webnovel

Cinta dalam dendam

Cinta yang hadir tanpa Rakha sadari karena tetutup oleh dendam, membuat ia sangat membenci Novia. Gadis yang sangat berarti pada kehidupannya dulu. Saat sebuah kenyataan mulai terungkap serta ingatan yang mulai muncul sedikit demi sedikit membuat ia sadar bahwa kebenciannya tak beralaskan. Seolah takdir tak memihak padanya saat semua ingin ia ulang kembali kenyataan bahwa saudaranya sendiri adalah rival untuknya, belum lagi ia harus berurusan dengan orang misterius yang juga bagian dari masa lalu Novia. Akaknkah Rakha bisa memperjuangkan Cintanya kembali ataukah harus merelakan Novia dimiliki oleh Nicho saudaranya atau sang pria misterius yang seorang Mafia.

Tika_Mutiara · Urbain
Pas assez d’évaluations
16 Chs

Kabar

Dokter yang memeriksa Novia dan Febri kini keluar dari sebuah ruangn. Dokter tersebut duduk tepat di hadapan Nicho dan Rakha. Kembali dokter itu mengeluarkan kertas yang di berikan oleh seorang perawat beberapa saat lalu. Melihat hasilnya dokter itu menatap dua pemuda di depannya secara bergantian.

Melihat dari raut wajah dokter di depannya membuat baik Rakha maupun Nicho di landa kecemasan.

"Bagaimana keadaan calon istri saya dok?" tanya Nicho yang pikirannya masih harap-harap cemas. Mendengar kata 'calon istri' ada rasa ngilu dalam hati Rakha entalah ia juga tak mengerti dan hanya bisa diam.

"Maaf Pak, Setelah saya melihat hasil dari semple darah Ibu Novia, sepertinya Ibu Novia mengomsumsi obat perangsang." kata dokter itu. Sontak saja kedua pria itu melongo.

"Maaf dok, tapi sepertinya Novia tidak mungkin mengomsumsi obat seperti itu." kilah Rakha cepat. Namun lain dengan pikiran Nicho.

"Apa calon istri saya melakukan itu dok?" tanya Nicho.

Rakha yang mendengar ucapan Nicho mengepalkan tangannya. Bisa-bisanya dia menanyakan itu di saat seperti ini.

"Kami tidak menemukan apapun Pak Nicho. Mungkin Ibu Novia melakukan orgamesnya sendiri. Secara keseluruhan Ibu Novia baik-baik saja. Tapi alangkah baiknya, Setelah dia siuman jangan ada yang membahas soal ini dulu. Saya takunya mental dia terganggu." ucap sang dokter panjang lebar. Pun diangguki oleh Nicho maupun Rakha.

"Lalu bagaimana dengan temannya dok?" tanya Rakha. Dokter tersebut tersenyum.

"Ibu Febri hanya terkena obat tidur saja Pak, tak ada yang perlu di khawatirkan." kata sang dokter.

Rakha pun mengangguk mengerti.

Setelah berbicara sedikit tentang kondisi Novia dan Febri kini mereka menuju ke satu ruangan VIP. Karena perawat sudah memindahkan baik Novia dan Febri ke ruangan VIP yang telah di pesan oleh Nicho.

Pikiran Rakha kini tak lagi di temptnya. "Kalo memang orang itu tak melakukan hubungan dengan Novi, sementara tubuhnya tadi, ahhhh!!" ia mendesah dengan pikiran itu.

"..Lalu apa tujuan orang itu melakukan semua ini?" ia terus saja membatin. Suara dering ponsel Nicho mengembalikan Rakha pada alam sadarnya. Nicho menjauh dari tempat duduknya. Mereka telah keluar setengah jam yang lalu usai melihat kekadaan Novia dan Febri.

Beberapa saat kemudian Nicho kembali.

"Siapa yang telpon?" tanya Rakha saat kakanya itu telah duduk nyaman di tempatnya semula.

"Orang yang gue suruh buat beresin masalah Novia di kantornya." jawab Nicho santai.

"Dokter udah dateng buat periksa Novia lagi nggak?" tanyanya,

"Belum." jawab Rakha singkat.

"Oya, lho udah kasih tau soal ini ma Om dan Tante?" Tanya Nicho kembali.

Rakha hanya menggelangkan kepalanya.

"Sekarang gue bisa minta penjelasan dari lho?" tanya Nicho melirik sekilas pada adiknya itu. Terlihat jelas bahwa Rakha menghela napas dalam. Rakha sempat melihat arlojinya beberapa saat. Waktu menunjukan angka enam lewat tiga puluh menit.

