webnovel

Cinta Saudara Tiri

Ketika perselingkuhan menghancurkan dua keluarga yang bahagia, maka disanalah dendam mulai tumbuh, dan anak-anak yang akan menjadi korban. Echa, gadis kecil yang tidak sengaja menyaksikan Ayahnya sedang bercinta dengan wanita lain, dan mulai mencampakkan Ibu dan dirinya, membuat gadis itu menyimpan rasa benci yang teramat besar pada sang Ayah. Begitupun dengan keluarga lain, Nathan yang sangat membenci Ibunya, dan mulai tak mempercayai wanita dan cinta, memulai pergaulan bebas, tidur dengan banyak wanita, wanita ia anggap sebagai mainan yang bisa ia mainkan dan ia buang ketika sudah bosan. Dendam Nathan pada Ibu dan selingkuhannya terus berlanjut, sampai ia melangkah lebih jauh lagi. Ia menyiksa dan menganiaya Echa yang kini telah menjadi adik tirinya, bahkan sampai merenggut kesucian gadis malang itu. Apakah kebencian dan dendam Nathan terhadap Echa akan berubah menjadi cinta ?

Tiana_Mutiara · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
383 Chs

Berangkat kesekolah bersama.

"Pantas kah ? Pantas kah aku menggapai impian itu ?" ucap Echa dengan deraian air mata.

"Bukan pantas, tapi berhak ! Semua orang berhak menggapai impian nya, kamu pasti bisa Echa, apa pun masalah mu, semua itu pasti akan berlalu." Dengan penuh kasih sayang, pemuda itu membawa Echa ke dalam pelukan nya, berharap Echa segera bangkit kembali seperti sedia kala.

"Benarkah semua nya akan berlalu ?" ucap Echa sembari menatap sayu Alfaro dengan mata yang kini berlinang.

"Semua pasti berlalu, percayalah pada ku, segelap-gelap nya malam, esok pasti akan terbit matahari untuk menerangi bumi, begitu pun dengan kehidupan manusia, jadi jangan pernah putus asa, ok." Alfaro terus memberi pencerahan pada gadis yang sedang terpuruk itu, walau pun dia tidak tahu apa yang terjadi ? Namun, dia selalu berusaha untuk menghibur nya.

Beberapa jam kemudian, kini malam telah sunyi dan sepi, Alfaro masih setia menemani Echa yang saat ini sudah tertidur pulas di ranjang nya. Dengan lembut Alfaro menyelimuti Echa, mengelus rambut nya, dan terakhir ia pun mengecup kening gadis itu.

"Tidur lah yang nyenyak, jangan lupa mimpikan aku." ucap Alfaro dengan di iringi senyum manis dari bibir nya.

Setelah memastikan semua orang telah tertidur, Alfaro menuju balkon kamar Echa, ia melompat dari satu balkon, ke balkon yang lain, hingga pada akhir nya ia pun berhasil mendarat dengan selamat.

"Maaf Echa aku membohongi mu, tadi aku hanya ingin lebih lama tinggal bersama mu." batin Alfaro sembari menengadahkan wajah nya, melihat ke arah kamar Echa di lantai atas.

________________

Echa yang kini sudah dapat tertidur dengan pulas semalaman, kini ia terbangun karena sebuah pantulan cahaya mentari menerpa wajah ayu Echa yang masuk dari celah jendela kamar nya, menimbulkan silau yang luar biasa hingga mampu membuat gadis itu terbangun dari tidur nyenyak nya.

"Sudah pagi ternyata, eeeemmm, semalam aku tidur sangat nyenyak." ucap Echa sembari menggeliat merenggangkan otot-otot nya.

"Apa semua ini berkat Alfaro ? Semalam aku ketiduran, kira-kira dia pulang jam berapa semalam ?" batin Echa saat ingatan nya kembali pada kejadian semalam.

Echa beranjak dari tempat tidur nya, meraih handuk dan memasuki kamar mandi. Sebuah air hangat mengguyur tubuh nya, dengan sedikit semangat dari Alfaro semalam, ia pun mulai kembali bangkit, hati nya mulai tergerak lagi, ingin mencapai impian nya yang sempat pupus berkali-kali karena banyak nya ujian hidup yang datang bertubi-tubi dalam kehidupan Echa.

Setelah menyelesaikan ritual mandi nya, Echa melangkah, berdiri di depan lemari, membuka pintu perlahan, di sana menampakkan seragam sekolah yang tergantung rapi.

Echa merasa ragu-ragu, haruskan ia memakai seragam itu lagi ? Pantaskah ia datang ke tempat suci untuk mencari ilmu meraih impian nya ?

Mata Echa kini mulai berkaca-kaca, ingatan buruk kembali muncul, dimana Nathan memperlakukan nya dengan sangat begitu keji dan jahat.

