webnovel

Cinta Segi Empat

Hye Seon terjebak dalam kerumitan hati karena memiliki cinta untuk tiga lelaki di usia remaja dan dewasa awal. Impiannya untuk menjadi pelukis membawanya ke pada perjalanan panjang dari kota kelahirannya Gangneung sampai Seoul.

Anifkha · Urbain
Pas assez d’évaluations
47 Chs

Masalah Hyung Won

Kim So Hwan mengenalkan Hye Seon pada bagian terkelam daam hidupnya. Ia tak hanya memberitahu Hye Seon bahwa ia memiliki adik dari perselingkuhan ayahnya tetapi juga pada ibunya yang menderita akibat perbuatan ayahnya. Nyonya Kim, tak hidup juga tidak mati. Ia mengurung diri di kamar sejak suaminya meninggal. Pada awalnya So Hwan menyangka ibunya hanya mengalami guncangan batin biasa karena peristiwa itu, namun semakin hari ia semakin sadar kondisi ibunya lebih parah dari apa yang ia pikirkan.

Ia sering tiba tiba berteriak dan menyebut nama suaminya dengan kata kata kasar dan sumpah serapah, kemudian meraung-raung dan menangis sekeras kerasnya. Apalagi kalau ia mendengar suara tangisan anak kecil yang mengingatkan akan anak "tak diinginkan" dari suaminya.

So Hwan dan kakek Kim sudah mengusahakan segala cara untuk mengobatinya. Mereka sudah bolak balik keluar negeri untuk mendapatkan pengobatan yang terbaik tapi pada akhirnya kondisi nyonya Kim sama sekali tidak berubah. Setiap mengingat kejadian yang membuat ibunya seperti itu, kebencian So Hwan akan ayahnya muncul. Ia sangat kecewa sekali. Ayah yang ia banggakan sejak kecil tak bisa memberikan rasa bangga yang sama ketika meninggal.

Orang itu justru melimpahkan rasa malu yang amat sangat yang harus ia tanggung sampai mati. Bagaimana tidak, Kim Sang Jung, anak tunggal dari Kim Dong Jun, pelukis berbakat dan paling cemerlang seantero negeri ini, meninggal dengan perempuan simpanannya yang sedang hamil sembilan bulan. Bukankah itu adalah sasaran empuk bagi media untuk menjatuhkan segala martabat dan kebanggaannya?

Hingga saat ini, tak ada seorangpun yang tahu tentang peristiwa menyakitkan itu. Hanya beberapa orang dekat kakek yang tahu persis kejadian pada malam naas itu dan setidaknya mereka juga telah bersumpah akan menjaga rahasia itu sampai mati.

.....

Hari ini Sun Ah meminta Hye Seon untuk mencoba baju yang sengaja ia beli untuk dipakai ketika Hye Seon nanti menjadi pendamping pengantin. Maklum pernikahan Sun Ah tinggal satu minggu lagi. Ia benar-benar sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pesta pernikahannya, mulai dari lokasi pernikahan, kartu undangan, gereja tempat diadakannya pemberkatan dan hal hal lainnya. Hye Seon tak bisa membayangkan bagaimana jika ia menikah nanti. Melihat Sun Ah yang sesibuk itu, ia agak ngeri untuk cepat cepat melepas masa lajangnya.

"Selamat pagi, Bibi!" Hye Seon menyapa ramah bibi Kang yang sedang menyemprotlan air ke arah bunga-bunga kecil di depan rumah. Bunga-bunga mawar bibi kelihatan agak kurang menarik. Mungkin karena cuaca sehabis musim dingin yang belum hilang.

" Hye Seon, kau kelihatan senang sekali hari ini. Apakah kau mendapatkan pacar baru?" goda Bibi Kang sambil menyiram air ke setiap batang bunga yang.

"Bibi bisa saja. Aku senang karena senang saja. Di mana eonni ? ia menyuruhku datang kesini."

"Di kamarnya, naiklah ke atas."

"Baiklah."

Hye Seon bergegas masuk ke dalam rumah. Ia terpana melihat banyak perubahan yang dilakukan penghuni rumah ini untuk menyambut pernikahan Sun Ah dan Park Wo Han. Beberapa kursi unik yang sebelumnya ada di ruang tamu berubah menjadi sofa-sofa besar berwarna merah marun. Karpet yang sebelumnya berwarna coklat tua juga ikut berubah mengikuti pola dan warna sofa. Sangat serasi sekali.

Dengan bersenandung kecil, Hye Seon berjalan riang menaiki tangga menuju kamar Sun Ah. Kamar Sun Ah terletak di sebelah kanan sedang kamar Hyung Won ada di ujung kiri di lantai dua. Pintu kamar sepertinya tidak dikunci karena daun pintunya sedikit terbuka. Hye Seon melangkah untuk mengetuk pintu.

