webnovel

Change To Other Side

Apa yang akan kau lakukan? Jika suatu malam kau bangun di sebuah ruangan gelap yang tidak kau kenal? Takut? Bimbang? Atau malah suatu perasaan khusus yang belum pernah kau rasakan sebelumnya? Ya, ini adalah ceritaku. Dimana setiap aku tidur, jiwaku akan terpindahkan ke tubuhku yang ada di masa depan. >>Other Side

HigashiSasaki · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
20 Chs

Misteri?

Other Side

Chapter 3: Misteri?

"Sialan!" seruku sambil meninju dinding.

"Apa yang sebenarnya terjadi? tempat apa itu? Siapa wanita itu? Arghh!!" Aku dengan kesal mulai menggaruk-garuk kepalaku.

Aku kemudian merogoh kantong dan mengambil handphoneku. Disana tertera sebuah angka yang menunjukan jam 03.34.  Aku ingat bahwa hari ini libur karena tanggal merah. Karena itu aku memutuskan pagi ini untuk pergi joging sambil refreshing mencari udara segar dari mimpi buruk itu.

Jam 03.48, aku selesai bersiap. Aku keluar dari rumah, dan kemudian mengunci pintu. Lalu mulai berjalan keluar dari pekarangan kos-kosan. Niatnya aku ingin pergi ke arah taman kota karena disana terdapat lampu-lampu yang menghiasi pohon dan gemerlapan saat malam tiba.

Aku menyusuri jalanan yang sangat sepi, bahkan hanya ada beberapa orang yang berkendara keluar sepagi ini. Aku kemudian memakai penutup kepala jaketku, dan mulai berlari-lari kecil.

15 menit berlalu, saat itu aku sudah sampai di taman. Aku kemudian duduk di kursi taman, dan melihat sekeliling. Disana sangat sepi, walau terdapat lampu-lampu yang menghiasi pepohonan di taman. Itu tidak cukup untuk menerangi seluruh taman, kegelapan tetap menguasai setengah daerah taman.

Hawa dingin pagi hari mulai beranjak ke telapak tanganku. Aku sambil melihat-lihat sekeliling dan berisitirahat, menghangatkan telapak tangan dengan nafasku. Saat itu juga secara sekilas, aku merasakan ada sosok yang sedang menetapaku.

Di arah depanku yang berjarak sekitar 20 meter, terdapat pohon yang agak besar, tapi lampu-lampu yang menghiasinya rusak. Dari sanalah aku merasa sedang di perhatikan oleh dua mata yang sangat besar dan melotot. Aku yang kaget langsung berdiri dan menatap lurus ke arah pohon itu untuk lebih meyakinkan diriku.

Saat itu juga sosok seperti manusia dan sedang memperhatikanku seperti kaget, ia langsung berbalik, dan berlari. Aku saat itu juga merinding. Saat melihat sosok itu mengeluarkan kedua kakinya yang lain, dan berlari dengan empat kaki, kedua tangannya juga memiliki kuku yang panjang serta tajam, dan  terlihat bahwa ia juga memiliki lidah yang sangat panjang yang menggelantung keluar saat ia lari.

"A- apa yang barusan itu!" teriakku agak kuat, dan merasa sangat merinding.

"A-ada yang tidak beres di sini, aku harus lari!" seruku dengan ketakutan lalu mulai berlari menjauh dari area taman.

Aku berlari secepat mungkin tanpa melihat kebelakang. Sesampainya di sebuah pertigaan, aku berbelok dengan cepat. Tapi tanpa sadar aku menabrak seseorang.

"Aduh!" teriaknya yang kemudian terpental kebelakang.

Aku yang saat itu sadar bahwa sedang menabrak seorang perempuan yang tingginya lebih rendah dariku. Dengan cepat mendekatinya dan mengulurkan tanganku.

"Ah, maaf apakah kau baik-baik saja," ucapku dengan reflek mencoba membantunya berdiri.

"Ah, tidak masalah. Santai saja," balasnya dengan datar dan mengacuhkan tanganku lalu berdiri sendiri.

Saat itu juga aku tersentak kaget, dan semakin merinding, mataku tertuju ke arah perempuan itu.

Aku sadar, bahwa perempuan itu adalah orang yang ada di dalam mimpiku. Tubuhku kaku, aku terus menatapnya tanpa alasan.

"Ada apa? Ada sesuatu yang aneh?" tanyanya sambil melihatku kebingungan.

Saat itu aku langsung tersadar.

"A-ah, tidak ada kok," jawabku mencoba tersenyum.

Aku menatap wajah perempuan itu sekali lagi. Dan sadar ada yang sangat berbeda darinya.