"Tidak, aku sudah tidak pantas pergi ke sekolah." batin Echa sembari menutup kembali pintu lemari nya.

Echa kembali putus asa, ia kembali menangis, menenggelamkan diri dalam selimut tebal. Namun, di tengah-tengah kesedihan nya, tiba-tiba ponsel nya berdering, Echa meraih ponsel tersebut di atas nakas, terlihat nama Alfaro tengah memanggil.

"Echa, aku ada di depan gerbang rumah mu, cepat lah keluar, ayo kita berangkat ke sekolah bersama." ujar Alfaro, saat Echa mengangkat panggilan nya.

"Kenapa kau kemari ? Pergilah ! Aku tidak mau sekolah." jawab Echa penuh dengan kepanikan, ia takut jika Nathan sampai melihat Alfaro di luar sana.

"Aku tidak akan pergi sebelum kamu keluar dan ke sekolah bersama ku." Celoteh pemuda itu yang begitu sangat nekad.

"Ok ok baiklah, kamu jangan di depan gerbang, bersembunyi lah, ok." kata Echa yang akhir nya ia pun menyerah pada Alfaro yang menurut nya begitu keras kepala.

"Ok, aku menunggu mu." ucap Alfaro puas.

Dengan segera Echa kembali membuka lemari nya, mengambil seragam dan memakai nya, setelah selesai ia berlari ke bawah dengan tergesa-gesa, menuruni anak tangga hingga ia pun sampai di sebuah ruang makan yang memperlihatkan Nathan sedang sarapan pagi seorang diri di sana.

"Non Echa mau ke sekolah ?" Sapa bi Mirna yang kini kebetulan baru saja muncul dari balik pintu dapur.

"Iya bi, Echa berangkat dulu." jawab Echa dingin, ia merasa risih dengan tatapan tajam dari Nathan, dan hal itu membuat nya ingin segera pergi dari sana, melihat wajah kakak tiri nya itu Echa merasa ingin muntah, ia sangat begitu muak, seandai nya Echa bisa, ia ingin sekali membunuh pria itu dengan tangan nya sendiri.

"Non Echa tidak sarapan dulu ?" Tanya bi Mirna dengan wajah yang berseri-seri, ia sangat senang akhir nya Echa dapat bangkit kembali dan mau pergi ke sekolah.

"Tidak perlu, malas." jawab Echa, dengan tatapan sinis yang mengarah pada Nathan.

"Oh ya sudah kalau begitu nanti jangan lupa sarapan di kantin ya." Ujar bi Mirna begitu perhatian.

"Iya bi."

Echa pun pergi dari rumah itu, ia berlari menuju gerbang, dan benar saja di sana telah ada Alfaro berdiri menunggu nya.

"Hai, selamat pagi." sapa Alfaro sembari mengangkat tangan nya.

"Heeeemmm." Echa hanya bisa mendengus kesal, karena Alfaro selalu saja membuat nya jantungan karena panik.

"Ayo, nanti bus nya keburu lewat." ujar Alfaro menarik pergelangan tangan Echa, ia membawa gadis itu ke sebuah halte bus terdekat.

"Di mana motor mu ?" tanya Echa.

"Ada di rumah, hari ini aku ingin mengendarai bus bersama mu." jawab Alfaro yang tak lepas dari senyum bahagia.

"Kenapa ?"

"Aku ingin mencoba nya, seperti nya sangat romantis." kata Alfaro tidak jelas.

"Maksud mu ? Romantis bagaimana ?" Echa yang tak mengerti pun hanya bisa mengerutkan dahi.

"Aku nonton drama korea tentang romansa anak sekolahan, dan seperti nya sangat menarik dan romantis berangkat sekolah bersama dengan mengendarai bus." ujar Alfaro yang tidak pernah putus asa ingin menggapai gadis yang ia idam-idamkan.

"Tapi kita bukan sepasang kekasih, tidak ada yang nama nya romantis-romantisan." sanggah Echa.

"Suatu saat kita akan menjadi sepasang kekasih kok." Alfaro dengan begitu percaya diri.

"Kata siapa ?"

"Kata isi hati ku."

"Jangan mengkhayal." ucap Echa sembari tersenyum geli mendengar ocehan-ocehan Alfaro yang selalu menghibur hati nya.

"Kau tersenyum ? Berarti kamu juga menyukai ku kan ? Sudah lah ayo kita berkencan sekarang saja hahaha." ujar Alfaro yang kini melihat senyum Echa.

"Jangan ngawur, aku tidak menyukai mu." sanggah Echa yang kini ikut tertawa karena sudah tidak bisa menahan nya lagi.

"Bus sudah datang, sebantar lagi adalah peresmian hari jadian kita." ucap Alfaro ngawur.

To Be Continued...