Usai membahas proposal Nizam Profesor kemudian mempersilahkan Nizam untuk pulang duluan. Tapi Nizam mengatakan akan menunggu Alena. Jelas Ia tidak suka Alena hanya berduan dengan Profesor itu. Sementara itu Alena yang masih kesal pura-pura tidak perduli. Dan ketika Alena selesai bimbingannya Alena malah keluar ruangan terlebih dahulu tanpa memperdulikan Nizam.
Nizam mengejar langkah Alena yang berjalan cepat-cepat. Nizam bukannya tidak tahu kalau Alena marah. Ia malah semakin senang menggoda Alena.
"Apakah itu masih sakit? " Tanya Nizam pada Alena sambil melihat tangan Alena yang masih memerah. Alena cemberut tidak menjawab pertanyaan Nizam. Nizam tersenyum melihat Alena cemberut. Berjalan cepat-cepat membuat roknya berayun-ayun.
"Di Azura kalau ada wanita yang cemberut pada pasangannya, maka ia akan dikutuk jadi kambing."
"Biarin.. "Alena mencibir sebal tapi hatinya serasa terbang mendengar Nizam mengatakan bahwa Alena pasangannya.
"Nanti Kamu cuma bisa mengembik.. "
"Di Indonesia kalau laki-laki jual mahal, He will be Jomblo forever"
"Jomblo?? what's the meaning with Jomblo?" Nizam menanyakan istilah Jomblo pada Alena.
"Jomblo is person with single status. Jika kamu menolakku terus maka Aku akan pergi meninggalkanmu And You are will be a poor single. "
"Apakah Kamu yakin akan meninggalkan Aku? Besar mana cintamu padaku atau cintaku padamu ?" Nizam bertanya. Alena menhentikan langkahnya. Lalu Ia memutar badannya berhadap-hadapan dengan Nizam.
"Kamu tahu Aku sangat mencintaimu. Aku tidak bisa hidup tanpamu.. "
"Walau apapun yang terjadi?" Nizam bertanya lagi sambil menatap Alena seakan menuntut sesuatu dari Alena
"Ya walau apapun yang terjadi."
"Walau harus berbagi dengan yang lain? "
Mata Alena terbelalak kaget.
"Apa Kamu sudah menikah?? Oh shit.. Kamu rupanya bajingan juga." Alena mencak-mencak.
"Oh... no Alena. I'm Singel." Nizam mengibas-ngibaskan tangannya
"Fi.. uh.. Syukurlah". Alena bernafas lega sambil mengusap keningnya yang tiba-tiba berkeringat.
"Jangan coba-coba menduakan cintaku..atau akan Aku potong-potong jadi banyak"
"Apanya yang akan Kamu potong? tanya Nizam.
"Alat reproduksi mu yang akan Aku potong - potong. "
Alena berkata sambil menyepertikan memotong sesuatu pada tangannya. Nizam langsung tersedak hingga terbatuk-batuk. Alena tertawa terbahak-bahak.
"Alena apa Kamu tau tentang Negara Azura?"
Tanya Nizam.
"Aku cuma tau sedikit, Selain termasuk negara paling kaya karena kilang minyak, penduduk mayoritas beragama Islam tetapi kehidupannya lebih banyak dipengaruhi oleh budaya daripada agama. " Alena mengingat-ngingat penjelasan Cyntia waktu mereka menyelidiki kewarganegaraan Nizam.
"Good girl" Nizam tersenyum senang mendengar penjelasan Alena. Pengetahuan Alena tentang negaranya sudah cukup membuktikan bahwa Alena serius dengannya. Tinggal Ia akan berusaha meyakinkan kerajaan agar bisa menerima Alena menjadi istrinya.
Alena meraih tangan Nizam, Ia ingin sekali berjalan sambil berpegangan tangan. Alena belum pernah bersama seorang pria sebelumnya karena Ia memang tidak pernah jatuh cinta pada siapapun. Jadi Ia merasa sangat bahagia. Nizam bukannya menyambut tangan Alena malah menjauhkan tangannya dari Alena.
"Jangan Alena, Aku kan sudah bilang, jangan menyentuhku."
"Tapi Nizam.. " Alena merengut
"Nanti akan ada waktunya, bersabarlah"
Alena terdiam Ia tidak berkata apa-apa lagi.
Dijalan mereka berpapasan dengan Justin dan teman wanitanya. Justin berjalan sambil memeluk wanita itu, sesekali Ia mencium pipinya. Alena sempat terpana melihat kejadian itu. Ia menjadi iri pada wanita yang dirangkul Justin. Kenapa Ia dan Nizam tidak seperti itu.
Justin juga menatap Alena tapi dengan perasaan kesal.
