"Kalau Bibi mempertemukanmu dengan ayahmu, apa kamu mau? Lalu bagaimana dengan ibumu yang telah membuatmu bersedih? Apa kamu juga ingin bersamanya lagi?" tanya Mayang lembut pada Qiana.
"Bibi, apa aku boleh membenci ibuku?" tanya Qiana pelan, "Aku ingin menyayanginya seperti aku menyayangi ayah. Tapi, ibuku sangat menakutkan," lanjut si kecil Qiana yang masih menunduk.
"Membenci itu tidak baik, Sayang. Kalau kamu ingin menyayangi ibumu, sayangilah. Tapi, setelah kamu merasa ibumu dapat menerima cintamu. Kalaupun belum, tetaplah menyayanginya dalam diam dan tunggulah sampai ibumu sadar, kalau dia telah menyia-nyiakan anugerah Tuhan yang paling berharga sepertimu. Kamu, tetaplah menjadi anak yang periang dan bahagia. Jangan sedikitpun menanam dendam pada orang lain apalagi itu adalah ibumu. Dendam itu tidak baik, Sayang!" Mayang memeluk Qiana sambil menasihatinya.
"Tapi, ibu membenciku, Bi. Aku takut ibu marah dan memukulku lagi. Itu sakit, Bibi!" eluh Qiara yang mulai terisak.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com