webnovel

Change To Life

17+ Manda Hashilla harus menelan pil pahit ia mengetahui dirinya telah hamil sedangkan ia belum menikah. Manda tahu siapa ayah dari anak yang ia kandung, tapi ia tak berani mengungkapkannya. Dia adalah Erlan Airlangga Gantara. Teman satu angkatan Manda yang terkenal tajir, cool, cerdas. Pil pahit itu tak berhenti, setelah malam acara kelulusan ayahnya tak sengaja menemukan test pack yang ia gunakan. Ayahnya Manda marah dan langsung mengusir Manda dari rumah. Erlan yang berusaha mengingat malam pesta Reno akhirnya teringat. Ia telah merenggut sesuatu yang berharga dari seorang gadis. Lalu bagaimana mereka menjalani kehidupan? Dan bagaimana reaksi mereka jika ternyata yang merencanakan kejadian ini semua adalah orang yang tak terduga bagi mereka? . . . . Sesuatu yang bermula dengan keburukan tak mesti berakhir buruk pula. Berusahalah. Keajaiban itu ada.

fatikhaaa_ · Urbain
Pas assez d’évaluations
187 Chs

01. Awal

Laki-laki berbalut jas hitam termenung di balkon kamarnya. Wajahnya terlihat sedang menahan amarah, nafasnya terkesan berat, matanya hanya fokus pada satu titik.

Laki-laki itu bernama 𝙀𝙧𝙡𝙖𝙣 đ˜Œđ™žđ™§đ™Ąđ™–đ™Łđ™œđ™œđ™– đ™‚đ™–đ™Łđ™©đ™–đ™§đ™–. Ia baru saja melangsungkan akad pernikahan di rumahnya yang dihadiri keluarga saja.

Jika kalian menebak pernikahannya di sembunyikan kalian benar.

Keluarga Erlan termasuk keluarga terpandang. Ayahnya terkenal dengan pembisnis yang jaya diusia muda dan Ibunya pemilik salah satu hotel terkenal.

Tapi alasan sebenarnya yang membuat pernikahan ini disembunyikan adalah Erlan yang menikah karena sebuah pertanggungjawaban yang memang harus ia lakukan.

Ia secara tidak sadar telah menghamili seorang gadis. Mungkin jika usia Erlan pantas untuk menikah tak masalah, tapi nyatanya Erlan baru saja lulus dari jenjang SMA. Itulah mengapa.

Erlan masih memandang satu titik itu. Ia memikirkan hal yang baru saja ia ketahui. Dalang semua kejadian ini sesuai tebakannya. Erlan sengaja membayar mahal agen untuk menyelidikinya.

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Ia bisa saja meminta pelaku untuk menjelaskan semuanya, tapi itu takkan merubah apapun.

"đ˜Œđ˜Źđ˜©đ˜ź.. K-Kamu gak mau mandi?" tanya gugup seorang perempuan berpakaian santai dan berwajah segar.

Dia adalah 𝙈𝙖𝙣𝙙𝙖 𝙃𝙖𝙹𝙝𝙞𝙡𝙡𝙖. Perempuan yang secara tak sengaja terjebak satu malam dengan Erlan. Yang saat ini telah sah menjadi istri Erlan di mata hukum maupun agama.

Erlan menghela nafasnya dengan kasar lalu melangkah menuju kamar mandi kamarnya. Manda melihat nanar pintu kamar mandi yang sudah tertutup.

Erlan menyalakan shower membiarkan air mengaliri seluruh tubuhnya. Samar-samar Erlan mendengar suara isakan dan Erlan tahu siapa yang sedang menangis, Manda.

Erlan memukul tembok kamar mandinya sampai membuat tangan kanannya berdarah. Ia ingin membunuh dalang permasalahan itu dan ia ingin menyalahkan takdir yang membuatnya seperti ini.

