webnovel

Kita Ambil Hikmahnya

Flashback Off

Barra tersenyum lalu mengeluarkan nafas berat.

'Bismillah ya Allah. Hamba menempuh ini dengan nama Mu,' batin Barra.

****

Suasana baru ketika masuk halaman pesantren. Pemuda ini meninggalkan kemewahan yang selama ini digunakannya untuk berfoya-foya.

Barra di sapa beberapa pemuda. Barra tersenyum lalu mengangguk.

"Assalamualaikum," sapa salah satu pemuda, yang kemungkinan besar dia adalah santri.

"Waalaikumsalam," jawab Barra. Mereka pun berjabat tangan.

"Perkenalkan, saya Fajar Mas."

"Saya Barra," jawab Barra lalu merunduk.

"Kiai, ada?" tanya Barra.

"Kiai sedang pergi, mari ke asrama tempat saya dulu Mas," ajak pemuda berparas keren itu.

"Terima kasih."

***

Barra dan Fajar berjalan bersama, tak lupa Fajar memperkenalkan Barra kepada santri yang lain. Barra yang terlihat pemuda berkelas menjadi pusat perhatian para santri putra, semua mata memandang membuat Barra tidak nyaman.

Mereka tiba di asrama, duduk bersama. "Mas Fajar sudah lama mondok?" tanya Barra lalu mengeluarkan camilan.

"Belum, masih 6 bulnanan."

"Emmm silahkan Mas, sambil ngemil kita bertukar kisah hidup kalau berkenan."

"Alhamdulillah ...." Fajar pun menikmati cemilan yang dibuka Barra.

"Emmm. Mau dengar cerita Mas kok bisa menjadi santri," kata Barra.

"Ini cerita hidup ya Mas. Untuk kita ambil hikmahnya," kata Fajar mulai bercerita.

Flashback off KISAH FAJAR.

Dipagi hari dengan cuaca yang sedikit mendung seorang pemuda yang baru berusia 17 tahun sebut saja Fajar.

Adalah anak laki-laki yang beranjak dewasa atau istilahnya ABG, dia adalah anak yang putus sekolah, bukannya kurang biaya malahan bisa dibilang dia itu anak orang yang tergolong kaya dilingkungan nya.

"Bu, Ibu ...."

"Apa Jar?" tanya ibunya.

"Kunci motor ku mana?" tanya Fajar kebingungan.

"Lho kok tanya ibu, lha wong yang make situ kok," jawab ibunya.

"Ya semalam tidak aku copot tetep nancep dimotor, bantu nyariin to Bu!" pinta Fajar dengan suara agak keras.

"Kamu itu Lee naruh-naruh sendiri kok Ibu yang disuruh nyari, Ogah, Ibu masih repot masak," jawab Ibunya tidak peduli.

"Ayolah Bu ... Bantu cariin, takut telat nanti ...." pinta Fajar membujuk terus dengan mimik wajah agak sedikit memelas.

"Ya sudah, sana terusin Ibu goreng ikan awas kalo sampai gosong!" ancam ibu.

Ibu Eni pun bergegas nyariin kunci motor anaknya tersebut, di saat sang ibu mencari tiba-tiba dari dalam kamar mandi si kecil Fina teriak-teriak manggil sang ibu.

"Bu, Ibu ... Sudah ...."

Berulang-ulang si Fina memanggil ibunya.

"Iya sayang, langsung pakai handuknya terus sini ibu pakein baju,"

Ibu Eni pun masih mencari kunci motor si Fajar, tapi belum ketemu juga hampir seluruh ruang bagasi udah diperiksa, kemudian Bu Eni nyoba nyari dikamar Fajar dikasur, lemari baju, saku baju, saku celana, meja dan laci semua sudah diperiksa tapi masih belum ketemu juga.

Sementara itu si Fina sudah selesai mandi.

"Bu ... pakai baju ...." ucap si Fina sambil loncat-loncat ceria.

Belum juga ketemu nyari kunci motor Bu Eni gantian makein baju si Fina.

"Ketemu Bu?" Tanya Fajar.

"Belum Nak ... Sudah Ibu periksa semua, di kamarmu juga," terang Bu Eni.

"Sini ibu terusin goreng ikannya. Ya ampun si Fajar ... Di bilang jangan gosong masih aja gosong, huh ...." keluh Bu Eni jengkel.

Sementara itu Fajar udah ngilang pergi, dia kerumah Andi temen akrabnya yang rumahnya ada di sebrang jalan.

"Lho Jar mana motor mu?" tanya Andi.

"Kuncinya Nggak ketemu, pake motormu aja wes,"

"Butut gak papa ya?" tanya Andi.

"Alah. Nggak papa," sahut Fajar.

Reng ... Reng ... Bunyi kenalpot motor Andi sangat berisik, mereka berdua langsung tancap gas. Reng ... Melesat, sementara Bu Eni udah selesai masaknya si kecil Fina pun juga udah dipakein baju, terus Bu Eni langsung beres-beres kasur yang digelar di depan televisi dan ketika beresin bantal dia nemuin kunci motor Fajar didalam sarung bantal.

"Ini pasti ulah si Fina ngumpetin kunci motor disini, hayo ... siapa yang ngumpetin kunci motor kakak disarung bantal?" Tanya Bu Eni sambil menggelitiki si kecil Fina.

"hi hi hi." Fina terpingkal-terpingkal geli.

