webnovel

Cinta Kontrak Kerjasama (LoCC)

Alyssa, wanita cantik yang harus berjuang keras mempertahankan perusahaan ayahnya yang meninggal karena kecelakaan dan meninggalkan trauma untuk Alyssa. Namun, apa jadinya jika Mommy-nya menjodohkannya dengan anak dari teman lamanya? Haruskah Alyssa menerima dan melupakan lelaki yang sudah pergi meninggalkannya tanpa kabar.

Siskafriestianii · Urbain
Pas assez d’évaluations
417 Chs

Come Back, Honey. Please

Written by : Siska Friestiani

LoCC © 2014

Re-publish Web Novel : 2 Oktober 2020

💕 Siskahaling

Mario menatap Alyssa yang terbaring tak sadarkan diri di hadapannya dengan nanar. Tangannya terulur untuk mengelus rambut Alyssa perlahan. Mario masih tidak percaya di hadapannya ini adalah Alyssa yang tengah terbaring dengan alat-alat penunjang hidup yang terpasang di tubuhnya. Bagian kepala wanita-nya itu juga di perban dan alat bantu pernafasan yang terpasang di hidung dan mulut Alyssa.

Bunyi alat detak jantung yang berada di samping tubuh Alyssa terdengar begitu menyakitkan bagi Mario. Pria itu kembali menghela nafas melihat Alyssa yang masih terpejam. Wanita itu seakan damai di dalam tidurnya.

"Alyssa" ujar Mario menggenggam tangan Alyssa erat menggunakan satu tangannya yang tidak terpasang arm slim.

Setelah berusaha menolak usulan Alvin untuk mengobati tangannya, akhirnya Mario pasrah begitu Alvin mengancam tidak mengizinkan Mario untuk melihat Alyssa. Penampilannya juga sudah kembali rapi walau raut wajahnya masih sama dengan raut wajah penuh dengan kecemasan.

"Bangun sayang, aku mohon."

Tidak ada jawaban. Hanya bunyi detak jantung Alyssa yang kembali terdengar.

"Aku tidak bisa kehilangan mu Alyssa. Dan aku tidak akan mengizinkan mu pergi dari hidup ku. Kau mengerti?!"

Mario menatap Alyssa sepenuhnya. Amber yang selalu menatapnya dengan tatapan tak suka kini terpejam erat disana. Meninggalkan Mario dengan kesadarannya.

"Bangun sayang, aku membutuhkan mu di hidup ku" Mario kini menyatukan dahinya dengan dahi Alyssa. Membiarkan setetes air mata jatuh dan membasahi pipi mulus Alyssa yang kini terlihat pucat.

💕Siskahaling

Wanita itu kembali tersenyum melihat sosok pria yang kini ada di hadapannya. Memperbaiki posisi duduknya, wanita itu membuka suara saat pria itu tak juga membuka suara dan masih menatapnya dengan tatapan membunuh.

"Ahhh, aku tak menyangka, ternyata kau masih sudi untuk menemui ku, Lou" ucap wanita itu buka suara.

"Apa ada sesuatu yang penting hingga kau repot-repot menemui ku secara langsung? Atau kau berubah pikiran dan akan membantu ku untuk mendapatkan Tuan billioner mu itu?" wanita itu berdiri dari posisi duduknya, mendekati pria yang saat ini masih duduk di hadapannya dengan menatapnya tajam.

"Simpan pemikiran konyol mu itu Ashilla, aku tidak akan sudi bekerja sama dengan jalang seperti mu" Ashilla –wanita itu- kembali tersenyum saat mendengar jawaban pria tersebut, kini Ashilla duduk memposisikan dirinya di pangkuan pria itu.

"Kau yakin, Louis? Bukan kah ini akan sangat menguntungkan? Kita berdua akan sama-sama menikmati harta, Tuan mu itu sepupu ku tersayang"

Tangan nakal Ashilla kini membelai wajah Louis, mencoba bernegosiasi dengan sepupunya tersebut. Louis hanya diam, ia sudah tau bagaimana Ashilla sebenarnya. Wanita yang bahkan rela melakukan apapun untuk mendapatkan keinginannya.

"Alyssa kecelakaan, ia koma sekarang" ucap Louis datar. Pria itu sengaja memberitahu kabar tersebut ingin melihat apa reaksi yang akan Ashilla berikan. Dan reaksi Ashilla diluar perkiraannya.

