webnovel

Bab 05

Titah masuk kedalam ruang Rektor atau ke ruangan pak Hans, lalu Afgan menyanyikan sebuah lagu dengan judul yang sama yaitu "Panah Asmara".

Masih Di Ruang Rektor Universitas Amsterdam..

....

Afgan - Panah Asmara (Reff)

Sudah katakan cinta

Sudah kubilang sayang

Namun kau hanya

Diam tersenyum kepadaku

Kau buat aku bimbang

Kau buat aku gelisah

Ingin rasanya kau jadi milikku

....

"What are you, hem ..., excuse me, Mr. Hans." kata Titah yang mengeluh saat melihat Afgan dan saat Afgan bernyanyi didepan Titah.

"Have a Mr. Major Afgan Syah Reza." keluh pak Hans.

"Look at that Mr. Hans, he teases me with a romance arrow song." keluh Titah lagi.

"Okay, Miss Titah Kesumawardani, I'm taking care of it, Mr. Afgan Syah Reza." kata pak Hans.

"Yes what is Mr. Hans?" tanya Afgan.

"Miss Titah Kesumawardani is the youngest lecturer here and there is something you need to know Mr. Major Afgan Syah Reza." jawab pak Hans.

"What about Mr. Hans?" tanya Afgan yang berbisik pada pak Hans.

"All you have to know is a cousin of Miss Titah Kesumawardani is a general and also his cousin is your boss in the office, in Indonesia I mean." jawab pak Hans yang berbisik pada Afgan.

"Oh yes, beautiful, young, and make me ..." kata Afgan yang memandang Titah.

"Than you are old, big in class, and really embarrassing, hem ..., excuse me Mr. Hans, I want to get out of your room." kata Titah yang memandang Afgan dan pergi dari ruangan pak Hans.

"Yes please miss Titah Kesumawardani."

"Really beautiful he ya Mr. Hans, teasing."

"Has returned to your class Mr. Major Afgan Syah Reza."

"Okay Mr. Hans, excuse me, Mr. Hans." kata Afgan yang meninggalkan pak Hans di ruangannya.

"Okay Mr. Major Afgan Syah Reza."

Keesokan harinya Rama mengumumkan di mading kampus, kalau ternyata Rama menyewakan satu kamar di rumahnya. Lalu akhirnya Afgan yang menyewa kamar di rumahnya, ketika ibunya berada di daur ibunya merasakan kehadiran Afgan berada di rumah Arsya, anaknya.

Ibunya mengeluarkan keluh kesahnya yang merindukan Afgan, Afgan ingin mengatakan yang sesungguhnya kalau dia adalah anaknya yang selama ini dirindukan nya, tapi Afgan menyadari kalau waktu ini bukan waktu yang tepat untuk jujur pada ibunya dan juga Arsya (kakaknya).

Keesokan Harinya..

DI RUMAH PAK ROY

Di Depan Rumah Pak Roy..

"Kabar baik pak Roy, saya sudah berteman dengan anak bapak, kabar Ayu baik, di sini juga dia banyak teman, dan saya juga sudah memberikan perintah pada Rian dan Eko untuk memantau Ayu." kata Afgan yang memberikan kabar pada pak Roy lewat telepon.

UNIVERSITAS AMSTERDAM

Di Mading Universitas Amsterdam..

"Sekarang sudah beres." kata Rama yang menempelkan pengumuman untuk menyewakan kamarnya yang kosong di rumahnya.

"Penyewaan kamar kosong, satu, saya yang akan menempati kamar tersebut di rumahmu kakak Arsya." kata Afgan yang melihat pengumuman di mading kampus.

Di ruang 308..

"Rama Adhi Saputra." kata Afgan yang menghampiri Rama.

"Iya, eh Afgan darimana kamu tau nama lengkap saya?" tanya Rama.

"Dari pak Hans kemarin, hehe." jawab Afgan yang beralasan pada Rama.

"Oh, tapi kamu panggil saya Adhi saja ya jangan Rama." pinta Rama.

"Oke.." seru Afgan.

"Oke, oh ya ada apa Afgan tadi kamu memanggilku bukan, oh ya satu lagi itu apa yang kamu pegang?"

"Ini pengumuman di mading kampus, saya mau tanya sudah ada yang menyewa kamar kosong ini belum, kalau belum untuk saya saja, rumah yang saya tinggalin sekarang jauh dari kampus."

"Oh ya masih ada dan belum ada penyewanya kok, kalau memang benar kamu mau menyewa kamar itu di rumahku ya sudah ambil saja masalah harga sewa kamu bisa obrolin dengan papaku atau nenekku langsung."

"Oh oke, nanti setelah pulang kuliah saya ke rumahmu ya."

"Oke.."

DI RUMAH ARSYA

Di Ruang Tengah..

"Bu, ibu lihat istriku tidak?" tanya Arsya.

