webnovel

Chandraklana : Singularity Of The Grand Prize

Didunia Chandraklana yang sekarang lebih damai dari sebelumnya, dimana saat ini seluruh Sanajayan mulai sembuh dari kekelaman yang terjadi seribu tahun yang lalu akibat maraknya penggunaan benda pusaka yang dikuasai kegelapan kini sudah berkurang dengan adanya larangan hukum penggunaan benda pusaka dan hancurnya kota pembelajaran rumus benda benda pusaka yang dahulu kala sudah lenyap tertelan bumi. Dari puluhan tahun ke puluhan tahun memulai melatih para generasi pengembara Sanajayan hidup normal seperti biasanya tanpa menggunakan benda pusaka. Dengan didirikannya padepokan padepokan di setiap kota yang memiliki tiga kelas yaitu : Pelatihan penggunaan pedang, Pelatihan penggunaan Busur panah dan pelatihan Tombak dan tameng. Di setiap padepokan yang menyebar keseluruh wilayah Sanajayan juga terdapat kelas pembantu yaitu pengobatan. Melalui Padepokan padepokan tersebut, generasi di dunia Chandraklana kian larut semakin melahirkan para kesatria yang terlatih tanpa menggunakan benda pusaka karena sudah berubah sistematisnya menjadi kegelapan. Hingga sampai diadakan dari turun temurun suatu kegiatan budaya yang bertujuan guna melahirkan para kesatria hebat tanpa menggunakan pusaka, Seluruh wilayah Sanajayan menyelenggarakan sebuah Sayembara yang di peringati setiap tujuh tahun sekali diadakan bergantian. Sampai pada saat Sayembara terpilih di desa Wijonayem di padepokan bernama Agungdhijoyo Winoto sebagai tuan rumah Sayembaraan yang diadakan dan dinanti nanti seluruh warga Sanajayan dengan hadiah yang berbeda dan pertama kalinya dihadiahkan oleh Para pengelana dan juga kesatria muda yaitu : Akik Kumenteng ! Sebuah cincin mujarab yang dijadikan grandprize menjadikan seluruh wilayah Sanajayan berantusias untuk mengikuti sayembara serta menonton pertandingan spektakuler ini yang ternyata selain bergengsi juga mengundang perhatian sebagian kelompok melakukan demo untuk memperhentikan sayembaranya perihal rumor hadiah utamanya adalah sebuah benda pusaka diikrarkan melalui " Batin Pangikrar" yang berbeda dari biasanya. Kejadian tersebut membuat seorang pengelana dan juga pejuang jaman dahulu bernama Solor Jayusman, seorang kesatria paruhbaya bertubuh pendek ahli dalam segala pepawangan hewan dan ketrampilan senjata jebakan serta sudah terlatih jauh tanpa benda pusaka, Kesatria yang suka berkelana ini juga mulai mencari tahu tentang Akik Kumenteng karena terpicu adanya Sayembara secara tiba tiba menghadiahkan yang dia kira salah satu pusaka langka yang pernah diberitahukan dari teman mudanya Samiranah. Cerita ini dilindungi Hak Cipta yang sudah terdaftar. Jangan lupa, Like, Share dan Subcribe Terima kasih sebelumnya, semoga bermanfaat .. :)

Ributby · Action
Pas assez d’évaluations
29 Chs

Ucapan Terima Kasih Seorang Teman

Dilereng gunung Lajejer ini berdiri tambang Lartojayan yang adalah sebuah tambang emas sudah lama berhenti aktivitasnya ribuan tahun lalu. Dan saat ini Tambang ini mulai di dikerjakan lagi guna mengeruk yang ada kandungan emasnya sampai habis tidak tersisa.

Aktivitas galian yang disembunyikan oleh pemerintah desa Lawes dan juga kota Wartojayan. Menjadikan timbulnya perbudakan pada para penambang yang bekerja dijebak oleh keluarga Duwitri guna rencana mereka.

Pada mulut guanya terdapat beberapa Penjaga berbaju perang bersimbol khas desa Lawes yang juga membawa bermacam senjata, di depan mulut gua terdapat juga beberapa onggok Balista yang ditunggu prajurit, yang lainnya berada diatas beberapa menara terbuat dari batu.