"Benarkah? Bukankah itu berita bagus?" Louis berkerut kening. Raut wajah Ashilla bahkan sedikit terkejut saat mendengar berita yang ia sampaikan. Ia mengenali wanita ini, sangat mengenalnya.

"Bukankah kau yang melakukannya? Untuk apa kau pura-pura terkejut?"

"Aku? Hmm, memang aku memiliki rencana untuk menyingkirkan wanita itu, tetapi sepertinya Tuhan kali ini berpihak pada ku. Tanpa perlu aku menggunakan tangan ku, wanita itu sudah sekarat sekarang"

Louis akui jika Ashilla tidak berbohong sekarang. Lalu jika bukan Ashilla, maka dugaannya selama ini benar.

"Apa yang membuatku harus percaya jika bukan kau pelakunya Ashilla. Hanya kau orang yang tidak menyukai Alyssa bukan? Dan hanya kau yang bisa melakukan semua ini untuk mendapatkan keinginanmu"

Ashilla terkekeh, lalu semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Louis. Meninggalkan jarak hingga membuat dada Ashilla kini menempel lembut di dada bidang milik Louis.

"Kau harus ingat sayang, aku sedang di New York saat kecelakaan itu berlangsung bukan? Bahkan beberapa hari yang lalu aku menemui Alyssa sebelum aku tebang ke NY. So, bukankah kecelakaan itu terjadi setelah aku terbang ke NY?" Ashilla benar, ia sempat mendapatkan informasi dari mata-mata yang ia sewa jika Ashilla beberapa hari yang lalu pergi ke NYC.

"Ahhh, iya. Kau mendapat salam dari Mommy ku. beliau bilang ia sangat merindukan mu" Louis membeku mendengarnya.

Ashilla tersenyum sinis "Bukankah Mommy masih berbaik hati dengan merindukan dirimu?"

"Aku bahkan tidak pernah mendengar jika Tante Maya merindukanmu" bisik Ashilla lalu beranjak dari meninggalkan Louis yang masih membeku di tempatnya.

"Ahhh, satu lagi" Ashilla membalikkan tubuhnya.

"Terima kasih untuk infonya Lou, aku harap kau pikirkan kembali tawaranku"

💕Siskahaling

Pintu ruang VVIP itu terbuka, Mario masuk dengan bunga lily di tangannya. Membiarkan saja tujuh pengawal yang ia tugaskan menjaga di depan kamar rawat Alyssa.

Pria itu tersenyum sebelum akhirnya menutup kembali pintu ruangan VVIP tersebut lalu melangkah mendekati wanita yang saat ini masih nyenyak dengan tidur panjangnya.

"Morning dear"

Mario mengecup lembut kening Alyssa setelah mengucapkan sapaan selamat pagi kepada gadisnya. Tangannya kini terulur meletakkan bunga lily yang ia bawa tepat di samping kanan tubuh Alyssa. Kegiatan pagi yang beberapa hari ini Mario lakukan saat setelah Gina dan Manda pulang untuk mengganti pakaian. Ya, Gina, Manda dan Mario memang secara bergantian menemani Alyssa. Kedua wanita paruh baya itu juga sangat terpukul saat melihat kondisi Alyssa saat ini. Terlebih Gina, mengingat Alyssa adalah satu-satunya alasan ia bertahan sampai saat ini.

"Ini sudah hari ketiga dimana aku membawakan bunga kesukaan mu, Hon" Mario mengusap puncak Alyssa sayang. Perlahan tangan Mario turun menyentuh pipi Alyssa. Pipi lembut yang sejak pertama sudah menarik perhatiannya.

"Ini juga sudah ketiga kalinya kau tidak membalas sapaan ku" suara Mario kembali bergetar saat ia tak juga menemukan tanda-tanda bahwa gadisnya itu akan segera membuka mata dan kembali menatapnya. Mario menggigit bibir bawahnya, menahan agar tubuhnya tidak bergetar.

"Dan itu berarti, ini sudah ketiga kalinya kau mengacuhkan ku. Kau tahu bukan jika aku tidak suka jika kau mengacuhkan ku, hem?!" tangan Mario beralih ke bibir pucat Alyssa. Bibir yang selalu saja menggodanya, bibir yang selalu mengumpat untuknya.