"Jar ... Fajar ... Ini lho kunci motormu," teriak Bu Eni, Dia mengira kalau Fajar masih dirumah, tapi setelah tau kalo anak sulungnya itu udah tidak ada dirumah dia cuma menggerutu dalam hati, 'Dasar anak ndableg, pergi gak pernah pamit sama orang tua.' Sesaat kemudian Ayah Fajar masuk rumah.

"Assalamu'alaikum," ucap Ayah.

"Wa'alaikkummusalam," jawab ibu.

"Ayah ...." Si kecil Fina berlari menghampiri

Ayahnya dan langsung minta gendong.

"Fajar mana Bu?" Tanya Ayah.

"Udah pergi,"

"Lha itu motornya ada," Imbuh Ayah.

"Kemana?"

"Gak tau, lha wong tidak pamit,"

"Dasar Anak gak bisa diatur, mau jadi apa dia, sekolah gak mau, suruh mondok gak mau!" gerutu Ayah.

"Sarapan dulu yah habis itu cari si Fajar" seru ibu. Bu Eni pun segera menyiapkan sarapan dan kemudian mereka sarapan bareng.

"Habis sarapan langsung cari Fajar ya Yah?" pinta ibu.

"Ya nanti habis nganter daftar belanja toko, takutnya ntar ada sales datang pagi ini "

Pak Somad adalah seorang pedagang sukses yang memiliki toko gede yang memiliki banyak cabang.

Setelah usai sarapan pak somad pun segera mandi dan setelah itu beliau sholat duha, lalu setelah sholat langsung berangkat ke toko nganter daftar belanja.

Dan setelah habis dari toko pak somad pun segera mencari Fajar anak nya. Dicarinya ketempat biasanya anak-anak nongkrong, banyak anak disitu tapi tidak dijumpainya si Fajar.

Ditanyainya salah satu anak yang ada disitu yang kebetulan pak somad pun mengenalinya, Irfan namanya.

"Ir, Kamu lihat Fajar nggak?"

"Tidak pak" jawab Irfan.

"Tapi semalam aku mendengar Fajar dan Andi janjian mau kerja," imbuhnya.

"Apa katamu? Keluar sama Andi? Kerja?"

Pak somad kaget bukan main mendengar penuturan Irfan teman anaknya itu.

Merasa dapat info tentang keberadaan anaknya Pak Somad pun lantas memanggil Irfan supaya mendekat.

"Fan sini Fan"

Pak Somad melambaikan tangan kepada Irfan. Irfan pun segera menghampiri.

"Betul kamu tau kemana Fajar pergi?"

"Tau pak," jawab Irfan.

"Kemana? Terus kerja apa?" cecar Pak Somad.

"Kerja di Pak Haji Djarot Pamannya Andi,"

terang si Irfan.

"Emang kerja apa?"

"Pengemasan buah Pak," jawabnya lagi.

"Astaghfirullah ... Irfan ... hem ..." gumam Pak Somad terlihat geram.

"Pak Haji Djarot rumahnya mana to Fan?" tanya Pak Somad lagi.

"Dukuh Pinkan Pak," jawab Irfan.

"Kamu mau antar Bapak ke sana? "

"Ya enggak lah Pak, ya gak enak to aku sama Fajar," jawab Irfan beralasan.

"Iya dah gak papa, makasih ya infonya,"

Merasa telah mendapatkan kabar penting tentang anaknya lantas Pak Somad pun ngasih uang jajan kepada Irfan sebagai tanda terimakasih. Akan tetapi si Irfan menolak.

"Gak usah Pak makasih," tolak Irfan.

"Udah lah Fan Terima wong cuma dikit kok," bujuk Pak somad.

Tapi Irfan tetap menolak dan akhirnya Pak somad pun mengalah sambil menepuk pundak si Irfan Pak somad pun mengucapkan terimakasih dan langsung pamitan.

"Ya udah terimakasih ya Fan Bapak terus mau langsung jalan."

"Ya sama-sama."

Pak Somad pun langsung bergegas menuju Dukuh Pinkan tempat dimana Fajar berada, dan setelah masuk di sana Pak Somad pun menghentikan Mobilnya di kerumunan Ibu-ibu yang lagi belanja di pedagang sayur keliling.

Pak Somad pun membuka kaca mobilnya dan langsung bertanya.

"Assalamu'alaikum Bu ... maaf mau numpang tanya ...."

"Waalaikumsalam ... Ya silakan? " jawab para ibu.

"Mau tanya Rumahnya Haji Djarot juragan buah mana ya? " tanya Pak Somad.

"Lurus aja Pak kira-kira 500 meter ada kantor pos rumahnya disebelahnya situ"

"Oiya makasih ya Bu ...." ujar Pak Somad sambil menutup kaca mobilnya.

Dan sesaat kemudian sampailah mobil Pak Somad di depan rumah yang dimaksud, Pak Somad pun segera memarkir mobilnya dipinggir jalan dan Diapun langsung turun dari mobil, sambil mengawasi keadaan didalam pagar rumah yang terlihat banyak orang disitu siapa tau anaknya si Fajar ada diantara mereka.

Dan betul saja ia melihat anaknya tersebut tidak pakai baju sedang merokok sambil mewadahi buah jeruk kedalam peti, dan kelihatannya Fajar pun tidak mengetahui kalau Bapaknya sedang memperhatikannya.

Bersambung.