webnovel

Bab 6

Sudah 1 jam lamanya Agam menunggu di depan ruangan yang tak kunjung terbuka. Dan sedari tadi pula lelaki itu tak berhenti berdoa untuk perempuan yang dicintainya.

Dihati yang paling dalam dia beribu kali mengucap kata maaf pada Renjana. Dia sungguh amat menyesal karena tak jujur pada perempuan itu. Walaupun rasanya percuma saja karena sudah terjadi seperti ini.

Jika diceritakan, memang benar diawal dia mendekati Renjana karena terpaksa, lebih tepatnya paksaan dari mamanya. Tapi ternyata seiringnya waktu berjalan, perasaannya perlahan berubah. Semakin hari dia semakin merasa bahwa hatinya mulai tertarik pada perempuan itu.

Ada hal yang membuatnya ingin terus bertemu Renjana. Beberapa hal yang ada pada perempuan itu mengubah sudut pandang Agam tentang cinta.

Tentang perasaan yang belum pernah dia dapat selama ini. Mau itu berhubungan dengan pasangan ataupun keluarga bahkan pertemanan. Dan bukan hanya itu saja, Renjana juga menjadikan dirinya sebagai sosok yang penting. Perempuan itu selalu melibatkannya dalam setiap keputusan. Yang sebelumnya dia tidak pernah mendapatkan hal itu.

Karena dalam kehidupan Agam, menuruti setiap permintaan mamanya adalah sebuah kewajiban. Walapun itu bertentangan dengan hatinya.

Agam tidak pernah menolak, sebab itu tidak ada gunanya juga. Mamanya akan melakukan segala cara agar dia tidak bisa menolak.

Oleh karena itu ketika dia bertemu Renjana lalu mengenalnya lebih jauh. Semua hal tentang hidupnya berubah perlahan. Senyuman yang sebelumnya sebuah keputusasaan berubah menjadi harapan. Tawa yang sebelumnya terasa hampa berubah menjadi penyemangat.

Semua perubahan itu membuat Agam menyadari jika setiap kehidupan memiliki harapan. Dan dia merasakannya sendiri. Memiliki Renjana adalah sebuah keajaiban untuknya.

Maka jika dia diberikan kesempatan sekali lagi, dia akan memperbaiki semuanya. Dia tak bisa jika harus kehilangan Renjana. Agam sangat mencintainya, bahkan rasanya seolah tak sanggup hidup tanpanya.

Kemudian lamunan itu berakhir saat seseorang memanggil dari kejauhan. "Agam!"

Agam bangkit dari bangku dengan gelisah begitu tau siapa pemilik suara itu.

"Apa yang terjadi Agam? Apa yang terjadi pada Renjana? Di mana dia sekarang? Bagaimana keadaannya?" Tanya Gara bertubi-tubi. Tergambar begitu jelas kekhawatiran di wajahnya.

Sedangkan yang diberi pertanyaan merasa seperti dihantam batu besar diberbagai sudut. Dengan segala penyesalan yang dia miliki, Agam menjawab. "Renjana masih di dalam. Dokter sedang menanganinya." Dengan air mata yang sudah menggenang, laki-laki itu memberanikan diri menatap ayah Renjana.

Detik berikutnya tubuh Gara limbung dan hampir terjatuh jika tidak ditahan oleh Agam serta Kemala. Kemudian keduanya membantu Gara duduk di bangku tunggu. Sang istri yang duduk di sebelahnya menggenggam erat tangan Gara dengan perasaan yang sama khawatirnya.

Tak lama setelah itu, 3 orang polisi datang membuat ketiganya bangkit dan mendengar penjelasan kronologi kecelakaan.

Selama polisi menjelaskan, air mata Kemala mengalir tanpa henti. Perasaan takut memenuhi seluruh pikirannya. Kejadian 9 tahun lalu mendadak muncul tanpa terduga. Saat dia kehilangan putra tercintanya, Gema Putra Segara.

Gara yang menyadari ketakutan sang istri langsung memeluk erat. Tangannya mengusap punggung Kemala untuk menguatkan sembari menenangkan dirinya sendiri yang juga sama hancurnya.

Pemandangan tersebut tentu saja membuat Agam semakin merasa bersalah. Dalam hati dia tak berhenti mengutuk dirinya sendiri.

***

Setelah memakan waktu kurang lebih 3 jam, akhirnya seorang perawat memanggil keluarga Renjana masuk dan menjelaskan kondisi putri mereka.

Dari penjelasan dokter, Renjana mengalami cedera pada saraf dan juga bagian tulang belakang. Karena hal itu kemungkinan akan terjadi kelumpuhan pada bagian tubuhnya. Maka Renjana di haruskan untuk rawat inap dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Kemala yang mendengarnya hanya bisa diam dan terus berdoa. Dia sudah tak sanggup berkata apapun lagi. Pikirannya benar-benar kalut. Sementara Gara berusaha sekuat tenaga mengendalikan perasaannya yang sudah hancur tak berbentuk. Lalu mencerna setiap kata yang terucap dari dokter. Dia hanya mampu menghembuskan nafas panjang dan mengharapkan yang terbaik untuk putrinya.

