pada temannya yang juga sedang menghisap rokok sambil berkacak pinggang.
"Iya sialan banget, kok bisa dia dapat cuti panjang begitu? Gua aja kemaren mau nemenin nyokap di rumah sakit, minta cuti gak di kasih ama si Bos. Alesannya, Ferry, kita itu lagi kekurangan orang. Suruh keluarga kamu yang lain lah buat nemenin ibu kamu." Sahut Ferry sambil memonyongkan bibirnya, meniru Gunawan.
Tak lama kemudian, terlihat dari kejauhan Gunawan turun dari mobilnya, seketika itupun Ferry dan Radit mematikan rokoknya, dan bergegas masuk ke kantor. Gunawan berjalan tergopoh-gopoh ke dalam kantor, dan beberapa karyawan pun menyambutnya dengan anggukan kepala sambil menyapanya.
"Selamat pagi Pak."
Gunawan membalas anggukan kepala mereka, tanpa membalas selamat pagi juga. Nancy, Mince dan Dino yang masih belum sadar akan kedatangan Gunawan, terlihat masih seru bergosip sambil masing-masing menggenggam gelas kopi. Dino masih dengan bibirnya yang ke kiri dan ke kanan membicarakan Rara ketika Gunawan mendeham ,"Ehm, kalian masih ngopi aja? Sudah jam berapa ini? Ayo mulai kerja!"
Sontak Mince dan Nancy beringsut ke meja nya masing-masing, sementara Dino malah latah menyebutkan perabotannya sendiri, karena terkejut dengan kedatangan Gunawan.
Akhirnya semua karyawanpun kembali tertib. Balik ke mejanya masing-masing dan memulai pekerjaannya.
Membicarakan tentang Rara memang tidak ada habisnya. Jangankan karyawan kantor, bahkan para cleaning service pun bisa ikut bergosip tentang Rara. Bagaimana tidak, selain perlakuan Gunawan yang tidak adil terhadap karyawan lainnya, kelakuan Rara yang bak seorang ratu itu pun, tidak jarang mengundang sumpah serapah dari karyawan lainnya. Terlebih lagi para office boy dan cleaning service. Rara kerap kali seenaknya memerintah mereka tanpa henti. Bahkan untuk sekedar mengambilkan barang yang hanya berjarak tidak lebih dari 1 meter dari tempatnya berdiri. Ia harus memanggil office boy untuk mengambilkannya. Kontan saja kabar tentang cuti panjangnya tidak luput dari perbincangan di setiap divisi.
"Mbak Rara iku mau cuti lagi tah?" tanya Nunung salah satu cleaning service di pojok bangunan kantor.
"Ho'oh mak'e, katanya mau ke Korea." Sahut Parto sang office boy.
"Oalah…cuti karo dolanan tah?"
Nunung pun menanggapi lagi, "Mboh, mau dolanan kek, mau gak balik lagi kek, yah aku malah seneng. Paling ngga, aku jadi ngga capek. Kalau dia ke kantor itu, ada saja perintahnya." Parto pun mengeluhkan tingkah Rara.
"Yo sabar toh, nasib kita jadi wong cilik yo koyo ngene, ra iso milih milih kerjaan."
"Yah tapi kan itu bukan kerjaanku,"bantah Parto sambil menyungut kesal.
"Lah, kalau bukan kerjaan mu terus kerjaan siapa? Jangankan sama kamu To. Kamu tahu manager operasional yang di luar kota saja, bisa dia mutasikan kalau gak nurut. Itu manager lho, lah kita? Yo wes, pokoke kuncine sabar." Nunung pun menasehati Parto untuk tidak bertindak gegabah. Jangankan menolak perintah Rara, menunjukan muka tak suka saja pada Rara bisa jadi perkara. Dan itulah kehebatan Rara yang tidak bisa tertandingi.