Erlan menyelesaikan mandinya lalu memakai pakaiannya. Ia keluar kamar mandi melihat perempuan itu yang duduk di pinggir kasur sambil menundukkan kepalanya.

Erlan melihat punggung rapuh itu. Ini bukan pertama kalinya Erlan melihat wanita itu menangis. Sudah berkali-kali dan itu menyayat hati Erlan. Entah mengapa

Secara tak sadar ini juga salahnya. Jika ia dapat menahan nafsunya lebih lama, sedikit saja, pasti tak akan terjadi hal seperti malam itu.

Erlan sudah membulatkan tekadnya, ia harus bersungguh-sungguh bertanggungjawab. Ia sudah berjanji pada sang pencipta.

Manda mengusap air matanya. Semenjak hamil ia sangat mudah menangis. Manda menoleh ke samping, ia kaget jika Erlan sudah selesai mandi dan sedang memandangnya.

Mereka berdua sama-sama terdiam. Manda memutuskan pandangan itu dan memilih melangkah menuju pintu di balik tubuh Erlan.

Saat ia membuka pintu dapat ia dengar apa yang terjadi di lantai satu. Suara perdebatan Ayahnya dan Papanya Erlan. Dan hatinya sangat sakit, ketika Papa Erlan merendahkan keluarganya dan dirinya.

Tiba-tiba saja Manda merasakan tarikan dari belakang. Ia melihat Erlan yang berada di sampingnya yang menutup pintu.

Manda meneteskan air matanya. Untuk pertama kalinya, Erlan memeluk Manda. Memberikan pelukan penenang bagi Manda.

"Maaf, Maaf"

Manda tak bisa berbicara, tangisannya menghentikan pita suaranya untuk mengeluarkan suara.

.

.

.

.

Erlan, Manda dan kedua orang tua Erlan sedang makan malam di meja makan. Keluarga Manda pulang sore tadi dan masih sama, Ayah Manda masih tak ingin menemui Manda.

"Setelah ini saya harap kalian pergi dari rumah ini" kata tiba-tiba Papanya Erlan. Yang langsung di balas tak suka oleh istrinya, "Pah!"

"Kita udah bicarain ini." Bunda Erlan berusaha menghentikan suaminya.

"Dan Papah tetap pada jawaban Papah!"

Papa Erlan langsung membanting sendok dan garpu yang ia gunakan, lalu meninggalkan meja makan. Bunda Erlan mengejar suaminya itu.

Erlan menggenggam tangan Manda, mengajaknya untuk naik ke kamar. Di dalam kamar, Erlan mengeluarkan koper Manda yang masih utuh dengan isinya dan mengeluarkan koper miliknya untuk di isi barangnya. Erlan meminta untuk mengambilkan barangnya di pojok sana. Ketika mengambil barang itu Manda melihat sebuah foto. Dua foto yang mungkin sengaja di satukan. Foto Erlan dengan kedua orang tuanya dan juga foto Erlan dengan dua sahabatnya saat kelulusan SMA tempo lalu.

"Erlan, Aku minta maaf."

"Kenapa meminta maaf?" tanya Erlan kepada Manda

"Membuatmu di usir oleh keluarga mu."

"Sudahlah. Bawa kopermu, kita akan pergi dari sini." Erlan bingung harus menanggapinya bagaimana, jika ia marah akan sangat tidak pantas sebab semua bermula karena dirinya juga walau ia tidak sadar.

Manda mengikuti langkah Erlan yang membawa satu koper dan satu ransel menuju lantai satu. Terlihat di sana kedua orang tua Erlan yang berdebat.

"Erlan Manda, jangan pergi Nak." Bunda Erlan langsung dicekal tangannya oleh Papa Erlan. Membawa Bunda Erlan di belakang tubuh Papanya Erlan.

"Ini kunci mobil dan ATM yang pernah Papa kasih ke Erlan." Erlan menyerahkan ATM itu di meja dekat Papanya. "Bunda jaga kesehatan, Erlan pamit."