Matanya kosong, gelap, dan bahkan tidak terdapat pantulan bayangan. Hampa, seperti mata boneka. Aku bahkan bisa sadar bahwa ia tidak pernah beremosi, yang lebih menakutkanya lagi. Aku tidak merasa bertemu dengan seorang manusia, aku seperti bertemu dengan sebuah robot yang sama sekali tidak memiliki rasa kemanusiaan, dan terlihat bahwa ia dapat membunuh seseorang tanpa ragu.

"Jika tidak ada, aku pergi dulu," ucapnya tanpa memandang ke arahku, dan berjalan melewatiku.

Aku tersentak.

"Tunggu, jangan pergi kesana, disana ada sebuah monster!" teriakku mencoba menahannya.

"Hah? Monster!?" Reflek ia melihat ke arahku. Matanya berubah, aku bisa merasakan hawa membunuh menembus kulitku.

Tubuhku lagi-lagi merinding.

"Ma-maksudku, mungkin saja kau bertemu orang-orang jahat yang mirip monster dan mereka akan melakukan hal buruk pada gadis muda sepertimu," tambahku sambil tersenyum canggung.

Dia kembali melihat kedepan, dan tanpa menjawab perkataanku tadi. Ia melanjutkan langkahnya. Secara perlahan, perempuan itu menghilang.

Aku dengan reflek menyender ke dinding pagar di pinggir jalan, lalu menghela nafas panjang, tubuhku benar-benar mulai lemas.

"Sialan, apa-apaan itu tadi? Monster? Terlebih lagi, aku bertemu dengan wanita gila itu!? Aku bersyukur bahwa ia sama sekali tidak mengenaliku," helaku merasa sangat lega. Namun, beberapa saat kemudian aku tersentak.

"Tunggu, kenapa ia terlihat sangat muda? Seperti seorang murid SMA? Apakah sebenarnya ia lebih muda dariku?" tanyaku pada diri sendiri. Beberapa saat kemudian, aku tertawa geli sendiri.

"Haha, bodohnya aku. Jelas-jelas hal yang ku alami itu adalah mimpi." Aku menertawai diriku sendiri yang bodoh, setelah itu aku berjalan kembali kerumah.

Saat tiba di sekitar halaman kosan. Salah satu orang yang tinggal di kamar sebelahku sedang membuka jendelanya, kemudian ia melirik ke arahku.

"Oh, hey Agi? Kau darimana? Kok pagi-pagi gini baru pulang?" tanyanya sambil tersenyum curiga.

"Jangan mikir yang aneh-aneh, aku baru saja selesai joging pagi," jawabku sambil menghela nafas dan mengacuhkanya.

"Heeeee??" desisnya sambil memasang senyuman curiga

Aku tanpa menanggapinya berjalan masuk kedalam kosan. Aku membuka sepatuku dan langsung berjalan ke arah dapur untuk mengambil segelas air, dan meminumnya.

Setelah itu aku berjalan ke arah kamarku dan duduk di atas karpet, lalu aku merentangkan tanganku dan menjatuhkan badanku. Aku menatap langit-langit dengan kebingungan.

"Jika aku kesampingkan wanita itu, monster apa yang tadi kulihat? Atau sebenarnya disana itu tidak ada apa-apa dan hanya aku saja yang berhalusinasi ya?" pikirku dengan keras.

Lalu, karena kelelahan, secara perlahan mataku mulai terasa berat. Dan tanpa sadar, aku tertidur.

<OTHER SIDE>

Aku secara perlahan membuka mataku, dan melihat langit-langit yang sangat tidak aku kenali. Beberapa saat kemudian aku merasa bahwa tangan kiriku sangat pegal. Aku melihat ke kiri, dan sadar kalau ... Disana, wanita itu sedang tidur di atas tanganku sambil dalam posisi miring ke arahku.

Aku kemudian memperhatikan wajahnya, rambutnya yang hitam terlihat begitu menawan, bibirnya yang lembut begitu menggoda dan ekspresi saat ia tidur membuatnya semakin terlihat imut.

Aku tersentak.

"Tidak itu cuman tipuan!" teriakku di dalam hati dan langsung bangun. Saat itu aku sadar bahwa aku sedang tertidur di atas kasur yang nyaman dan lembut

Karena aku bangun dan menarik tanganku secara tiba-tiba. Wanita itu juga bangun. Secara perlahan ia duduk di atas kasur sambil mengucek-ngucek matanya.

"Unnnhh, kau sudah bangun darling," ucapnya sambil menguap.

Aku melihat badanku, bajuku sudah berganti dari yang terakhir kali aku kesini.

"Tunggu! Jangan-jangan! Ka-kau melakukan hal itu padaku kan?" tanyaku panik lalu menatapnya serius.

"Hal, itu?" balasnya sambil memiringkan kepala, terlihat kebingungan.

"Ma-maksudku hal itu, hal itu loh," tambahku sambil memalingkan muka dan menggaruk-garuk pipi.