Didalam perut gunung Lajejer rongga gua semakin bertambah, yang pada mulanya banyak emas semakin lama semakin sulit ditemukan. Kebengisan rencana yang terfatamorgana ini membuat keluarga Duwitri menjadikan mereka lupa diri, tidak ada sisi manusianya.

Demi rencananya yang terperinci membuat tidak terlihat dimata Aliansi sampai melakukan perbudakan yang sadis di desa Lawes karena tambang Lartojayan yang sudaj mulai sulit ditemukam emasnya, dan juga tidak mau banyak mengulur waktu Semakin sedikit yang dihasilkan penambang. 

Membuat Keluarga Duwitri memberi peraturan pada penambang untuk mendapatkan satu kereta penuh batu kandungan emas sebelum mereka keluar dari tambang.

Tetapi lereng gunung ini tampak semakin hijau disaat matahari pagi menyinari, sinarnya yang jernih dan hangat menyorot lebih tajam daripada hari hari biasa, yang seakan akan gua ini bersinar seperti apa yang telah dia hasilkan.

Berjalanlah Sareh menuju Aryo dan yang lain untuk siap membicarakan rencana baru setelah mengetahui kinerja akik yang telah ditinggalkan Hartoko.

" Bagaimana "

Tanya Sareh menghampiri dan mendekat

" Apa boleh buat, kita sangat butuh akik itu"

" Kita cari tahu dahulu apakah akik ini bisa membantu kita bertarung atau tidak"

" Karena baru kita lihat akik itu memiliki tenaga yang hebat sehingga pemakai bisa meremukan batu dengan mudah"

Terang Aryo kepada penambang lain.

" Walaupun satu orang yang memakai akik itu bukan berati kita bisa lepas dari penjaga !"

" Didepan banyak sekali prajurit penjaga layaknya seperti alun alunnya pindah di mulut gua"

Ucap Branas

" Belum juga menara menara pengintai "

Tambahnya

" Iya setelah kita lihat, bahwa dengan memakai akik itu kita jadi mudah untuk meronggai gua "

Ujar Aryo

" Lantas bagaimana? Rencana apa selanjutnya?"

Ucap Sareh bertanya

" Coba aku yang pakai akiknya"

Kata Aryo meminta akik kepada Sareh dengan tangan menjulur 

Dilepaskannya akik itu dari jari tangan Sareh, lalu memberikan ke Aryo. Dimasukannya akik ke jari manis Aryo sebelah tangan kanannya dengan perasaan takut mengetahui akiknya yang dia kira hasil rumor Lingkaran kegelapan, sembari dia berjalan menjauhi mereka yang sedang berdiri melingkar berdiskusi mendekati kotak peralatan kemudian mengambil palu yang paling besar berlanjut ditaruhnya kelantai gua.

Diangkatnya beliung besi sampai mata beliung menghantam mata palu yang terbuat dari besi alhasil meleset tidak terpengaruh.

Dicobanya lagi dengan mulai meletakan beliungnya yang kemudian berjalan menuju batu yang tadi di angat Branas. Duduk jongkok dengan paha terlentang dan diulurkan tangan kedepan dengan telapak tangan kanan Aryo menempelkan dengan menyamping di bongkahan batu besar itu, dengan sesudah dia tarik nafasnya Tangannya diangkat dan dipukulah dengan keras bongkahan batu itu.

Sakit dirasakan pada tangan Aryo, mengira bongkahan batu itu bisa terbelah oleh karatannya Mengetahui itu Aryo bergegas berdiri dan membalikan badannya.

" Tidak bisa"

Ucap Aryo kepada penambang penambang lain

" Apa kita coba berkelahi ?"

Tanya Sareh kepada Aryo

" Mari kita coba"

" Kalian bertiga kepung aku"

Ajak Aryo menunjuk Karto, Sareh dan Wiji

Buyarlah kerumuan itu, ketiga penambang berjalan mengikuti Aryo berpindah menuju area yang lebih leluasa.

Mereka siap dengan menghadap hadapan, ketiga penambang muda berjejer dengan jari yang di kepalkan dan mengangkatnya siap menonjok.