"Erlan engga boleh! Jangan Nak!" teriak Bunda Erlan yang terus di tahan oleh Papa Erlan.

Erlan menarik tangan Manda untuk segera keluar dari rumah megah keluarganya.

.

.

.

.

Erlan memesan taksi online lewat sebuah aplikasi. Sesudahnya Erlan dan Manda menuju suatu tempat. Didalam mobil Erlan masih terus diam memejamkan matanya dan bersandar. Manda menatap lekat Erlan. đ˜ˆđ˜±đ˜ą Erlan akan seserius itu padany𝘱??

"đ˜‰đ˜Šđ˜łđ˜©đ˜Šđ˜Żđ˜”đ˜Ș."

𝘛𝘩𝘳đ˜Ș𝘱𝘬𝘱𝘯 𝘭𝘱𝘬đ˜Ș-𝘭𝘱𝘬đ˜Ș đ˜Șđ˜”đ˜¶ đ˜źđ˜Šđ˜Żđ˜šđ˜©đ˜Šđ˜Żđ˜”đ˜Ș𝘬𝘱𝘯 đ˜­đ˜ąđ˜Żđ˜šđ˜Źđ˜ąđ˜© 𝘮𝘩𝘰𝘳𝘱𝘯𝘹 𝘾𝘱𝘯đ˜Șđ˜”đ˜ą. 𝘐𝘱 đ˜©đ˜ąđ˜§đ˜ąđ˜­ đ˜Žđ˜¶đ˜ąđ˜łđ˜ą đ˜Șđ˜”đ˜¶, đ˜Žđ˜¶đ˜ąđ˜łđ˜ą đ˜ș𝘱𝘯𝘹 đ˜”đ˜Šđ˜łđ˜¶đ˜Ž đ˜źđ˜Šđ˜Żđ˜šđ˜©đ˜ąđ˜Żđ˜”đ˜¶đ˜Ș𝘯đ˜ș𝘱.

"𝘓𝘰 đ˜Łđ˜Šđ˜­đ˜¶đ˜ź đ˜«đ˜Šđ˜­đ˜ąđ˜Žđ˜Ș𝘯 đ˜ąđ˜±đ˜ąđ˜±đ˜¶đ˜Ż đ˜ș𝘱𝘯𝘹 đ˜”đ˜Šđ˜łđ˜«đ˜ąđ˜„đ˜Ș đ˜žđ˜ąđ˜Źđ˜”đ˜¶ đ˜Șđ˜”đ˜¶."

"đ˜„đ˜ąđ˜Ż 𝘮𝘩𝘬𝘱𝘳𝘱𝘯𝘹 đ˜Žđ˜¶đ˜Š inđ˜šđ˜Šđ˜”. "

đ˜‘đ˜ąđ˜Żđ˜”đ˜¶đ˜Żđ˜š đ˜±đ˜Šđ˜łđ˜Šđ˜źđ˜±đ˜¶đ˜ąđ˜Ż đ˜Șđ˜”đ˜¶ đ˜Łđ˜Šđ˜łđ˜„đ˜Šđ˜”đ˜ąđ˜Ź đ˜€đ˜Šđ˜±đ˜ąđ˜”. 𝘐𝘱 đ˜”đ˜ąđ˜Źđ˜¶đ˜” đ˜ąđ˜±đ˜ą đ˜ș𝘱𝘯𝘹 𝘮𝘩𝘭𝘱𝘼𝘱 đ˜Ș𝘯đ˜Ș đ˜Ș𝘱 đ˜”đ˜ąđ˜Źđ˜¶đ˜”đ˜Źđ˜ąđ˜Ż 𝘱𝘬𝘱𝘯 𝘣𝘩𝘯𝘱𝘳-𝘣𝘩𝘯𝘱𝘳 đ˜”đ˜Šđ˜łđ˜žđ˜¶đ˜«đ˜¶đ˜„.

