webnovel

Paman, Kau Bisa Mengajariku Mengendarai Pesawat Lain Kali

Translator: Wave Literature Éditeur: Wave Literature

Jiang Mianmian menyipitkan matanya dan tersenyum, terlihat seperti kucing manja. Dia duduk di jip militer yang dikendarai Zhan Muqian, dia terlihat seperti bayi yang penasaran ingin menjangkau dan menyentuh segala struktur kompleks yang ada di mobil itu. Dengan matanya bersinar seperti bintang dan berkata, "Mobil ini benar-benar berangin. Paman, lain kali pinjami aku untuk mengendarainya."

Zhan Muqian lalu mengambil kotak obat dari bagasi dan menatap Jiang Mianmian. Wajahnya mengekspresikan ketidakberdayaan setelah mendengar perkataannya, kemudian dia menepuk bagian belakang kepala gadis itu dan berkata, "Meminjamkanmu? Memangnya kamu memiliki SIM?"

Jiang Mianmian dengan bangga mengangkat alisnya dan berkata, "Tidak, tapi aku bisa mengemudi dulu sekali, keahlian menyetirku sangat bagus. Paman, kau bisa mengajariku mengendarai pesawat lain kali!"

Zhan Muqian masih merasa geli ketika mengingat soal 'pertempuran' antara dirinya dan Jiang Mianmian di pesawat tempur dulu. Dengan wajah dingin tiba-tiba dia mengulurkan tangannya untuk merobek pakaian Jiang Mianmian. Bibir tipisnya menyeringai dan berkata, "Mengendarai pesawat ya... Apa kamu masih ingin pergi ke langit?"

Suara keras itu membuat Jiang Mianmian takut. Dengan pancaran ketakutan di matanya dia berkata, "Paman, apa yang kau lakukan? Mobilnya bergetar?! Jip?? Tapi kita masih di Istana Presiden. Ada CCTV dan drone dimana-mana!"

Zhan Muqian sampai tidak bisa berkata-kata dan kesal pada kebodohan Jiang Mianmian. Dia merobek setengah bagian bawah pakaiannya karena takut gesekan kain akan memperburuk rasa sakitnya, dia lalu memegang betis putih dan lembut gadis itu dengan tangan besarnya kemudian memperhatikan dengan cermat.

Ketika Jiang Mianmian melihat Zhan Muqian yang mengerutkan kening, kedua kakinya yang putih dan kurus benar-benar terbuka di hadapannya, dia tidak bisa menahan rasa malunya. Suasana di dalam jip militer itu sangat aneh, dia menggeliat gelisah dan mencoba menarik kembali kaki putih kecilnya.

Zhan Muqian kemudian mengangkat betis Jiang Mianmian begitu tinggi hingga membuatnya terbuka lebar, gadis itu kini terlihat seperti kucing liar yang sedang berjuang menahan malu. Dia tiba-tiba melepaskan tangannya dan berkata dengan dingin, "Memangnya kamu punya malu? Warna putih dan berenda."

"....." Jiang Mianmian menatapnya dengan mulut sedikit terbuka, dia hampir saja mengutuknya. Dia benar-benar melihat warna celana dalamku dan juga melihat rendanya! Bajingan! Bajingan tua! umpatnya dalam hati.

Jiang Mianmian memutar matanya, lalu dengan penuh kemarahan dia berkata, "Bukankah itu ada di ruang ganti pakaian yang kamu sediakan, semua yang ada di situ adalah pakaian seperti ini. Hantu juga suka celana dalam renda!"

Saat membantu membersihkan luka Jiang Mianmian, Zhan Muqian menemukan pecahan kaca yang masih tertempel di lututnya, jadi dia memutuskan untuk membawanya pergi ke rumah sakit agar mendapatkan perawatan yang lebih profesional.

Jiang Mianmian melihat Zhan Muqian mengendarai jip dengan serius tanpa mengucapkan sepatah kata pun, hal itu membuatnya bertanya-tanya, "Paman Zhan, mengapa kamu tidak bicara?"

Namun, Zhan Muqian tidak menghiraukannya, awalnya, dia ingin bercanda dengannya dan berpikir bahwa Jiang Mianmian tidak terluka serius. Namun, ternyata masih ada pecahan kaca di dalam lututnya. Benar-benar gadis yang baik, bahkan kamu bisa menahan rasa sakit yang seperti itu! katanya dalam hati.

Jiang Mianmian tidak tahu mengapa Zhan Muqian tiba-tiba mengubah ekspresi wajahnya. Karena merasa bosan, dia pun mengulurkan tangannya dan menyalakan musik pada pemutar musik yang ada di dalam jip. Selain itu, dia juga tidak berhenti melihat struktur yang ada di dalam jip itu, baginya mobil itu benar-benar keren, bahkan deru mesinnya terdengar megah.

Beberapa saat kemudian, tiba-tiba Jiang Mianmian terlonjak kaget dengan ingatan yang ada dipikirannya. Panglima perang kembali dari pangkalan militer? Itu berarti aku harus kembali mengerjakan PR lagi dan mengingat rumus-rumus yang aku belum hafal, batinnya. Dia merosot dari sandaran kursinya, lalu bertanya dengan nada malas, "Paman, jika aku benar-benar tidak lulus ujian masuk perguruan tinggi, apakah kamu akan menerimaku? Apa aku akan bersatu denganmu kedepannya? Apa aku akan bergabung dengan tentara di pangkalan militer?"

Mendengar perkataan itu, Zhan Muqian mengerutkan keningnya, lalu menambah kecepatan mengemudinya ke tingkat sangat tinggi. Pada saat yang sama, matanya yang dingin melirik ke arah Jiang Mianmian, kemudian berkata, "Kamu… Jadilah tentara! Tentara keamanan atau tentara sosial, kamu pandai mencuci piring atau bernyanyi dan menari?"