Aryopun mengikuti gerakan mereka. Dengan gerak cepat Sareh melepaskan pukulannya dulu mengenai perut Aryo, ditambah yang lain maju menonjok bagian pipi.

Digantikan Aryo melayangkan kepalan tangan kanannya menuju kepala sareh, seketika Sareh menghindar, disusul kepalan tangan kirinya menghantam kepala Wiji mengenai pipi.

" Bagaimana ?"

Tanya Aryo ke Wiji mendadak berhenti untuk saling pukul

" Lanjutkan saja.."

Ucap Wiji yang masih mengepalkan kedua tangannya bersiaga.

" Hanya saja aku mencoba pukulan yang aku keluarkan, dan itupun sama seperti aku mengarat batu tadi"

" Malah kau meminta untuk melanjutkannya.."

Ucap Aryo kepada Ketiga penambang muda itu.

" Tapi luar biasa juga pukulanmu "

Gumam Wiji 

" Iya, jadi kita tidak bisa melawan prajurit prajurit penjaga dengan memakai akik ini"

Ucap Aryo sambil menurunkan kepalan tangannya menyudahi adu tonjoknya

" Tidak bereaksi ya?"

Tanya Sareh ke Aryo menanyakan efek Akik disaat melakukan Tonjokan

" Sama seperti pukuan biasa, ya kan Ji"

Jelas Aryo

" Aku tidak terjatuh ataupun terpental"

Jawab Wiji tersenyum

"Sudah jelas akik itu untuk pertahanan diri, bukan penyerang"

Ucap Branas sambil menghampiri mereka berempat.

" Iya, akik ini hanya bekerja untuk meringankan beban"

Tambah Aryo pandangan mengarah ke Branas yang berjalan menghampirinya.

"Begitulah"

Ucap Branas 

" Sekarang kita mulai membungkus Jasad Hartoko, dan menguburkannya"

" kalian bertiga carilah tempat untuk menggali, aku dan Branas akan merawati mayat Hartoko"

Kata Aryo pada ketiga penambang muda

" Baiklah" 

Ucap Sareh bergegas mengajak Wiji dan Karto untuk mengambil peralatan di kotak. Disusul Branas dan Aryo berjalan menuju Mayat Hartoko dibaringkan di ruang rongga gua ýang ada pada sampingnya.

Mayat yang masih tergeletak di alasi goni terbaring ditengah tengah rongga gua yang remang. Berjalanlah mendekat Aryo dan Branas. Dengan segera Aryo mengangkat jasad Hartoko dan meminta Branas untuk melebarkan menyamping alas goni yang sebelumnya terlipat lipat untuk baringan Hartoko.

Segeralah Branas menarik lipatan kain goni yang tertindih Mayat, begitupun sisi lainnya.

Sambil Branas menarik narik kain goni yang juga di bantu Aryo mengangkat jasad agar lebih mudah tarikannya

" Sebentar, talinya di kotak"

Ucap Branas ke Aryo yang masih mengangkat bagian punggung

Segera beranjak Branas mengambil beberapa utas tali di kotak yng tidak jauh. Setelah mengambil beberapa utas tali rumput kering kembli Branas mendekati Aryo dan jasad Hartoko.

Ditariknya lagi sedikit sedikit kain goni agar lebarnya maksimal serta menutupkan ke bagian tubuh atas sebelah kiri, begitu juga bagian kanan hingga bagian menutup tubuh Hartoko.Dimasukannya tali kebagian bawah jasad hingga tiga bagian pergelangan kaki, perut, dan leher. tidak lupa Aryo membasuh muka yang putih pucat Hartoko dengan air kantung yg di bawa Branas. Dan segeralah mereka menalinya kuat.

" Aku akan menghampiri ke yang lain dulu"

Ucap Aryo ke Branas sambil bediri selesai mengikat tali pada jasad.