"đ˜’đ˜Šđ˜Żđ˜ąđ˜±đ˜ą 𝘓𝘰 𝘹𝘱𝘬 𝘯𝘹𝘰𝘼𝘰𝘯𝘹 đ˜«đ˜¶đ˜«đ˜¶đ˜ł 𝘮𝘱𝘼𝘱 đ˜Žđ˜¶đ˜Š?"

"Kenađ˜±đ˜ą 𝘓𝘰 đ˜Žđ˜Šđ˜­đ˜ąđ˜­đ˜¶ đ˜źđ˜Šđ˜Żđ˜šđ˜©đ˜Șđ˜Żđ˜„đ˜ąđ˜ł đ˜„đ˜ąđ˜łđ˜Ș đ˜Žđ˜¶đ˜Š?

đ˜—đ˜Šđ˜łđ˜Šđ˜źđ˜±đ˜¶đ˜ąđ˜Ż iđ˜”đ˜¶ 𝘼𝘩𝘯𝘱𝘯𝘹đ˜Ș𝘮, đ˜”đ˜¶đ˜Łđ˜¶đ˜©đ˜Żđ˜ș𝘱 đ˜źđ˜¶đ˜­đ˜ąđ˜Ș đ˜Łđ˜Šđ˜łđ˜šđ˜Šđ˜”đ˜ąđ˜ł. 𝘐𝘱 đ˜”đ˜ąđ˜Źđ˜¶đ˜” 𝘮𝘩𝘬𝘱𝘭đ˜Ș.

"𝘋𝘱𝘯 đ˜Źđ˜Šđ˜Żđ˜ąđ˜±đ˜ą 𝘓𝘰 đ˜€đ˜¶đ˜źđ˜ąđ˜Ż đ˜„đ˜Ș𝘩𝘼?!"

"đ˜’đ˜Šđ˜Żđ˜ąđ˜±đ˜ą 𝘓𝘰 𝘹𝘱𝘬 đ˜„đ˜ąđ˜”đ˜Šđ˜Żđ˜š 𝘬𝘩 đ˜Žđ˜¶đ˜Š đ˜„đ˜ąđ˜Ż đ˜«đ˜Šđ˜­đ˜ąđ˜Žđ˜Ș𝘯 đ˜ąđ˜±đ˜ą đ˜ș𝘱𝘯𝘹 đ˜”đ˜Šđ˜łđ˜«đ˜ąđ˜„đ˜Ș đ˜žđ˜ąđ˜Źđ˜”đ˜¶ đ˜Șđ˜”đ˜¶?! "

"𝘓𝘰 đ˜Łđ˜Šđ˜łđ˜©đ˜ąđ˜Žđ˜Ș𝘭 đ˜źđ˜Šđ˜Żđ˜«đ˜ąđ˜„đ˜Ș𝘬𝘱𝘯 đ˜Žđ˜¶đ˜Š đ˜€đ˜°đ˜žđ˜°đ˜Ź đ˜ș𝘱𝘯𝘹 𝘣𝘩𝘯𝘩𝘳-𝘣𝘩𝘯𝘩𝘳 𝘭𝘩𝘣đ˜Șđ˜© da𝘳đ˜Ș 𝘣𝘳𝘩𝘯𝘹𝘮𝘩𝘬!"

"đ˜’đ˜Šđ˜Żđ˜ąđ˜±đ˜ą 𝘓𝘰 𝘹𝘱𝘬 𝘯𝘹𝘰𝘼𝘰𝘯𝘹?! "

"𝘑𝘱𝘾𝘱𝘣 đ˜Žđ˜¶đ˜Š! 𝘓đ˜Șđ˜©đ˜ąđ˜” đ˜Žđ˜¶đ˜Š!"