"Alena.. Aku tidak menyangka sekarang Kamu jadi perempuan genit.. "
"Apa maksud Kamu?" Alena memerah.
"Di pesta dansa Kamu menjadi kekasihnya Edward. Tapi temanku melihat Kamu malah pergi ke atas Aula sambil berangkulan dengan George. Lalu sekarang Kamu malah berjalan dengan Nizam. "
"Hati - hati dengan mulutmu, guys" Nizam berkata tajam.
"Dan Kamu Nizam, Kau bilang Kami orang bodoh, ternyata Kamu sendiri jatuh cinta pada Alena. Benar-benar tidak tahu malu."
Nizam terdiam, melihat Nizam terdiam Alena jadi sewot. Ia mau menyerang Justin tapi Nizam menarik tangannya.
"Biarkan saja" Kata Nizam sambil mencekal tangan Alena. Alena tidak jadi menyerang Justin. Justin tertawa seakan mengejek.
"Nanti kalau kamu bosan dengan Nizam Aku bersedia menggantikannya.. Aku jamin kamu bakalan puas... " Kata Justin sambil berlalu
"Dasar otak udang, pikiran kotor, ga berotak.. otak didengkul.." Alena terus mengumpat-ngumpat. Nizam sampai ingin membekap mulutnya agar Alena berhenti mengoceh.
***
Di kantin Alena terus misuh-misuh, bibirnya sampai manyun-manyun.
"Duduk.. sudah jangan ngomel-ngomel terus!" Nizam menyuruh Alena duduk sambil menyorongkan sebuah kursi ke Alena. Nizam lalu pergi memesan dua gelas minuman dan beberapa kue kecil buat Alena. Nizam melangkah membawa baki diiringi tatapan kagum para gadis lalu ketika pandangannya jatuh pada Alena yang dibawakan makanan itu, mereka langsung gaduh.
"Ssst.. apa tidak salah lihat. Nizam duduk bersama seorang gadis. tampar aku.. " Bisik gadis yang berambut coklat pada temannya. Temannya tidak menjawab malah melotot tak berkedip menatap Nizam serasa melihat hantu disiang bolong.
Disudut yang lain dua orang gadis berkulit hitam manis juga menatap tak berkedip pada Nizam. "Aku bersedia mengorbankan apa saja agar bisa duduk menggantikan Alena. " Bisik wanita yang berkulit hitam manis pada temannya.
Tidak hanya wanita yang ribut berbisik-bisik. Para pria juga sibuk berbisik-bisik.
"Aku pikir Si gunung es itu homo.. ha.. ha.. ternyata dia normal juga. Milihnya Alena lagi. Si seksi eksotis itu. Aku juga mau kalau jadi Nizam. Lagi pula Aku pikir Alena bersama Edward. Bukankah pada saat pesta dansa Edward menyatakan cintanya." Demikian bisik pria yang mengenakan topi pet.
Sementara yang digosipkan tampak asyik berbicara sambil saling bertatapan cuma tidak saling berpegangan tangan.
"Apakah Aku sekarang sudah jadi kekasihmu?" tanya Alena. Matanya yang bagai bintang itu menatap pada Nizam. Nizam tersenyum, ini pertama kalinya ia ke kantin tidak sambil membaca buku. Ia malah berbicara dengan seorang gadis.
"Aku belum bisa menjawabnya. Aku akan pulang besok. " Nizam menjawab sambil menatap tangan Alena yang runcing-runcing. Nizam juga melihat kuku jari Alena yang mengenakan nail art. Sangat cantik membuat Nizam ingin mengelusnya.
"Mengapa seperti itu?" Mata Alena berkaca-kaca.
"Jangan menangis Alena, Aku mencintaimu dari relung hati yang terdalam. Tetapi cinta saja tidak cukup. Kita berasal dari dunia yang berbeda." Nizam sedikit lesu.
"Memangnya kenapa Nizam, ada apa sebenarnya ?" Alena mendesak Nizam untuk mengatakan yang sebenarnya. Nizam bukannya tidak ingin berterus terang tetapi keberadaannya di kampus ini memang suatu rahasia. Sebagai pangeran hidupnya tidaklah sebebas yang lain. Keselamatannya juga kerap terancam. Begitu banyak pihak yang berencana untuk merebut tahta darinya. Entah itu dari pihak kerabatnya atau pun dari raja - raja bawahan kerajaan Azura. Membiarkan Alena mengetahui semua itu sama saja dengan membiarkan nyawanya ikut terancam. Apalagi kalau sampai ada yang mengetahui kalau Ia mencintai Alena. Bisa-bisa Alena diculik dan dijadikan sandera.
Melihat Nizam hanya terdiam. Alena mulai meneteskan air mata. Ingin rasanya Nizam memeluk dan mengelus Alena tetapi Nizam tidak apat melakukannya.