webnovel

Penjaga Azura

Alena berlari sekuat tenaga tetapi apa daya fisiknya tidak terlalu bagus digunakan untuk kegiatan yang mengandalkan kekuatan tenaga. Kebiasaan Alena yang malas berolahraga berdampak pada kekuatan kakinya yang lemah. Dalam sekejap larinya sudah tersusul oleh Justin yang sudah bangkit lagi. Justin mengejarnya dengan sedikit tertatih-tatih. Selangkangan yang kena lutut Alena masih terasa ngilu. Hal ini yang membuat Ia semakin beringas mengejar Alena yang lari menjauhinya.

Hanya dengan beberapa langkah, Justin berhasil mengejar Alena lalu Ia kembali merengkuh pinggang ramping Alena. Tubuh Alena terasa ringan dan lembut dalam dekapannya membuat Justin semakin bergairah. Pengaruh Alkohol yang menguasai nya juga membuat Ia semakin gelap mata. Badan Alena yang gemetar juga seakan semakin membangkitkan hasratnya. Andrenalin Justin semakin terpacu Ia lalu memutar tubuh Alena dengan sekali sentak hingga membuat wajahnya dan wajah Alena yang ketakutan saling berhadapan. Nafas Justin menghembus dengan kuat ke wajah Alena membuat Alena ingin muntah. Alena memundurkan wajahnya seraya memohon.

"Aku mohon Justin Kamu jangan melakukan apa-apa kepadaku. Aku sudah memiliki suami sekarang..."Alena lalu menangis menghiba, tubuhnya meronta-ronta dalam dekapan Justin. Tetapi Justin malah mencoba menciumi Alena. Bibirnya berusaha menyentuh bibir Alena. Alena menggelengkan Kepala kesana kemari menghindari ciuman Justin yang meluncur bertubi-tubi ke wajahnya dan mencari-cari bibirnya. Justin semakin menyeringai apalagi ketika dilihatnya air mata Alena membasahi pipinya yang kemerahan.

"Semakin kamu menangis Kamu semakin membuatku gila. Apa sudah ada yang bilang kalau kamu menangis malah semakin membangkitkan gairah seorang laki-laki" Tangan Justin yang sebelah kanan tiba-tiba terhulur ke dada Alena dan mulai hendak mencengkram bukit indah yang ada didepannya. Alena merasa nyawanya hendak melayang. Suaminya sendiri sekalipun belum pernah menyentuhnya. Sekarang si jahanam itu hendak mendahuluinya. Ia lebih baik mati. Kalau sampai Ia ternoda ia bersumpah sebelum Ia mati Ia akan membunuh Justin terlebih dahulu.

Alena memejamkan matanya ketika kemudian Ia merasa tubuhnya terbebas dari dekapan erat Justin. Ia segera membuka matanya dan Ia langsung tercengang melihat tubuh Justin yang tiba-tiba melayang sebelum akhirnya jatuh tersungkur. Alena menjerit ngeri dan menutup wajahnya ketika sebuah kaki melayang menendang perut Justin. Alena menutup wajahnya tapi kemudian Ia penasaran ingin melihat Ia lalu membuka matanya sedikit. Dan mulutnya seketika ternganga melihat Justin menjadi bulan-bulanan orang itu.

Kerah baju Justin direnggut lalu sebuah pukulan melayang menghajar muka tampannya. Justin terhuyung-huyung menahan pukulan yang bertubi-tubi. Setiap kali ia hendak melawan Ia selalu gagal. Berulangkali pukulannya dimentahkan oleh orang yang sedang menghajarnya. Justin merasa orang yang ada didepannya adalah malaikat maut yang akan mencabut nyawanya. Justin terjerembab ke lantai koridor lalu tubuhnya dengan pasrah menerima tendangan kaki yang beruntun menghajarnya dari segala sudut.

Sampai terdengar suara. "Enough Alika.. Cukup. Kamu bisa membunuhnya nanti." Alena melihat seseorang lagi menarik tangan orang yang menghajar Justin.