Berjalan pelan Aryo menjauhi Branas yang sedang duduk disamping mayat Hartoko sambil merapikan dan mengencangkan tali pengikat agar terbungkus rapi. Ruang rongga gua sebesar tinggi lima meteran dengan radius tujuh meteran didindingnya berongga lagi tiga yang satu rongga jalan menuju mulut gua di sebrangnya dua rongga saling berjarak dua meter jalan menuju rongga penggalian lain. dirongga itu Aryo berjalan melewati rongga yang kanan untuk menemui tiga penambang muda yang tadinya disuruh mencari tempat untuk menguburkan jasad Hartoko.

Setiba dirongga ruang setelah ruang rongga dimana telah selesainya membungkus Hartoko, kini Aryo melihat hanya saja kosong, hingga membuat Aryo berteriak.

" Kalian dimana?!"

Teriak Aryo memanggil Ketiga penambang yang diberi tugasnya menggali 

Terdengarlah suara panggilan Aryo menggema dari kejauhan kepada penambang muda itu yang sedang menggali dengan beliung disebelah ruang jaraknya empat ruangan rongga yang di datangi Aryo. Berjalanlah Karto ke gawang ruangan rongga berjalan menemui Aryo. Setelah melewati dua satu rongga ruangan dari gawang rongga terlihat Aryo sedang berdiri.

" Kami disini"

Ucap Karto kepada Aryo yang di dekat gawang ruang rongga

Bergegaslah Aryo berjalan menuju gawang ruang rongga dan menghamiri Karto hingga masuk rongga ruangan mereka menggali kubur.

Setiba di tempat penggalian kubur, Aryo melihat sekeliling ruang rongga gua itu dengan kepalanya mengarah keatas dan kesamping memutar. Dilihatnya agak beda dengan ruang rongga yang lain, ruangan ini hanya saja lebih terang karena batu yang sedikit warna hitamnya. Disekitarnya ada beberapa gundukan, setelah Aryo berjalan lebih dekat mendekati mereka, diapun tahu bahwa gundukan gundukan itu adalah kuburan juga.

" Disini ya?"

Tanya Aryo kepada mereka

" Sepertinya cocok dikubur disini, di lain rongga yang kami cari ruangan tidak ada yang seperti ini, walaupun tidak terlalu luas

Ucap Wiji

"Lihat bawahnya, setelah kami gempur ini bukan emas, hanya kerak kuning saja, dan batunya memiliki serat berbeda seperti tanah.

" Dan di bawah dekat bongkahan ini kita menggali, galiannya tidak terlalu keras gempurannya juga lebih halus"

Ucap Wiji sambil menunjukan bagian bawah ruang rongga yang banyak kerak batu berwarna kekuningan tua serta bongkahan batu besar dekatnya tergali galian oleh Sareh dan Karto.

" Setuju, tidak apa apa, maka dari itu mereka sebelum kita dsini cocok untuk kuburan"

Ucap Aryo

Sambil melepaskan akik dari jarinya diberikannya ke Sareh yang ada pada depannya menggali karena melihat galian yang masih kurang dalam.

" Ini pakailah, biar cepat tergali"

Kata Aryo

" Boleh saja "

Ucap Sareh dengan sedikit tersenyum serta beberapa aliran tetesan keringat ada dahinya mengambil akik dari ditangan Aryo

Dipakailah akik itu dijari manisnya sembari melanjutkan galiannya. Selang beberapa ayunan beliung Sareh tidak merasakan apapun. Dia hanya saja sperti biasa

" Yang aku rasakan sama?"

Ucap Sareh ke Aryo

"Benarkah?"

Kata Aryo sedikit heran

" Oh sekarang aku mengerti, akik itu berpermata beda dengan batu yang sedang kamu gali"

" Batu yang kalian gali ini agak kekuningan, lebih banyak mengandung serat tanah berbeda dengan bongkahan batu dengan sedikit emas yang dipasang di akik lebih berwarna hitam yng di hasilkan dinding gua biasanya"

Jelas Aryo

" Wow.. itulah kenapa maksud yang Berhubungan, akan bekerja dengan berhubungan ..yang terpasang di penjepit akik?"

Tanya Wiji kepada Aryo

Mendengar itu sareh dan Karto berhenti mencangkul.

" Lantas bagaimana?"