Laki-laki đ˜Șđ˜”đ˜¶ đ˜źđ˜Šđ˜Żđ˜€đ˜Šđ˜Żđ˜šđ˜Źđ˜łđ˜ąđ˜ź đ˜Łđ˜ąđ˜©đ˜¶ đ˜±đ˜Šđ˜łđ˜Šđ˜źđ˜±đ˜¶đ˜ąđ˜Ż đ˜”đ˜Šđ˜łđ˜Žđ˜Šđ˜Łđ˜¶đ˜”. đ˜”đ˜Šđ˜Żđ˜šđ˜ąđ˜Żđ˜šđ˜Źđ˜ąđ˜” đ˜žđ˜ąđ˜«đ˜ąđ˜© đ˜±đ˜Šđ˜łđ˜Šđ˜źđ˜±đ˜¶đ˜ąđ˜Ż đ˜Șđ˜”đ˜¶ đ˜¶đ˜Żđ˜”đ˜¶đ˜Ź đ˜źđ˜ąđ˜Żđ˜ąđ˜”đ˜ąđ˜±đ˜Żđ˜ș𝘱. 𝘓𝘱𝘬đ˜Ș-𝘭𝘱𝘬đ˜Ș đ˜Șđ˜”đ˜¶ đ˜„đ˜ąđ˜±đ˜ąđ˜” 𝘼𝘩𝘭đ˜Șđ˜©đ˜ąđ˜” 𝘣𝘱𝘹𝘱đ˜Ș𝘼𝘱𝘯𝘱 đ˜©đ˜ąđ˜Żđ˜€đ˜¶đ˜łđ˜Żđ˜ș𝘱 đ˜±đ˜Šđ˜łđ˜Šđ˜źđ˜±đ˜¶đ˜ąđ˜Ż đ˜„đ˜Șđ˜©đ˜ąđ˜„đ˜ąđ˜±đ˜ąđ˜Żđ˜Żđ˜ș𝘱 đ˜Ș𝘯đ˜Ș.

"đ˜’đ˜Šđ˜Żđ˜ąđ˜±đ˜ą?" 𝘭𝘱𝘬đ˜Ș-𝘭𝘱𝘬đ˜Ș đ˜Șđ˜”đ˜¶ đ˜źđ˜Šđ˜­đ˜Šđ˜źđ˜ąđ˜©đ˜Źđ˜ąđ˜Ż đ˜Żđ˜ąđ˜„đ˜ą 𝘣đ˜Șđ˜€đ˜ąđ˜łđ˜ąđ˜Żđ˜ș𝘱.

"đ˜ˆđ˜Źđ˜¶-" "đ˜ˆđ˜Źđ˜¶ hamđ˜Ș𝘭"

"đ˜ˆđ˜Źđ˜¶ đ˜”đ˜ąđ˜Źđ˜¶đ˜” đ˜Źđ˜ąđ˜źđ˜¶ đ˜Žđ˜¶đ˜łđ˜¶đ˜© đ˜ąđ˜Źđ˜¶ đ˜Łđ˜¶đ˜ąđ˜” đ˜šđ˜¶đ˜šđ˜¶đ˜łđ˜Ș𝘯 đ˜Źđ˜ąđ˜Żđ˜„đ˜¶đ˜Żđ˜šđ˜ąđ˜Ż đ˜ąđ˜Źđ˜¶"

