Yudha yang berniat menemui Gina akhirnya mengurungkan niatnya ketika dia melihat Gina sedang berdebat dengan Riko dan Siska.
"Hendri, apa kamu telah mendapatkan semua informasi mengenai masa lalu Siska dan semua bukti kejahatannya?"
"Sudah tuan, saya sudah memiliki semua bukti kejahatan Siska. Apa kita akan memberikan hadiah mereka secepatnya?"
"Tidak. Kita akan menunggu waktu yang tepat untuk memberikan mereka hadiah istimewa itu" Yudha bicara dengan sangat tenang, namun tatapan matanya sangat menyeramkan
"Tuan, apa anda tidak akan mengumumkan kepulangan anda?" tanya Hendri dengan tenang
"Tidak untuk saat ini"
Yudha terdiam untuk sesaat, kemudian dia kembali bicara
"Tapi sepertinya itu bagus juga jika aku mengumumkan kedatanganku di negara ini. Kamu bisa aturkan sebuah pesta untuk para pebisnis dan selebriti. Aku ingin semua orang disini tahu siapa aku sebenarnya. Tapi aku tidak mau ada wartawan" kata Yudha setelah dia memikirkannya lagi
"Tapi kenapa anda mau mengumumkan kedatangan anda pada semua pebisnis? Bukankah anda paling tidak suka jika para penjilat itu berada di sekitar anda?"
"Karena aku ingin mereka semua tahu kalau aku bukanlah orang yang bisa mereka singgung"
Tatapan Yudha begitu dingin dan menyeramkan
*****
Ditempat lain Siska kembali ke kantor setelah keluar bersama Riko, dia langung menuju keruangan neneknya begitu tiba dikantor Atmaja Grup
"Siska, apa kamu sudah menemui Gina?" tanya Arin begitu melihat SIska memasuki ruangannya
"Belum nek. Tadi aku memang bertemu dengan kakak, tapi aku pergi bersama Riko, jadi tidak mungkin aku meminta tanda tangan dari kak Gina. Nanti akan ku hubungi lagi kakak agar bisa bertemu berdua saja" Siska menjawab dengan lembut dan sopan dihadapan sang nenek
"Baiklah kalau begitu. Kamu harus bisa mendapatkan tanda tangannya karen ini juga untuk kebaikanmu"
"Baik nek, aku mengerti! Nek aku akan mengundang kak Gina saat pertunanganku. Aku ingin menujukkan pada semua tamu kalau hubungan keluarga kita baik - baik saja. Aku tidak ingin orang - orang menganggap kita buruk karena kejadian terakhir yang terjadi pada kakak ketika pesta penyambutan nenek.Akan lebih bagus jika aku bisa membongkar sifat asli kakak di depan semua orang. Jadi mereka tidak akan menyalahkan kita atas apa yang terjadi hari itu"
Siska tersenyum sinis ketika mengatakan niat buruknya pada Arin
"Bagaimana caranya?"
Kedua alis Arin hampir menyatu karena heran
"Mudah sekali. Kakak yang sekarang adalah orang yang mudah marah. Kita tinggal memancing emosinya saja sebelum pesta pertunanganku. Aku yakin dia akan membuaat keributan saat pesta"
"Apa kamu yakin? Tapi pesta pertunangan mu akan berantakan"
"Tidak masalah nek. Yang berantakan hanya pesta pertunangan ku bukan pernikahanku dan dengan berantakannya pestaku, kita bisa mendapatkan lebih banyak simpati dan dukungan dari banyak orang"
Senyum sinis dan mencibir tidak hilang dari wajah Siska ketika dia membicarakan mengenai rencanany
"Kamu pandai Siska. Tidak salah jika nenek membantumu. Kamu bisa menggantikan nenek jika nenek sudah tiada nanti"
"Berhentilah mengatakan itu nenek. Aku sama sekali tidak ingin mendengarnya. Nenek pasti panjang umur dan kita akan membangun keluarga Atmaja agar besar kembali seperti dulu ketika kakek masih hidup"
Siska memeluk Arin yang tengah duduk di kursi kerjanya dari belakang
"Baiklah nenek tidak mengatakan hal itu lagi. Nenek janji!"
