Dalam kondisi tercengangnya, Bramantio berusaha menenangkan perasaan. Ia memegang dadanya yang terasa sakit saat melihat kenyataan pahit ini.
'Apa yang sebenarnya terjadi? Ternyata Sabrina memang benar-benar serius dengan niatnya,' batin Bramantio.
"Maaf, Pak. Apa bisa segera panggilkan Nona Cantika?" tegas salah satu polisi itu sontak membangunkan Bramantio dari lamunan.
"Oh iya Cantika sedang sarapan, Pak. Saya aian segera penggilkan," jawab Bramantio dengan nada suara yang berat. Saat ia telah membalikan tubuhnya berniat segera memanggil Cantika. Saat itu pula Mesya dan Cantika menghampirinya dengan rasa penasaran. Mereka penasaran dengan tamu pagi ini Bramantiontak juga kunjung kembali ke ruang makan.
"Siapa, Yah?" tanya Mesya. Langkahnya diikuti Cantika di belakangnya.
"Tamu untuk, Cantika," jawab Bramantio. Raut wajahnya tampak sedu.
Saat Mesya dan Cantika melihat ke arah luar, tentu kedua wanita itu terkejut saat melihat polisi berjajar di depan rumahnya.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com