"Tidak, mungkin dia ke pasar membeli keperluan bulanan kita, Arsya." jawab ibu Nurmala.

"Oh begitu." seru Arsya.

"Ya.." sambung ibu Nurmala.

Di Ruang Tamu..

"Assalamu'alaikum." Afgan dan Rama memberikan salam pada ibu Nurmala dan Arsya.

Di ruang tengah lagi..

"Wa'alaikumussalam." ibu Nurmala dan Arsya menjawab salam dari Afgan dan Rama.

"Siapa?" tanya ibu Nurmala.

"Entah bu, coba Arsya lihat dulu ya di depan." jawab Arsya.

"Ya sudah sana, ibu mau ke dapur." kata ibu Nurmala.

Di Ruang Tamu lagi..

"Itu dia papa ku, pah." kata Rama menunjuk ke arah Arsya.

"Iya, siapa Rama, teman kamu?" tanya Arsya.

"Iya pah, teman kuliah ku." jawab Rama.

Di Dapur..

"Afgan, putraku, saya merasakannya dia berada disini, apakah dia ada disini, di rumah ini, atau hanya perasaanku saja." kata ibu Nurmala yang merasakan kehadiran Afgan.

Di Ruang Tamu Lagi..

"Oh teman kuliahmu." kata Arsya.

"Oh ya pah, dia mau menyewa kamar kosong di rumah kita." kata Rama yang memberitahu Ayahnya, kalau Afgan ingin menyewa kamar kosong di rumah Rama.

"Oh ya tentu saja boleh, saya ingin bertanya siapa namamu?" tanya Arsya.

"Nama saya Afgan, tuan." jawab Afgan.

"Oh, tadi siapa namamu, Afgan?" tanya Arsya memastikan.

"Iya, kenapa?" tanya Afgan juga.

"Tidak, namamu seperti nama adikku." jawab Arsya.

"Maaf papa, Afgan, kalian berdua lanjutkan saja obrolannya saya mau ke kamar dulu." kata Rama yang pergi meninggalkan Afgan dan Arsya.

"Oke.., oh ya Rama, jangan lupa kamu jemput ibumu di pasar ya." kata Arsya yang memperingati Rama untuk menjemput Tiara.

"Oke pah, sekarang juga berangkat dan tidak jadi ke kamar." kata Rama yang pergi keluar rumah untuk menjemput ibunya, Tiara.

"Oh ya mari ikut saya untuk lihat dulu kamarnya, kalau kamu cocok langsung kita obrolin saja harga sewanya." kata Arsya mengajak Afgan pergi ke kamar yang akan disewa oleh Afgan.

"Oh Oke.." kata Afgan yang mengikuti Arsya.

Di Depan Kamar Ibu Nurmala..

"Selesai juga akhirnya masak." kata ibu Nurmala.

" Ibu.. " kata Afgan didalam hati ketika melihat ibunya, ibu Nurmala.

"Afgan, putraku.." kata ibu Nurmala yang merasakan kehadiran Afgan.

Di Depan Kamar Afgan..

"Nah Afgan ini kamar kamu." kata Arsya yang menunjukkan kamar Afgan.

"Oh iya terimakasih tuan. Maaf tuan boleh saya minta tolong jangan panggil saya Afgan." pinta Afgan.

"Mengapa saya tidak boleh memanggil kamu Afgan, bukankah itu nama kamu dan juga kamu memperkenalkan namamu Afgan pada saya?" tanya Arsya penasaran.

"Saya hanya di panggil Afgan ketika di kampus saja dan ketika di rumah Saya di panggil Eza." jawab Afgan agar tidak mencurigainya, karena dia masih sedang menyamar dan juga menjalani misinya untuk menjaga anak jenderalnya dari kelompok militan radikal.

"Oh begitu, baiklah Afgan.. Eh maksud saya, Eza.. Kalau begitu saya pamit ke kamar saya." kata Arsya meninggalkan Afgan.

"Assalamu'alaikum nak." ibu Nurmala memberikan salam pada Afgan yang sudah di belakangnya ketika Afgan ingin masuk ke dalam kamarnya.

"Wa'alaikumussalam bu." jawab Afgan yang akan memasuki kamarnya dan Afgan langsung berbalik rupanya ibunya sudah ada di belakangnya.

" Dia seperti anakku Afgan. " kata ibu Nurmala di dalam hati melihat anaknya berdiri di depannya.

" Ibu ini aku putramu bu, Afgan. " kata Afgan di dalam hati melihat ibu ketika berdiri di depan ibunya.

"Kamu persis anakku nak, maaf nama kamu siapa kalau boleh ibu tau?" tanya ibu Nurmala dengan penasaran.

"Nama saya Eza bu, saya teman kuliahnya Adhi." jawab Afgan berbohong pada ibunya.