"Aku sayang nenek"
Siska bicara begitu lembut, namun dalam hatinya
"Aku memang menyayangimu nenek, tapi aku tidak akan membiarkan kamu mengatur hidupku seperti apa yang pernah kamu lakukan pada Gina dulu"
"Nenek aku kembali keruanganku dulu ya? Masih banyak pekerjaan yang harus aku kerjakan dan hari sabtu nanti aku ada pemotretan, jadi aku tidak akan ke kantor"
"Baiklah kamu bisa mengaturnya dengan asisten mu nanti"
"Terimakasih nek. Aku permisi dulu"
Siska keluar dari ruangan Arin setelah Arin menganggukkan kepala
*****
Gina tertidur di kursi ketika dia sedang membaca sebuah buku di depan jendela kamarnya. Dia tidak tahu kelau Yudha telah kembali dari kantor. Yudha langsung melangkah masuk ke kamar ketika dia datang karena Gina tidak menyambutnya diruang tamu, pandangannya menyapu seisi kamar yang terasa sepi. Tatapan matanya berakhir pada sebuah kursi goyang yang berada di depan jendela, dimana seorang wanita yang kini mengisi hari - harinya berada disana. Yudha melangkahkan kaki perlahan mendekati Gina. Dia menundukkan kepala dan tersenyum melihat istrinya yang tertidur disana
"Kamu ini, sudah berapa lama kamu tidur dengan posisi seperti ini? Apa kamu sama sekali tidak merasa jika posisi tidur seperti ini sangatlah tidak nyaman?" kata Yudha dengan suara kecil bahkan hampir berbisik dengan sebelah tangan mengelus lembut kepala Gina.
Gina terbangun setelah merasakan sentuhan lembut dikepalanya
"Eummmmm, kamu sudah pulang? Maaf karena aku ketidura, jadi tidak menyambutmu ketika pulang" kata Gina sambil menggosok matanya. Yudha tersenyum dan jongkok dihadapan Gina
"Sejak kapan kamu tertidur dengan posisi seperti ini? Apa lehermu tidak terasa sakit? Kamu terlihat sangat kelelahan"
Gina terpesona dengan setiap perhatian yang selalu diberikan oleh Yudha
"Aku tidak apa-apa. Aku tidak tahu berapa lama aku tertidur. Yang pasti, buku mengenai manajemen bisnis ini membuatku mengantuk. Bagaimana dulu kamu bisa mempelajarinya?"
Gina sedikit mengeluh pada Yudha mengenai kebiasaan Yudha yang senang dengan buku mengenai bisnis
"Aku bisa membacanya hingga selesai karena aku menyukai bisnis. Aku jatuh cinta pada setiap trik bisnis dan bagaimana cara menangani setiap masalahnya. Sudah cukup membahas mengenai buku bisnis. Sekarang aku ingin bertanya padamu. Bagaimana kondisi lukamu saat ini?"
Deg
Gina merasa gugup karena tahu pria ini bukanlah pria bodoh yang bisa dengan mudah ditipu
"Aku, aku baik - baik saja"
"Benarkah?"
"Aw!!!"
"Tadi kamu mengatakan bahwa kamu baik - baik saja. Lantas bagaimana luka ini bisa kembali memerah?"
Yudha sedikit membuka baju dibagian bahu Gina dan melihat lukanya yang kembali memerah
"Tadi aku, aku tidak sengaja bertemu dengan Riko dan Siska. Riko tidak sengaja menyentuh lukaku!"
Gina tertunduk dan menjelaskan kepada Yudha
"untuk apa mereka menemui mu?"
Yudha kembali berdiri dan mengambil kotak obat, lalu kembali mendekati Gina dan mengobati lukanya dengan penuh kelembutan
"Tidak ada. Mereka hanya mengatakan hal yang basi saja"
"Apapun yang mereka katakan, jangan biarkan dirimu ditindas lagi"
"Aku mengerti. Kamu tidak perlu khawatir"
Hallo pembaca sekalian. Terima kasih sudah membaca novel ini.
Cara memberikan ulasan & batu kuasa itu gampang banget!
Di aplikasi, kalian pergi ke informasi novelnya, lalu scroll ke bawah & tekan tombol mengundi.
Untuk ulasan kalian tekan ulasan dibawah tombol mengundi lalu setelah itu tekan tombol bergambar pensil, lalu tulis deh ulasan kalian.
Gampang banget bukan? ;)
Kalian bebas mau kasi bintang berapa, mau kritik dan saran juga boleh