webnovel

Paman, Ijinkan Aku Merokok, Aku Dengar Merokok Bisa Mengurangi Rasa Sakit

Translator: Wave Literature Éditeur: Wave Literature

Setelah mengetahui bahwa Jiang Mianmian takut dengan suntikan, Zhan Muqian tidak membiarkannya untuk keluar dari rumah sakit militer.

Tiba-tiba, seorang ajudan terlihat tergesa-gesa menemui Zhan Muqian dan berkata, "Panglima, bisakah Anda kembali ke pangkalan militer sekarang? Apakah Anda ingin saya mengirim Nona Jiang ke kamar tidur Anda untuk beristirahat dan kemudian…"

Jiang Mianmian mengerti apa makna dari perkataan sang ajudan. Zhan Muqian rupanya bergegas ke Istana Presiden tanpa menyelesaikan pekerjaannya di pangkalan militer untuk meninjau calon pasukan. Dia lalu menggandeng lengannya dan berbisik, "Paman Zhan, kembalilah ke pangkalan militer, aku…"

Sebelum selesai berbicara, Jiang Mianmian mendengarkan Zhan Muqian berkata, "Aku tidak akan kembali ke pangkalan militer hari ini. Pergilah, awasi semua kondisi dan situasi di sana dan laporkan apa pun yang terjadi kepadaku setiap saat."

Ajudan itu menelan ludah mendengar perintah Zhan Muqian, kemudian memberi hormat dan berkata, "Siap, laksanakan!" Dia pergi dengan tergesa-gesa dan menghela napas panjang. Ajudan itu telah bersama panglima perang selama bertahun-tahun dan bosnya itu selalu mengutamakan pekerjaannya. Dalam pandangan panglima perang, tidak ada yang lebih penting daripada pasukannya, namun sekarang sepertinya berbeda. Sejak memiliki Nona Jiang, kepribadian panglima perang pun berubah, dia tidak lagi terlihat seperti Pangeran Tua Yan yang tidak pernah dekat dengan wanita.

***

Ketika malam hari, Jiang Mianmian berbaring dengan nyaman di tempat tidur yang tampak seperti tempat tidur seorang selir pada zaman kekaisaran, perlahan dia merasakan bahwa hukumannya akan segera datang. Luka di lututnya mulai terasa sakit, lebih sakit daripada saat di siang hari. Awalnya dia sudah merasa nyaman berada di atas ranjang yang lembut dan hampir tertidur, tetapi rasa sakit di kakinya secara bertahap membuatnya tak bisa tidur.

Ketika Zhan Muqian membuka pintu dan masuk ke kamar Jiang Mianmian, dia melihat kucing liar itu meringkuk dan tampak begitu lemah seperti sedang mengalami kesakitan yang amat parah. Memang benar, luka seperti itu akan lebih menyakitkan saat tengah malam. Dia lalu menuangkan air hangat pada sebuah cangkir dan kemudian memberikan obat penghilang rasa sakit pada gadis kecil itu. Pada awalnya, dia tampak begitu kuat, namun faktanya sekarang dia sedang menderita karena kesakitan.

Zhan Muqian lalu mengelus-elus kepala Jiang Mianmian, anak kucing yang biasanya bertingkah liar itu sekarang berada di lengannya. Dia terus membelai kucing yang kini tampak jinak serta tengah kesakitan hingga mengerutkan hidungnya itu. Dia mencubit wajah kecil gadis itu, lalu bertanya, "Apa masih sangat menyakitkan? Apa obat penghilang rasa sakitnya tidak bekerja?"

Jiang Mianmian jatuh ke dalam pelukan Zhan Muqian, dia menggigit bibirnya dan mengerutkan kening. Beberapa detik kemudian dia berkata dengan suara yang begitu lembut, "Paman, aku terluka…"

Tubuh Zhan Muqian seakan kaku karena tercengang, rasa sakit yang dirasakan Jiang Mianmian tak kunjung reda, hal ini membuat jantungnya pun tak karuan.

Jari-jari putih mungil Jiang Mianmian tergantung di kerahnya. Meski saat ini dia tengah bersikap centil, sikapnya itu masih tidak tampak seperti penampilan centil gangster wanita yang biasanya. "Paman, biarkan aku merokok. Rasanya menyakitkan, aku mendengar bahwa merokok dapat mengurangi rasa sakit." Katanya memohon.

Wajah Zhan Muqian tampak begitu serius, dia segera menolak dengan suara berat, "Tidak, apa kamu lupa dengan aturan keluarga yang aku buat?"

"Paman panglima, mengapa kamu begitu kejam sih? Aku biasanya merokok ketika aku merasa kesakitan!" Tutur Jiang Mianmian dengan wajahnya yang kusut.

Pada saat itu, Jiang Mianmian tidak tahu seberapa kuat dan mempesonanya tangis lembutnya bagi Zhan Muqian. Dengan wajah yang tampak keberatan, akhirnya panglima perang itu mengabaikan peraturan keluarga untuk sesaat. Dia kemudian mengulurkan tangan dan mengeluarkan sebungkus rokok dari dalam sakunya dan menyalakan sebatang, jari-jari panjang miliknya memegang rokok dan mengarahkan ke bibir gadis itu.

Jiang Mianmian mengisapnya sekali dan kemudian terbatuk.

"Uhuk! Uhuk huk huk!" Biasanya Jiang Mianmian hanya merokok dengan rasa mint, tidak disangkanya bahwa rasa rokok milik Zhan Muqian tidak begitu enak. Sang panglima perang lalu mengulurkan tangannya untuk membantunya bernapas dan meletakkan rokok itu di mulutnya. Jiang Mianmian menepuk punggungnya, tiba-tiba menyipitkan mata dan tertawa, "Paman, apakah ini bisa disebut ciuman tidak langsung?"