Orang yang dipanggil Alika menghentikan serangannya lalu Ia merenggut rambut Justin dan memutar wajah Justin agar menoleh ke arah Alena. Tangan yang sebelahnya lagi mengeluarkan sesuatu dari balik jasnya. Alena terkesiap melihat pistol ditangan orang itu. Pistol itu ditodongkan ke pelipis Justin. Justin menggigil ketakutan.

"Gadis yang ada di depanmu adalah istri dari majikan kami. Mulai sekarang jaga jarakmu dengannya. Sekali lagi Kami melihat Kamu ada didekatnya maka peluru dari senjata ini akan bersarang di kepalamu. Dan ingat Kami akan berada di dekatnya selama 24 jam. jadi jangan pernah coba-coba untuk melakukannya lagi." Suara orang itu terdengar sangat menakutkan. Justin dengan muka babak belur dan berdarah-darah hanya bisa menganggukkan kepalanya.

Alena masih dalam posisi berdiri kaku ketika orang itu menghampirinya. Alena dapat melihatnya dengan jelas. Sosok badan yang tinggi ramping dengan tangan yang terlihat kokoh. mengenakan celana jens dan kaos serta jas feminim. Wajahnya setipe dengan wajah Nizam dan pengawalnya. Hanya kali ini berjenis kelamin perempuan. Ia Berkulit sedikit gelap dan berhidung mancung. Ia terlihat sangat cantik sekaligus mengerikan.

"Kami mohon maaf Yang Mulia, Terlambat untuk menjaga paduka. Kami baru tiba tadi siang pukul 3 dari Azura. Dan Kami langsung melacak keberadaan paduka dari GPS tapi Kami sedikit tersesat. Perkenalkan Hamba Alika dan teman hamba Aruna. Kami diperintahkan yang Mulia pangeran untuk menjaga paduka." Orang yang memperkenalkan diri sebagai Alika membungkuk dengan sangat hormat diikuti oleh temannya yang bernama Aruna. Alena hanya melongo dengan mulut terbuka lebar terpesona melihat dua makhluk asing cantik yang didepannya.

Entah sampai kapan Alena bengong kalau Cynthia tidak menyenggol tubuhnya. "Jaga sikapmu Alena. Kamu Tuan Putri sekarang. Bersikaplah sebagaimana seharusnya." Cynthia berbisik.

Alena langsung menutup mulutnya lalu segera merubah sikap tubuhnya dan mimik wajahnya agar terlihat berwibawa.

"Hmm..oh ya baiklah.. terima kasih banyak kamu eh kalian sudah menyelamatkan hidupku." Kata Alena sambil masih gemetaran.

"Itu sudah menjadi kewajiban Kami, mari paduka kami akan mengantar paduka ke apartemen Pangeran. Karena tadi paduka sudah mengalami kejadian yang kurang menyenangkan. Sebaiknya Pangeran harus segera mengetahuinya"

"Apa sebaiknya Aku telepon saja dia?" Tanya Alena.

"Sebaiknya jangan nanti Yang Mulia Pangeran akan terkejut. Kita akan langsung menuju apartemennya. Silahkan yang Mulia!" Dua penjaga cantik itu menyampingkan tubuhnya memberikan jalan pada Alena dan Cynthia.

Alena memandang Cynthia lalu Cynthia mengangguk tanda setuju. Merekapun berlalu. Sebelum berlalu tanpa sepengetahuan Alena dan yang lain, Alika tiba-tiba menendang lagi Justin yang masih terkapar. Alika menendang Justin dua kali sambil menyumpahi.

"Laki-laki berakhlak rendah. Pergi saja ke neraka!!!" Alika meludahi Justin tiga kali lalu berlalu dengan gaya santai seakan-akan Ia baru saja minum air bukannya sudah memukuli orang setengah mati. Justin hanya bisa mengerang dan kemudian Ia melihat temannya yang tadi memegangi Cynthia datang. Jalannya terpincang-pincang tapi tidak separah dirinya. Kemungkinan sewaktu Ia dipukuli temannya cuma bisa melihat tanpa bisa membantu. Kenapa Cinta begitu menyakitkan Justin mengerang lagi. Rusak sudah wajah tampannya.