Nazwa terdiam dalam beberapa detik kemudian kembali angkat bicara.
"Aku yakin kalau malam itu Samudra benar-benar menolong aku, Rin. Dia kan tidak tahu kalau aku ke rumah ini kemarin malam. Dia tahunya kalau aku bertemu lelaki calon suamiku yang dia kira jadi perampoknya," jelas Nazwa mencoba meyakinkan kedua sahabatnya itu.
"Silahkan, Tehnya." Atun tampak menyodorkan dua teh manis hangat yang telah ia buat.
"Terima kasih, Bi Atun," ucap Sabrina.
"Sama-sama, Non. Oh iya, Tuan Azka. Apa mau dibuatkan kopi?" Atun bertanya.
"Iya, buatkan saya kopi susu," pinta Azka.
"Siap, Tuan." Atun kembali melaksanakan tugasnya dari majikan. Ia berjalan ke arah dapur dan akan segera membuatkan kopi susu untuk Azka.
Azka sepertinya masih belum tersenyuh untuk mendengar cerita Nazwa. Perasaannya sudah membekun untuk Samudra. Kali ini Azka tak bisa percaya dengan sahabat Sabrina itu. Ia menolak kebaikan Samudra, setelah kenyataan pahit yang membuat Azka tak bisa kembali percaya pada adiknya itu.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com