"Aku lebih suka bibir ini memaki ku, Hon, aku lebih suka bibir ini mengerucut sebal karena tingkah ku. Aku mohon, buka mata mu untuk ku kali ini" Mario meremas lembut tangan Alyssa, mencoba menyalurkan kehangatan dan berharap bisa membuat amber itu kembali terbuka.

"Permisi Tuan, maaf menggangu waktu anda" Mario mengalihkan tatapannya dari Alyssa saat suara itu tertangkap indra pendengarannya. Ternyata Louis, pria itu kini tengah berdiri hanya berjarak beberapa meter darinya.

"Ada apa?" tanya Mario, namun kini tatapannya kembali menatap Alyssa.

Louis menundukkan kepalanya sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Mario.

"Maaf Tuan, kita sudah mengetahui siapa dalang dibalik kecelakaan yang menimpa Nona Alyssa. Ashilla bukanlah pelakunya Tuan, ada-"

"Bagaimana mungkin" Mario memotong cepat penjelasan Louis.

"Hanya jalang itu yang tidak suka dengan Alyssa, Lou"

Mario menatap Louis dengan tatapan tajam. Mario yakin dalang di balik semua ini adalah Ashilla, namun bagaimana mungkin Louis mengatakan bahwa bukan Ashilla pelakunya.

"Ada pihak lain yang melakukan ini semua Tuan. Tapi saya yakin bukan Ashilla pelakunya. Saya sudah menyelidiki bahwa Ashilla sedang berada NYC saat kejadian itu terjadi. Dan Ashilla pergi tepat setelah ia menemui Nyonya Alyssa sore itu di kantor" Mario diam, mencoba mendengar apa yang Louis jelaskan.

"Jika bukan jalang itu pelakunya, lalu siapa Lou. Siapa brengsek yang telah berani bermain-main denganku" Mario mencengkram pinggiran ranjang inap Alyssa sangat kuat hingga membuat buku-buku jarinya memutih. Siapa orang bodoh yang berani bermain-main dengan dirinya.

"Kita sudah menemukannya. Gerald Adelson adalah dalang dari semuanya" Mario mengerenyitkan dahi saat mendengar nama Adelson.

"Adelson?"

"Gerald Adelson. Pemilik Adelson Grup perusahaan yang sebulan yang lalu mengalami krisis karena terbukti melakukan kecurangan sehingga para pembeli saham kembali menjual semua saham dari Adelson Grup dengan harga rendah dan membuat perusahaan itu mengalami krisis karena tidak mampu untuk membayar hutang"

Mario semakin tidak mengerti apa yang Louis katakan. Lalu apa hubungannya dengan ia berani mencelakai wanitanya.

Louis kembali membuka suara saat menyadari kebingungan di dalam diri Mario.

"Tepat saat sehari sebelum perusahaan Adelson Grup bangkrut, beliau sempat menemui anda Tuan untuk meminta bantuan agar dapat menyelamatkan perusahaanya"

Ya, Mario baru ingat sekarang jika Gerald Adelson sempat menemuinya dan meminta bantuannya, dan tentu saja saat itu Mario menolaknya karena ia cukup hafal bagaimana tipikal Adelson yang sangat tidak layak berada di dunia bisnis. Dan dunia bisnis itu memang kejam bukan?

"Dan saat itu anda menolak untuk menolong beliau, Tuan"

"Tunggu, jadi maksud mu?" Mario menggantungkan ucapannya, menunggu ucapan Louis untuk membenarkan dugaannya.

"Seperti dugaan anda Sir, beliau melakukan ini karena motif balas dendam"

Mario memejamkan matanya, mencoba menahan emosinya saat ini. Ia bahkan tak sempat berpikir kesana. Bukankah ia baru saja mengatakan bahwa dunia bisnis ini kejam?

Brengsek!! Ia bersumpah akan menghancurkan orang yang berani bermain-main dengannya.

"Cari brengsek itu! Cari kemana pun. Bahkan kejar jika ia ke neraka sekali pun!"

"Baik Tuan, tetapi untuk saat ini Gerald Adelson sulit di cari keberadaannya. Tepat sehari setelah kecelakaan beliau tidak ada di kediamannya"

"Bukan jawaban itu yang ingin aku dengar berengsek!"

Louis mengangguk, pria itu bahkan tak menunjukkan wajah takutnya sekalipun di hadapan Mario. Ia sudah terbiasa dengan emosi yang ada pada diri Tuannya.