"Sebenernya kemaren malem gue mau ketemu ma Novi, ada yang gue mau bicarain, tapi saat di perjalanan gue nerima telpon dari orang gue, ada masalah yang harus gue selsain , jadi gue urungkan niat gue buat kerumah Novi. Balik dari pertemuan itu. Revan telpon gue buat ngajak having fun, ya udah gue langsung ke club. Disana fikiran gue bener-bener nggak tenang, gue bulatin tekad buat nelpon dia. Ternyata dia udah dalam bahaya, gue dia cuman bilang tolong dan suara teriak ketakutan dari Febri juga suara tangis mereka berdua. Gue makin kalep aja. Gue ningglin anak-anak tanpa pamit. Gue khawatir ma keadaan Novia.

Dan sampe sana keadaan udah di luar dugaan gue." jelas Rakha.

Nicho pun mengerti akan maksud adiknya itu.

"Terus jika keadaan Novia yang begitu, tanpa sex, Apa tujuan mereka?" lirih Nicho namun masih bisa di dengar oleh Rakha.

"Itu juga yag sekarang gue selidikin kak," batinnya.

"Oya, gimana masalah Novia dengan bosnya?" tanya Rakha mengalihkan pembicaraan.

"Udah selesai." jawab Nicho. Rakha hanya manggut-manggut tanda mengerti.

"Mungkin sekarang gue harus fokus siapa dalang dari semua maslah ini!" batinnya.

"Lho nggak ngantor?" tanya Nicho pada Rakha.

Rakha pun menggeleng. "Gue udah kasih tau sekertaris gue, kalo hari ini gue nggak masuk. Dan semua jadwal gue buat dua hari kedepan minta gue kosongkan." ucap Rakha.

"Ya udah kalo gitu, gue pulang ya, lho jagain mereka berdua. Bang Rojak udah sadar tadi subuh, dan langsung pulang. kalo ada apa-kabarin gue, soalnya gue ada rapat direksi hari ini jadi gue nggak bisa tinggal." perintahnya.

"Lho tenang aja, entar gue kabarin lho kalo ada masalah." setalah ucapan itu mereka berpisah tak lupa berpelukan ala laki-laki.

"Lho hati-hati ya," ucapnya.

Dan Rakha hanya di balas dengan senyuman oleh Rakha. Seperginya Nicho dari tempat itu. Rakah mulai masuk ke dalam kamar rawat Novia.

"Apa sebenernya yang terjadi dengah kehidupanmu Nov?" ucapnya lirih seraya memegang sebelah tangan Novia yang terbebas dari infus.

"Apa ada sesuatu yang nggak aku ketahui tentangmu selama tujuh tahun ini?" masih Dengan suara yang lirih.

"Tuhan aku mohon selamatkan Novia." batinnya.

Tak berapa lama mata Novia mengerjap.

Rakha yang menyadari itu memanggil para perawat melalui telpon di samping ranjang. "Kamu mau sesuatau Nov? Mau makan atau minun?" tawarnya. Namun Novia hanya menggelang, beberapa menit kemudian dokter dan suster pun datang. Mereka segera memeriksa keadaan Novia.

"Kedaannya stabil Pak, hanya butuh istirahat saja dan konsumsi makanan yang bergizi guna membuat tubuhnya cepat pulih." ucap sang dokter.

"Baik Dok." jawab Rakha sopan. Setalah makan dan minum obat. Novia kembali istirahat. Rakha segera mengabari Nicho perihal keadaan Novia.

"Kak, Novia udah sadar, nanti kalo nggak sibuk bisa langsung datang." ujarnya kala sambungan telponnya terjawab

"Ya udah, dua jam lagi gue kesana. lho tunggu sampe gue dateng baru lho balik." perintahnya.

"Iya." balasnya singkat. Detik itu juga sebuah pesan masuk darinorang suruhannya.

Mr.

Saya punya informasi terbaru dan penting kali ini. Temui saya nanti malam di caffe biasanya.

pesan itu lantas dibalas yang dengan kata 'OK'. Sembari menunggu Kedatangan Nicho, Rakha membunuh waktunya dengan melihat beberapa file yang di kirim sekretarisnya.

******

"Informasi apa yang kau dapat?" tanya Rakha. Kini ia tengah berada di caffe biasa. setelah kedatangan Nicho untuk ganti berjaga di ruamh sakit. Rakha sempat pulang kerumahnya guna membersihkan diri dan setelah itu baru menemui orang yang ingin ia temui.

"Ternyata 4 tahun silam, Novia pernah berhubungan degan seorang mafia secara diam-diam.

Mata Rakha seketika membola.

"Mafia?" lirihnya. Dan di angguki oleh lawan bicaranya.

"Siapa dia?" tanyanya.

"Kami belum tau tuan, sepertinya mereka mengetahui kalau kita menyelidiki mereka, hingga sangat sulit untuk kami mencari informasi lebih lengkapnya. Rakha hanya mengut-mangut.

"Saya akan bayar dua kali lipat, yang penting semua info tentang orang itu bisa saya dapatkan." ujarnya yakin.

"Kami akan berusaha tuan." jawab orang tersebut.

****