webnovel

Hello, Ini Jessi.

07.40 AM

Tit!

"Aku Jessi! Dulu namaku Jessica tapi kata Mama karena aku sering sakit jadi mereka mengganti namaku dengan Jessi."

Sebagai karyawan teladan, Jessi mencoba selalu tepat waktu. Terbukti dengan ia yang selalu absen 20 menit sebelum jamnya mulai bekerja.

"Pagi ..." Jessi menyapa setiap orang di ruangannya dengan ceria.

"Pagi juga ..."

"Happy banget non, tumben?" tanya seorang pria yang mulai akrab dengan Jessi beberapa hari belakangan.

Jessi meletakkan tasnya di dalam loker di sudut ruangan lalu segera duduk tak jauh dari lelaki yang bertanya padanya.

Jessi tersenyum."Ia dong, beruang kutub! hari ini katanya aku ikut meeting second ketemu calon nasabah yang kemarin sempet ditawarin by phone, doain semoga goal ya," jawab Jessi.

"Amin, Ngajak siapa ketemunya?" tanya lelaki yang dipanggil beruang kutub oleh Jessi.

Jessica menghela nafas. "Kata Pak Joko, hari ini aku ditemenin langsung sama kepala ruangan," bisik Jessi.

Lelaki itu mengangguk. "Mas Ardi, Bu Loli kalo lagi penawaran ke nasabah gimana sih?"tanya Jessi.

"Ya gitu," jawab lelaki bernama Ardi itu.

Jessi mendengus kesal, bukan itu jawaban yang ia inginkan. Jessi ingin tau apakah benar yang selama ini ia dengar bahwa bertemu client dibantu oleh kepala ruangannya itu akan susah goal. Sebab, Jessi tidak ingin kehilangan calon nasabahnya yang sangat berpotensi ini.

"Jess," panggil seseorang yang suara yang terdengar berat.

Jessi menoleh ke asal suara dan benar, itu manajernya yang bernama Pak Joko.

"Iya Pak, gimana?"

"Ini bahan-bahan prospek yang kamu bawa, sebentar lagi berangkat ya, saya sudah pesan mobil kantornya, Ibu Loli juga nunggu di bawah," terang pak Joko.

Jessi mengangguk. "Siap, Pak."

"Good luck ya! Nak," ucap pak Joko tersenyum lalu kembali ke mejanya.

Jessi menghela nafas sejenak, lalu beranjak mengambil tas dan ia juga tidak lupa merapikan penampilannya sebelum keluar dari ruangan.

***

Sepanjang perjalanan menuju cafe, Jessi yang terkenal ekspresif memilih lebih banyak diam karena canggung, ini kali pertama ia meeting ditemani langsung dengan kepala ruangannya.

"Kamu kenal di mana Jess, calon nasabahmu ini?" tanya Bu Loli membuka pembicaraan.

"Dia temennya temen Papa saya Bu, kemarin sudah sempat ngobrol dengan Pak Joko by phone terus mau ditemuin."

"Terus backgroundnya gimana?"

"Kemarin yang kita dapat dia juga main investasi saham sama trading emas juga, dia pemilik salah satu perusahaan properti dan tekstil terbesar di Indonesia" jelas Jessica sedikit canggung.

Bu Loli hanya mengangguk sebagai respon, lalu suasana kembali hening sampai mereka tiba di sebuah restoran mewah di tengah kota Yogya.

Saat tiba di private room yang sudah dipesan oleh calon nasabah Jessi, belum ada siapa-siapa di sana. Jessi dan Bu Loli duduk berdekatan mereka lalu memesan minuman sembari menunggu calon nasabahnya.

"Jess, siapa non nama calon nasabahnya?"

Jess menoleh lalu menjawab,"Namanya Pak Jack Bautista, Bu." Lagi-lagi Bu Loli hanya mengangguk.

Tak lama setelah itu, masuk seorang lelaki paruh baya menggunakan setelan tuksedo berwarna abu-abu dengan senyum tipis, sambil membuka kancing tuksedonya lelaki itu duduk dihadapan Bu Loli dan Jessi.

"Halo ... saya Jessica, Pak," ucap Jessi memperkenalkan diri.

"Jack Bautista, panggil aja om Jack, saya teman ayah kamu," ucap Joshuel mengulurkan tangan dengan tersenyum.