Gara kemudian pergi ke farmasi lalu ke administrasi untuk mengurus rawat inap Renjana, sementara Kemala menghampiri putrinya yang terbaring lemah.

Di sisi lain, Agam yang masih menunggu di ruang tunggu merasa takut ingin bertanya kondisi Renjana. Apalagi melihat keadaan Gara dan Kemala saat ini. Membuat dia harus menunggu keadaan mereka sedikit lebih tenang dulu.

***

Ketika semua prosedur sudah dilakukan, akhirnya Renjana dipindahkan ke kamar rawat inap VVIP yang berada di lantai 4.

Dalam suasana yang hening, Kemala duduk di kursi samping tempat tidur Renjana. Dia menggenggam lembut tangan putrinya sambil menatapnya pilu. Rasanya remuk sekali melihat Renjana dalam keadaan seperti ini. Dengan beberapa alat yang terpasang di tubuh Renjana benar-benar menyakitkan untuk Kemala sebagai seorang ibu. Belum lagi luka-luka yang ada di beberapa bagian tubuhnya, menambah luka batin untuknya.

Sementara Gara duduk di sofa sambil memejamkan mata guna menenangkan hatinya yang pedih. Diseberangnya juga ada Agam yang sedari tadi diam menatap kosong ke arah meja di depannya.

Lalu keduanya menoleh ketika suara ketukan dan salam terdengar.

Tampak Nara dan Reva berdiri dengan mata sembab. Keduanya datang saat setelah mendapat pesan dari Agam. Laki laki itu tadi memberitahu mereka saat menunggu Renjana akan dipindahkan ke kamar inap.

Keduanya masuk dan Nara langsung menghampiri Kemala sambil menahan air matanya keluar. Begitu juga Reva yang mengikuti dari belakang.

Kemala kembali menangis saat mendapat rangkulan dari Nara. "Tante yang sabar. Renjana pasti segera sembuh. Dia anak yang kuat." Ujar Nara sambil mengusap pundak Kemala.

Reva yang berdiri di ujung tempat tidur sudah berlinangan air mata sesaat setelah melihat kondisi Renjana. Bahkan sampai menutup mulutnya dengan sebelah tangan guna meredam suara tangisnya.

Rasanya seolah seperti mimpi buruk bagi mereka. Pasalnya sebelum ini terjadi semua baik baik saja. Tidak ada firasat buruk ataupun hal hal yang aneh. Reva yang baru saja bertemu Renjana kemarin merasa terpukul mendapat kabar ini. Terlebih lagi Nara yang sedang sibuk mempersiapkan pernikahan Renjana dibuat terguncang saat mendapat pesan dari Agam.

Dia masih tidak menyangka atas kejadian ini. Bahkan ketika perjalanan menuju ke sini, dia masih berusaha keras mengira bahwa ini tidak nyata dan hanya mimpi. Namun saat sudah melihat langsung, dunianya serasa runtuh seketika.

Melihat Renjana terbaring tak sadarkan diri membuat dia tak mampu berpikir jernih. Pikirannya benar-benar kusut. Karena dia sangat menyayangi Renjana. Dia sudah menanggap perempuan itu sebagai adik kandungnya sendiri.

Di sisi lain Agam sedang ketar ketir saat melihat Nara. Dia sedang berpikir bagaiamana respon perempuan itu saat tahu penyebab kecelakaan yang menimpa Renjana. Lantaran diketahui bahwa Nara cukup protektif pada Renjana dan begitu besar sayangnya pada perempuan itu.

Agam menunduk lesu saat mengingat kejadian hari ini yang tersusun di kepalanya. Dia merasa sudah tidak berdaya lagi bahkan hanya untuk sekedar berdiri. Kakinya benar-benar seperti mati rasa tak mampu menahan tubuhnya sendiri.

***

Di sore harinya, Nara meminta Kemala, Gara serta Agam untuk pulang agar mereka bisa membersihkan tubuh ataupun makan dan istirahat sejenak. Tapi ternyata mereka bertiga menolak. Narapun tidak menyerah, dia memaksa secara lembut dan penuh perhatian agar mereka mau menuruti permintaannya.

Sampai akhirnya mereka mau dan Nara mengantar mereka keluar. Namun saat berada di luar kamar, ketiganya dikejutkan dengan keberadaan 4 security.

"Mereka bakal bantuin kita ke mobil. Karena di depan udah ada wartawan." Penjelasan dari Nara begitu tau keterkejutan orang tua Renjana.

Kemudian mereka langsung pergi dengan diikuti security. Dan benar kata Nara, di depan pintu masuk sudah ada wartawan yang menunggu. 4 security itu langsung mengambil posisi agar mereka bisa ke mobil yang sudah menunggu tak jauh dari sana.

Setelah itu, Nara kembali masuk rumah sakit dengan security menuju kamar inap Renjana tanpa berkata apapun pada wartawan.

Hatinya masih sangat kalut untuk memberi penjelasan pada media. Jadi dia meminta security untuk membantu. Pikirannya juga masih belum jernih. Dan banyak hal yang harus dia lakukan sekarang. Menerima telepon dari beberapa orang yang berkaitan dengan pekerjaan Renjana.

Hari ini adalah hari yang berat bagi mereka. Hari yang tak pernah mereka bayangkan akan begini.