webnovel

Paman Panglima, Tidakkah Hati Nuranimu Terluka?

Translator: Wave Literature Éditeur: Wave Literature

Jiang Mianmian tercengang, dia kemudian memutar wajahnya dan membuka mulutnya sembari tersenyum kecil, lalu berkata, "Tidak, itu sudah cukup. Kakiku terasa sakit sekarang, aku ingin beristirahat."

Zhan Muqian menggenggam pergelangan halus Jiang Mianmian dengan lembut dan perlahan mengerahkan kekuatannya untuk menyeretnya itu ke dalam pelukannya. "Kamu bilang sudah cukup? Jiang Mianmian, kamu memanfaatkanku, ya?" Tanyanya.

Mendengar perkataan Zhan Muqian, Jiang Mianmian melotot karena bingung, kemudian menjawab, "Tidak, mana mungkin aku memanfaatkanmu." 

Tangan besar Zhan Muqian bergerak perlahan ke pinggang ramping Jiang Mianmian lalu menyentuhnya dengan lembut sehingga membuat suhu tubuhnya sedikit panas. Tangan besar itu kemudian menembus kain tipis yang membatasi kulit mereka. Dia sudah merasa risih atas apa yang dilakukan pria itu, namun ujung pakaian katunnya malah dilepas olehnya dan lebih parahnya lagi, tangan sang panglima mulai meraba-raba...

Jiang Mianmian tanpa sadar menjerit, tangannya tidak bergerak, namun pinggangnya menggeliat.

Setelah bergesekan sebanyak dua kali, dia menyandarkan diri pada lengan Zhan Muqian dan tidak berani bergerak sama sekali.

Zhan Muqian tersenyum sambil mengelus pinggang Jiang Mianmian dan membungkukkan tubuhnya tepat di telinganya, dia lalu meniupnya dan berkata, "Sepertinya kamu benar-benar menyukai Qiyou, namun saat dia masuk ke kamar tidur Jiang Li, apa kamu menyesal?"

"Menyesal? Keponakanmu adalah seorang bajingan yang munafik. Dia sangat cocok dengan seorang gadis seperti Jiang Li. Mengapa aku harus menyesal? Hanya hantu yang akan menyukai Zhan Qiyou!" Jawab Jiang Mianmian.

Zhan Muqian menyipitkan matanya, lalu mencubit dagu Jiang Mianmian dengan jari-jarinya yang panjang dan berkata, "Tidak suka… Bukannya kamu menciumku di hadapannya untuk membuatnya sakit hati?"

"Tentu saja tidak!" Jiang Mianmian berkata sambil menatap Zhan Muqian. "Kamu dan aku adalah sepasang suami istri. Memangnya aku tidak boleh untuk menciummu? Jangan membicarakan tentang Zhan Qiyou lagi, dia adalah orang yang paling menyebalkan bagiku!"

"Karena itu, teruskan menciumku. Kamu harus berbaik hati dan tulus kepadaku, dengan begitu aku akan mempercayaimu, oke?"

Lutut Mianmian terasa semakin sakit karena amarahnya, dia kehilangan kesabaran dan tiba-tiba melompat seperti macan tutul kecil yang ganas dan memeluk leher Zhan Muqian. Dia menggertakan giginya, membuka mulutnya dan menggigit bagian kiri wajah sang panglima perang dengan kuat.

Gigi tajam macan tutul betina kecil itu membekas di wajah tampan Zhan Muqian membuat mata dinginnya menampakkan kemarahan, suhu tubuhnya pun perlahan menurun. Dia meraih dua tangan Jiang Mianmian menurunkannya dari tubuhnya.

Jiang Mianmian menatap Zhan Muqian, melepaskan gigitannya dan tiba-tiba berteriak, "Jangan gigit aku! Jangan gigit aku! Itu akan sangat menyakitkan!" Teriakan memohon belas kasihan yang dilakukannya terasa sia-sia. Pasalnya, bibir Zhan Muqian sudah berada di lehernya, dia mencium dan segera menggigitnya.

***

Setelah bergelut beberapa saat, pertarungan itu pun berakhir. Jiang Mianmian memegang lututnya sambil meringkuk di bagian ranjang, dia menundukkan wajahnya dengan penuh kemarahan dengan tangan putihnya yang memegangi lehernya.

Sementara Zhan Muqian hanya bersandar santai, dia tersenyum sinis sambil mengerutkan alis dan matanya. Dia sama sekali tidak merasa bersalah telah menindas Jiang Mianmian.

Jiang Mianmian memasang wajah cemberut dan menunjuk ke salah satu bagian tubuhnya, "Paman panglima, apa kamu tidak memiliki hati nurani?"

"Maaf pasukan tentara militer tidak perlu hati nurani."

"....." Jiang Mianmian menatapnya dengan tidak percaya. Bagaimana bisa aku berhubungan dengan bajingan ini? Batinnya.

"Baiklah, ini sudah cukup. Aku akan memberimu waktu lima menit untuk menghafal rumus kembali. Aku akan mengujimu setelah lima menit."

"..." Satu demi satu bencana terjadi! batin Mianmian.

Jiang Mianmian mengeluarkan buku salinan rumus matematika dari bawah bantal, kemudian melihatnya untuk waktu yang cukup lama dan menyadari bahwa kenangan samar hari itu telah muncul kembali. Dia lalu membuang buku itu dan mengeluh, "Aku tidak bisa menurunkan punggungku dari ranjang, kakiku sakit, kepalaku sama sakitnya! Aku tidak bisa menghafalnya hari ini!"