Wanita itu tersentak.

"MANA MUNGKIN LAH!" teriaknya menjawab pertanyaanku sambil agak panik.

"E-eh? Kenapa malah kau yang marah?" tanyaku di dalam hati.

"Ma-mana mungkin aku berani melakukan hal seperti itu tanpa kemauanmu. Itu, maksudku ... Selama kau tidak mau melakukanya aku tidak akan melakukan hal itu. Tadi aku hanya memandikanku saja," jelasnya sambil mengadu-ngadu jari telunjuknya dan agak menunduk.

"Sialan! Jangan tertipu sikap imutnya!" teriakku di dalam hati mencoba tidak tertipu.

Aku mencoba mengacuhkanya dan mengganti topik.

"Lalu? Kita sekarang berada di mana?" tanyaku sambil melihat sekeliling, tapi tertutup oleh gorden yang mengitari kasur.

"Ah, kita sekarang berada di sebelah ruangan dari ruangan yang kemaren kau berada darling. Tapi tunggu, kenapa kau menanyakanya? Sama seperti hal tadi, bukankah harusnya hal seperti ini sering terjadi?" tanya wanita itu sambil berfikir dan menaruh telunjuknya di dagunya.

"Sudah kubilangkan, kalau aku lupa ingat—." Sebelum aku menyelesaikan ucapanku, aku berniat menggerakan tanganku dan berpindah posisi. Namun saat itu juga terdengar suara dari rantai.

Krincing ...

Aku kemudian melihat tangan kananku, dan benar saja. Pergelangan tanganku terlingkari oleh rantai, begitu juga tangan kiriku. Namun tidak dengan kakiku, di kakiku hanya dua logam itu yang sepertinya tidak mungkin untuk dihancurkan.

"Apa maksudnya ini?" tanyaku sambil mengangkat tanganku kedepan dan memperlihatkan rantainya.

"Yah, kau tau sendiri kan alasanya apa," jawab wanita itu sambil memalingkan muka.

"Ah, sudahlah," responku yang sudah paham semua ini.

Aku menunduk, aku kemudian terfikirkan sesuatu. Tepatnya kejadian pagi ini.

"Hey? Jika boleh tau, dimana tepatnya pertama kali kita bertemu?" tanyaku menatapnya serius.

"Tunggu, kenapa kau menanyakanya?"

"Sudah jawab saja."

"Ahh, okey ... Mari kita lihat." Wanita itu kemudian mendongakkan kepalanya dan mulai mengingat-ingat.

"Kalau tidak salah, saat itu sedang pagi menjelang matahari terbit, kita saling bertabrakan di dekat pertigaan yang dekat dengan taman. Dan taman nya itu berada di kota yang sudah lama hancur. Kita tidak mungkin melihatnya lagi," jawab wanita itu, kemudian di akhir ia tersenyum ke arahku.

Aku pun sadar ....

"Benar, ada sesuatu yang aneh di sini, kejadian yang di bicarakanya sama dengan yang terjadi pagi ini. Tapi tunggu!" Aku langsung menatap wajahnya dengan sangat serius.

"Apa maksudmu kota C telah hancur?!" tanyaku kebingungan.

"Yah, kan memang hancur karena—." Sebelum wanita itu menyelesaikan perkataanya. Sesuatu membuka gorden yang menutupi kasur. Dan itu adalah, robot!?

"Nyonya, sudah saatnya anda mulai bekerja," ucap robot itu dengan suara robot yang khas.

"Aahhh! Okey!" balas wanita itu dengan bersamangat sambil mengangkat tangannya. Ia kemudian turun dari kasur.

"Oh iya, hampir lupa," ucap wanita itu sambil berhenti dan mengeluarkan sebuah remot.

Ia tersenyum ke arahku, beberapa saat kemudian ia menekan remot itu dan rantai yang mengikat kedua tanganku terbuka.

"Jangan lupa latihan seperti biasa ya, Dar-ling," bisiknya dengan nada yang sangat halus dan menghanyutkan

"Eh?" responku kebingungan.

Wanita itu kemudian berjalan keluar dari ruangan tempatku berada secara santai. Ia terlihat bahwa meninggalkanku di ruangan ini adalah hal biasa.

Aku turun dari kasur, dan melihat seluruh ruangan yang sangat luas, dan ada juga tangga menuju lantai dua. Di dalam ruangan itu penuh dengan alat-alat latihan. Seperti boxing, ada juga robot yang akan menjadi lawanmu. Panah? Dan daerah panah itu berada di pisahkan dengan dinding kaca tebal. Serta puluhan senjata tajam, mau pedang, kapak senjata dll terdapat di seluruh ruangan itu.

Aku tersenyun sambil merasa sangat senang.

"Mari kita lihat ..."

>>Bersambung<<

~Higashi