Badai sudah memikirkan hal itu. Tapi dia tak mau ambil pusing. Ayahnya memang keras. Tapi bukan berarti dia bisa mengontrol Badai sesuka hatinya. Dia bisa saja membuat Badai kesal dan benci. Maka itu, juga berarti dia bisa menggunakan milik ayahnya sebagai ajang balas dendam terkait masalah ibunya.
Badai akan menghadapi apa yang terjadi nanti. Yang terpenting sekarang adalah bersenang-senang. Kemudian menikmati bagaimana murka wajah ayahnya setelah melihat tunggakan kartu kreditnya menggunung di billing.
Seluruh transaksi pengeluaran masuk ke inbox Doddy Putra. Dimana sejak tadi, ponselnya terus berdering dan bergetar saat meeting masih berlangsung. Dia yang belum sadar bila ponselnya yang terus berkicau, menghentakkan sorot mata gelapnya ke beberapa penjuru.
"Siapa yang masih mengaktifkan ponselnya saat meeting? Apa dia tidak tahu aturan penting yang kubuat? Dan betapa bencinya aku saat konsentrasiku dipecah?"
Lutfi menunjuk ke meja samping sang bos.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com