𝘉𝘱𝘹𝘱đ˜Ș𝘬𝘱𝘯 𝘬𝘩𝘮𝘱𝘼𝘣𝘱𝘳 đ˜±đ˜Šđ˜”đ˜Ș𝘳. 𝘓𝘱𝘬đ˜Ș-𝘭𝘱𝘬đ˜Ș đ˜Șđ˜”đ˜¶ 𝘭𝘩𝘼𝘱𝘮. đ˜—đ˜Šđ˜łđ˜Šđ˜źđ˜±đ˜¶đ˜ąđ˜Ż đ˜Șđ˜”đ˜¶ 𝘼𝘩𝘯𝘱𝘯𝘹đ˜Ș𝘮. đ˜—đ˜Šđ˜łđ˜”đ˜ąđ˜źđ˜ą 𝘬𝘱𝘭đ˜Ș𝘯đ˜ș𝘱 𝘭𝘱𝘬đ˜Ș-𝘭𝘱𝘬đ˜Ș đ˜Șđ˜”đ˜¶ 𝘼𝘩𝘭𝘰𝘭𝘰𝘮𝘬𝘱𝘯 𝘱đ˜Ș𝘳 đ˜źđ˜ąđ˜”đ˜ąđ˜Żđ˜ș𝘱 di đ˜„đ˜Šđ˜±đ˜ąđ˜Ż 𝘰𝘳𝘱𝘯𝘹 đ˜ș𝘱𝘯𝘹 đ˜Łđ˜¶đ˜Źđ˜ąđ˜Ż đ˜Źđ˜Šđ˜­đ˜¶đ˜ąđ˜łđ˜šđ˜ąđ˜Żđ˜ș𝘱.

Manda menangis mengingat kala ia mengatakan sebenarnya pada Erlan. Ya, perempuan dan laki-laki itu adalah Manda dan Erlan. Setelah mengatakan itu, Erlan terdiam sangat lama, ia terlihat sangat shock.

"Maaf Mas Mbak udah sampai," ucap Pak Sopir taksi. Erlan memandang tujuannya. Erlan hanya mengasal memilih tempat. Erlan hanya mengetik kontrakan dan alamat ini yang pertama kali muncul di maps.

Erlan dan Manda turun dibantu Pak Sopir yang menurunkan barang mereka. Setelah mengucapkan terima kasih, Manda dan Erlan menuju rumah yang terdapat tulisan kontrakan. Erlan mengucapkan salam, tapi tak ada yang membalasnya. Beberapa saat kemudian, ada ibu-ibu menghampiri mereka.

"Nyarik kontrakan Mas Mbak?" tanya Ibu itu.

"Iya Bu, kita lagi cari kontrakan," balas Manda kepada ibu tersebut.

"Oh iyaa, silahkan-silahkan, saya buka dulu ya." Ibu itu sangat ramah. Erlan dan Manda masuk kedalam pekarangan rumah. Sangat sederhana, tapi terlihat cukup nyaman.

"Ini Mas Mbak kontrakannya. Ada ruang tamu, dapur, sama satu kamar dan satu kamar mandi, di sana juga ada pintu samping, silahkan dilihat dulu." Erlan melihat dari depan pintu, Manda masuk melihat kedalam. Erlan menghela nafas, setidaknya tempat ini nyaman untuk mereka.

Tak terlalu luas, pekarangan yang cukup untuk satu mobil, ruang tamu kecil yang terdapat televisi kecil, satu kamar dan satu tipas angin yang terlihat dari posisi berdiri Erlan. Bagi Erlan harganya juga sesuai fasilitas yang ada.

"Lingkungan sini juga aman kok Mas,Mbak. Saya jamin deh," kata Ibu tersebut dengan ramah.

"Lan, gimana?" Erlan menganggukan kepalanya. Manda bilang kepada ibu-ibu tersebut dan Erlan meminta untuk meninggalinya mulai hari ini. 

Ibu itu memperkenalkan namanya, Ibu Hera, rumahya tepat didepan kontrakan ini. Ia tinggal bersama suaminya, anak-anaknya sudah berkeluarga semua.

"Mbak lagi hamil ya?" tanya Bu Hera. Manda memandang Erlan, begitu juga Erlan yang menatap Manda. "Iya Bu," jawab sekenanya Manda.

"Kok Ibu bisa tahu?" tanya Erlan pada Bu Hera.