"eon__"

"Pastinya kau sangat senang sekali bisa menghancurkan pernikahanku!"

Hye Seon tak jadi mengetuk pintu. Ia mengintip dari celah daun pintu. Hyung Won sedang duduk di kursi dengan muka tertunduk sedang Sun Ah di depannya berdiri bertolak pinggang. Ia nampak kesal sekali. Tangan Hye Seon tertarik mundur. Ia mengurungkan niatnya untuk langsung masuk.

"Aku hanya minta satu hari dari waktumu. Apakah itu terlalu lama? Ini adalah momen sekali seumur hidup yang ingin aku bagi dengan keluargaku. Apakah kau masih tega untuk tidak menghadirinya?!!"

"Bukan begitu maksudku. Aku hanya...nuna tolonglah mengerti keadaanku. Na Ra sedang sakit parah dan tidak ada seorang pun yang bisa menjaganya."

"Heh...apakah kau pengawalnya? Oh..bukan..pelayannya?..kenapa setiap ia punya masalah hanya kau yang selalu saja datang untuk menyelesaikanya. Bukankah ia juga punya orang tua? ..oh aku ingat sekarang, mereka memang terbiasa mengandalkanmu untuk mengurusi putri kecil mereka yang senang sekali merengek."

"Nuna !" kali ini Hyung Won mendongak. Nada suaranya menjadi lebih keras. Bukannya takut Sun Ah justru semakin garang. Ia masih berdiri tegak dengan tatapan mata tajam pada adiknya.

Hye Seon berdiri di balik pintu. Ia sama sekali tak menyangka Hyung Won akan mengorbankan pernikahan kakaknya demi Nara.

"Aku tak mau bertengkar denganmu. Sungguh mengertilah keadaanku..Aku,...kumohon Nuna."

"Kau tak perlu menjelaskannya karena aku sudah tahu. Aku tahu kenapa kau tak bisa memutuskan Na Ra setelah perselingkuhannya dengan sahabatmu di Incheon yang membuatmu sakit selama sebulan. Aku juga tahu kenapa kau begitu melindunginya ketika aku dan ibu menyalahkan dia dan memintamu untuk memutuskannya. Kau kasihan kepadanya, Hyung Won. Kau kasihan karena ia mengidap kanker otak dan hanya akan hidup beberapa bulan lagi. Kau kasihan terhadapnya bukan mencintainya!"

Hyung Won membelalak tajam mendengar rentetan perkataan Sun Ah. Ia tak menyangka kakaknya tahu tentang kondisi Na Ra dengan segamblang itu. Pikirannya mulai mencari-cari bagaimana bisa kakaknya tahu. Apakah ia pernah mengatakannya atau.. entahlah.....Wajah serius Sun Ah mengisyaratkan bahwa ia tidak sedang main-main.

"Kusarankan agar kau mencintai seseorang dengan perasaanmu bukan dengan rasa kasihan. Jangan anggap apa yang kau lakukan ini benar. Kau tidak hanya menyakiti dirimu tapi juga Na Ra yang hanya menerima perhatiaan palsumu. Apapun alasannya, aku tidak ingin kau menghancurkan pernikahanku. Kau harus tetap menjadi pendamping mempelai pria di pernikahan kami!"

Sun Ah melangkah pergi keluar kamar. Ia meraih baju untuk Hye Seon sambil berharap apa yang barusan ia katakan akan Hyung Won dengarkan.

Hye Seon sudah pergi sebelum Sun Ah keluar. Ia tak mau tertangkap basah sedang mendengarkan pembicaraan orang. Di dalam kamar, Hyung Won diam menahan amarah, kecewa dan kebingungannya sendiri.

Ia merasa begitu bodoh. Mempertahankan hubungannya dengan Na Ra hanya karena rasa kasihan.Tapi.. tak mungkin juga ia meninggalkan gadis itu. Na Ra adalah cinta pertamanya. Ia sudah mengenalnya selama delapan tahun dan itu adalah waktu yang sangat lama untuk mengakhiri sebuah hubungan.

"Kau adalah satu-satunya alasan kenapa aku bisa bertahan. Ku mohon temanilah aku sampai akhir hayatku. Apapun perasaanmu terhadapku tolonglah jadi kekasihku sampai aku mati. "

Rengekan Na Ra terdengar semakin jelas di telinganya. Semuanya campur aduk dikepala. Mata Hyung Won merah nanar. Tenggorokannya sesak menahan nafasnya yang rasanya sulit sekali keluar. Ia pun menangis.