Tanya Sareh kepada Aryo

" Tentu saja, lepas dan ganti permatanya dengan batu agak kekuningan ini"

Ucap Aryo

Seketika Sareh membuka penjepit akik itu serta melepaskan batu yang ada pada penjepit akik yang sebelumnya di pasang oleh Aryo dan dimasukan ke sakunya sembari membungkuk mengambil pecahan batu kekuningan kecil yang sekiranya bisa dijepit yang ada di bawahnya.

Dipasangkannya batu kekuningan ke penjepit akik dengan sedikit ditekan hingga kuat penjepitnya. Setelah itu Sareh kembali siap mencangkul dengan beliung. Dengan mudah Sareh mencangkulnya, dan ternyata benar setelah digantinya batu ke penjepit akik maka apa yang di lakukan oleh pembawa akik akan terasa lebih ringan. Seperti cangkulan Sareh membuat galian kubur untuk jasad Hartoko.

" Dengan begini terasa lebih mudah"

Gumam Sareh sambil mencangkul galian

" Tidak salah lagi akiknya bekerja sesuai apa yang di pasangkan pada penjepitnya"

Terang Aryo

Selang beberapa menit kemudian, cukuplah galian kubur yang di gali oleh sareh, Wiji dan Karto membantu mengumpulkan gundukan batu bekas galian dilokasi sekitaran kubur.

" Baiklah, sekarang mari kita bawa jasadnya kesini untuk di kuburkan"

Pinta Aryo kepada ketiga Penambang muda.

Tidak lama kemudian Mereka berempat berjalan menuju rongga ruangan dimana jasad Hartoko di baringkan dan sudah tertutup rapi dengan kain goni siap dikubur.

Setelah melewati dua rongga ruangan, terlihatlah Branas yang sedang duduk di samping jasad Hartoko

" Apa sudah selesai?"

Tanya Branas

" Sudah siap, mari kita bawa bersama"

Ajak Aryo kepada semua penambang

Setelah itu lansung Sareh dan Aryo mengambil posisi di bagian samping kiri kanan kepala jasad Hartoko kemudian Karto dan Branas bagian kaki sisi kanan dan kiri, Wiji siap memegang bagian tengah sebelah kanan.

Salah seorang melihat ada bekas retakan tanah yang sebelumnya tubuh dibaringkan, retakan tanah yang juga seperti garis garis abu hitam memancar membentuk garis lingkaran terlihat setelah jasad Hartoko diangkat menuju ruang rongga pengkuburan.

Dilewatinya ruang rongga demi ruang rongga dengan di bopongnya jasad Hartoko dengan berjalan pelan.

Setelah tiba di bagian rongga ruangan kuburan, Aryo dan Sareh masuk dahulu ke galian kubur disusul Wiji, Branas dan Juga Karto yang di belakangnya membantu memasukan Jasad dari atas. Di terimanya jasad Pada ketiga orang yang berada di galian sambil menggedong ,Aryo memegang kepala dan punggung, sareh bagian tengah dan Wiji bagian kaki.

Diletakannya pelan jasad Hartoko ketanah galian kubur dengan seksama. Setelah itu memanjat mengangkat tubunya menggunakan tangan yang memegang dinding permukaan galian kubur, Wiji dan lainnya segera beranjak.

Dengan tenang mereka memasukan sisa sisa gempuran ke galian kubur yang ada di samping galian yang sudah tergeletak jasad. Menggunakan beliung, ada juga yang menggunakan palu dan juga sekop.

Tidak lama kemudian mereka hampir selesai memasukan sisa sisa galiannya ke liang kubur hingga penuh.

" Di ruang rongga ini berbeda kandungan batunya, setelah Sareh mengganti batu yang ada pada penjepit akik dengan batu yang ada di rongga ruang ini, Akiknya bekerja lagi" 

Guman Aryo sambil menguruk kuburan dengan skop sampai sisa sisa sedikit kemudian merapikan tumpukannya serta pinggiran makam.

Selang beberapa menit kemudian, selesailah penguburan jasad Hartoko karena sakit yang dideritanya di gua ini.

Setelah selesai kini semua bergerak melangkah lebih kearah kaki di tempatkan di kuburan itu, mereka berlima berjejer sembari mendudukan kepala seraya sebagian mengucapkan selamat jalan teman dan terima kasih.