Jessi menerima uluran tangan Jo dengan senyum terbaik yang ia punya. Tak lupa Jessica juga memperkenalkan Bu Loli.

"Baik om, oh iya... perkenalkan ini Bu Loli, beliau Senior Manajer di kantor Jess."

Jack tersenyum lalu berjabat tangan dengan Loli.

"Sudah pesan makanan?" tanya Pak Jack seraya membuka daftar menu.

Jessi mengangguk lalu menjawab,"Sudah Om, om pesan dulu saja."

***

"Kalau keuntungan yang ditawarkan dari perusahaan cuma segitu, saya masih pikir-pikir dulu deh, apalagi dengan resiko yang tinggi mending saya investasi properti, lebih aman dan keuntungannya juga lebih jelas," ucap Pak Jack sebagai statement terakhirnya setelah hampir satu jam Bu Loli menjelaskan profil perusahaan dan juga produk yang ditawarkan.

Jessi menoleh kearah Bu Loli pasrah, berharap Bu Loli memiliki jawaban agar calon nasabahnya ini tidak hilang sia-sia.

Bu Loli tersenyum, "Kalau Pak Jack berkenan bisa nanti saya buatkan planning transaksinya dulu khusus buat pak Jack, nanti biar Jessica yang share ke bapak, gimana?"

Jack mengangguk, "Boleh, ini nanti saya pelajari dulu, sekalian nanti saya diskusi dengan anak saya dulu, setelah itu saya akan kabari Jessica, saya mau invest atau tidak."

Jessi hanya bisa tersenyum pasrah, Jessica sangat berharap kalau Pak Jack bisa menjadi nasabah pertamanya dan dirinya tak perlu lagi mencari-cari nasabah.

Jessi mengikuti Bu Loli dan Pak Jack yang sudah terlebih dahulu beranjak dari kursinya.

"Terimakasih atas waktunya," ucap Bu Loli tersenyum ramah pada Pak Jack

"Sama-sama," jawab Pak Jack tak kalah ramah.

"Thank you, hati-hati di jalan, salam buat Papa sama Mama ya" kata Pak Jack menepuk pundak Jessi sebelum akhirnya berlalu.

"Siap, Om," ucap Jess tersenyum manis pada Pak Jack.

"Kita pulang?" ucap Bu Loli menegur Jessi yang masih memerhatikan punggung Pak Jack yang menjauh dari pandangannya.

"Oke Bu," saut Jessi tak lama setelahnya.

***

Drtttt Drtttt Drtttt

"Makan siang di mana?"

Isi pesan yang masuk di ponsel Jessi. Ia lalu menekan simbol mic yang ada di menu chat untuk mengirimkan pesan suara sebagai balasan.

"Belum tau Nin, kayanya aku pengen makan ramen di plaza deh."

Setelah membalas pesan, Jessica melanjutkan pekerjaannya mengisi formulir laporan hasil kegiatannya hari ini. Ia lalu menaruh laporan itu di meja Pak Joko untuk dicek sebelum akhirnya di serahkan pada Bu Loli.

Jessi meraih ponselnya lalu membuka kembali chatnya dengan Nindy. Jessi kembali mengirimkan sebuah pesan suara berisikan ajakan makan siang disebuah mall tak jauh dari kantornya.

Tak lama kemudian, Nindy membalas pesan Jessica.

"Okay, sekalian gue mau ngomongin soal permintaan gue kemarin."

Jessi menghela nafas membaca pesan tersebut. Ia memejamkan matanya. Jessica bahkan belum memikirkan jawaban atas permintaan konyol sahabatnya itu.

Beberapa hari yang lalu, Nindy! Temannya itu meminta Jessi untuk membantunya berpura-pura menjadi pacar seseorang. Awalnya Jessica langsung menolak permintaan itu karena menurutnya itu gila. Lebih-lebih Jessi belum pernah bertemu dengan lelaki itu. Namun, Nindy sangat terus memohon padanya hingga akhirnya ia meminta waktu untuk berfikir terlebih dahulu.

Jam makan siang masih satu jam lagi, Jessi menggunakan waktunya untuk mengirimkan follow up tentang update pergerakan pasar emas kepada beberapa calon nasabahnya.

Saat sedang mengirimkan follow up untuk nasabahnya, Jessi menerima sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal.

"Halo non, save ya ini Brian HRD."

*****

Bersambung..