Bab 190.
Tak sampai setengah jam, mobil kami memasuki halaman praktek Dokter Misel. Di ruang tunggu, nampak beberapa orang sudah duduk mengantri. Setelah memarkirkan mobil kami pilih duduk di sudut ruangan agar tak penuh sesak pasien yang sedang menunggu.
Aku kirim pesan ke Dokter Misel, kalau kami telah sampai, sekarang sedang duduk di ruang tunggu. Pesan terkirim, tak lama chat aku centang biru, tapi Dokter Misel tak membalas. Mungkin sedang memeriksa pasien, pikirku.
Tiba-tiba rasa mual melanda, dengan sekuat tenaga aku tahan, hingga wajahku pucat pasi seperti kapas. Rasa ini datang di saat pagi dan sore hari. Melihat perubahan ini, suamiku jadi senyum sendiri. Ia menggodaku sambil berbisik di telinga.
"Sayang ... sepertinya program kita berhasil deh!" ucapnya sambil senyum penuh arti.
"Hm ... Mas harus siap-siap repot, jangan bisanya senyum aja!" cecarku.
"Pastilah Sayang! Kan buatnya penuh cinta," goda-nya sambil mengedipkan mata.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com