"Aduh Masnya ini gimana sih, orang hamil itu auranya beda Mas, apalagikan Ibu udah punya cucu. Hafal sekali Ibu dengan orang hamil." Manda menganggukan kepalanya sambil tersenyum.

"Ya udah Ibu tinggal ya, besok sore Ibu antar ke Pak RT buat laporan kalau ada yang tinggal di sini, selamat istirahat. Marii," pamit Bu Hera lalu menyerahkan kunci rumah kepada mereka.

Erlan menutup pintu, membawa barang-barangnya menuju kamar. 

đ˜šđ˜Šđ˜źđ˜±đ˜Șđ˜”, itu kesan pertama Erlan. Ia terbiasa hidup mewah. Di sini hanya ada kasur berukuran kecil menatap tembok dengan dua bantal satu guling di atas dipan, sebuah lemari kayu di sudut kamar, kipas angin yang tadi dilihat Erlan, dan meja kecil didekat kasur dengan sapu kasur diatasnya.

Manda membersihkan kamar tersebut, menyapu lalu menebahi kasurnya. Erlan sedang ke kamar mandi. Di lemari itu terdapat dua set seprai dan satu selimut yang sengaja diletakkan di situ. Manda mengambil selimut tersebut, tak selembut selimut dirumahnya apalagi dirumah Erlan. Tapi setidaknya malam dingin ini selimut itu cukup membantunya.

Saat hendak membuka koper untuk menata baju, tiba-tiba Erlan menghentikannya.

"Eh gak usah, mending sekarang ke kamar mandi cuci muka, terus tidur. Udah jam delapan, gak baik buat bayi." Manda menatap Erlan tak percaya, semenjak Erlan tahu bahwa Manda mengandung tak pernah sekalipun Erlan menyatakan gamblang bayi dalam kandungannya, hanya gelagat menunjuk kearah perut Manda.

Secara tak sadar, Manda menganggukan kepalanya lalu menuju kamar mandi. Erlan menyalakan kipas angin, lalu bersandar di kepala kasur. Begini saja terasa sempit, walau muat berdua tapii, 𝘹đ˜Șđ˜”đ˜¶đ˜­đ˜ąđ˜©.

Manda kembali dan melihat Erlan sedang memainkan Hp nya sambil sandaran. Manda bingung, ini pertama kalinya Ia dan Erlan tidur di satu ruangan. Erlan melihat Manda yang diam saja, 

"Tidur aja Man," ucap Erlan. Manda melangkah ragu lalu menaiki kasur dan merebahkan tubuhnya. Manda menghadap tembok membelakangi Erlan.

Manda berusaha tidur, ia sungguh lelah. Sangat lelah. Erlan menatap Manda, ia teringat ucapannya saat ijab qobul. Dia sudah berjanji pada Allah,dia harus mulai berubah. Erlan tak pernah ingkar janji, apalagi janji langsung dengan Tuhannya.

"Maaf Man, Gue hancurin hidup Lo. Makasih udah kasih kesempatan Gue buat memperbaiki semua, maaf Man, Gue bener-bener minta maaf. Gue memang gak bisa mengulang waktu Man, Gue cuman bisa nyesel, tapi Gue bakal buktiin kalau Gue emang niat buat merubah semua jadi lebih baik, Gue bakal terus berusaha."

Erlan mengambil selimut tipis itu, menyelimuti tubuh Manda. Lalu merebahkan tubuhnya menyamping, menghadap punggung Manda. Erlan terlelap dalam sekejap, ia sungguh letih sampai mudah untuk tidur.

Sepengetahuan Erlan, sebenarnya Manda masih belum tertidur. Ia mendengar perkataan Erlan, sangat jelas.

Sebenarnya ia ingin sekali menuntut lebih pada Erlan, karena dia mimpi Manda hancur, karena Erlan ia harus diusir dari rumah, karena Erlan ia harus menerima banyak hujatan. Tapi buat apa itu semua, semua tetap tak akan ada yang berubah.