webnovel

Penghuni Pohon Belakang (Last Part)

Handoko tidak ambil pusing dengan ucapan Salim, tapi betapa kagetnya dia saat ke kamar mandi dan mendapati wajahnya yang kiam berubah.

"Lho, kok wajah aku jadi kaya gini."

Saat itu juga dia merasa suaranya berbeda, kini suaranya nampak besar dan berkarisma.

"Kayanya apa yang dikatakan oleh Salim benar."

Sementara itu di tempat lain rupanya Yani sudah menyatukan apa yang disuruh oleh penghuni pohon belakang rumahnya, sisa darah Handoko yang ada pada buih pasta giginya menjadi kesempatan bagi Yuni.

"Yun, mulai hari ini kita akan selamanya bersama. Tutur penghuni pohon belakang rumahnya Yuni.

Kembali kepada Handoko yang mulai hilang kesadarannya, dirinya merasa kalau rohnya hendak keluar dari tubuhnya.

"Han, kamu kenapa?"

Salim segera menolong Handoko yang hendak pingsan.

"Lim?"

Mata Salim terbelalak ketika mendengar suara Handoko yang berubah, dia merasa ini sudah jauh dan sangat berbahaya bagi Handoko.

Tak lama berselang Handoko tidak sadarkan diri, sontak Salim dan rekan kerjanya yang lain membantu menggotong Handoko ke ruang istirahat.

"Handoko kenapa Lim?"

"Aku juga gak tahu, hanya saja aku akan mengantarkan dia pulang."

"Tidak perlu."

Obrolan Salim dan Tatang terhenti karena kini Handoko telah bangun, Salim dan Tatang menutup hidung karena bau badan Handoko yang sudah sangat bau.

Bahkan Tatang sampai muntah saling baunya.

"Gila, kamu gak mandi berapa hari Han?"

Handoko bangkit dan segera meninggalkan mereka berdua, sontak Salim mencoba menghentikannya.

"Han, kamu mau kemana?"

Handoko membalikkan badannya dan Salim kaget tak kala Handoko memberi isyarat jari jempol yang dihimpit oleh jari telunjuk dan jari tengah.

Salim menghela nafasnya, dalam hatinya menangis karena dengan mata batinnya dia bisa melihat apa yang sedang menempel pada tubuh Handoko.

---

Sepanjang perjalanan orang-orang mencium aroma tubuh Handoko yang sangat menyengat, kendati dia memakai motor tapi tak sedikit orang muntah akan baunya.

"Mas, kok sudah pulang?"

Yani kaget ketika Handoko menelanjangi tubuhnya sendiri, Yani menelan ludah karena dia sadar kalau kini suaminya bukan Handoko melainkan sosok yang adalah di dalam mimpinya.

"Mas Handoko?"

"Jangan panggil aku Handoko lagi, namaku Arkana yang sekarang menjadi pasangannmu."

Yani seolah terhipnotis dan langsung memeluk sosok yang bernama Arkana tersebut, lantas tanpa menunggu waktu lama kini mereka sudah tanpa busana.

"Kamu sudah siap mengandung benihku? Karena dengan wujud nyata seperti ini aku sudah bisa mengamilimu."

Yani menganggukan kepalanya dan membuka lebar kadua pahanya, sementara itu Arkana langsung mengarahkan penisnya pada lubang vagina Yani yang sudah basah.

"Untuk kali ini aku akan langsung melakukannya tanpa pemanasan, aku harus segera mengeluarkan spermaku guna masa kita yang akan segera terwujud."

"Ahh...."

Yani mendesah tak kala sedikit demi sedikit penis Arkana mulai menyeruak masuk ke dalam vaginanya, tentunya Arkana begitu menikmati tubuh Yani yang sekarang sudah menjadi miliknya secara utuh.

Aroma tidak sedap dari tubuh Arkana kini mulai menyatu dengan tubuh Yani, lambat laun keringat yang dikeluarkan oleh Arkana menempel pada kulit Yani. Disitulah Arkana membuat Yani memliki bau badan seperti dirinya.

Hampir satu jam lebih Arkana menggenjot Yani, hingga pada saatnya dia hendak ejakulasi.

"Kamu sudah siap menerima benihku?"

"Ya mas, aku siap."

Saat Arkana hendak mengerang untuk mengeluarkan spermanya, tiba-tiba saja dia merasakan kalau penisnya tidak bisa berdiri.

"Apa ini?"

Rupanya Salim kini ada di pohon belakang rumah Yani ditemani pamannya yang merupakan salah satu tokoh agama.

"Kini sosok tersebut akan mati, tapi ada konsekuensinya."

Salim hanya bisa pasrah dengan apa yang dikatakan oleh pamannya.

Ditempat lain Yani juga merasakan kalau penis Arkana semakin hilang, matanya terbelalak tak kala melihat kini yang sedang menindihnya adalah Handoko.

"Mas?"

Yani semakin kaget saja karena kini suara Handoko telah kembali, tapi tetap saja dia tidak merasakan adanya penis yang dijepit oleh vaginanya.

Esok paginya mereka berdua tidur tanpa busana, Yani seperti orang gila saja karena terus melamun usia gagal digagahi oleh Arkana. Sementara Handoko yang sudah sadar pun masih heran dengan apa yang terjadi.

"Assalamualaikum, Han, ini Salim."

Handoko segera memakai pakaiannya dan menemui salim.

"Waalaikum salam."

"Alhamdulillah." Ucap Salim tak lain karena sudah tidak melihat sosok yang menempel pada tubuhnya.

Salim pun menceritakan kejadian semalam, ucapan Salim pun didukung oleh pamannya yang ikut hadir.

"Jadi anu aku sudah tidak bisa berdiri?"

"Iya Lim, itu terpaksa dilakukan."

Salim memberi tahu andai saja Arkana mengeluarkan spermanya didalam rahim Yani dalam wujud sempurna, maka kamu akan lahir dan menjadi sosok anak titisan iblis.

"Jadi kenapa anu aku sampai gak bisa berdiri lagi?"

Pamannya Salim memberi tahu kalau itu satu-satunya cara agar Arkana tidak bisa meniduri wanita lain lagi, pohon dibelakang pun sudah dibakar dan ditebang.

"Bagaimana dengan Yani?" Tanya Handoko.

"Yani sudah sering berhubungan intim dengan Arkana dalam bentuk tubuhmu, sudah banyak cairan yang bersatu melalui tubuhmu, dia akan merasa kehilangan sosok Arkana dan yang tidak dapat hilang adalah sesuatu yang terlihat menempel."

"Keringat?"

"Ya, keringatnya serta aroma tubuhnya akan sama dengan Arkana. Mungkin kamu harus siap menerimanya."

Ucapan Salim dan pamannya membuat Handoko menarik napas panjang.

"Aku akan tetap menerima Yani dengan kekurangannya, toh aku juga sudah memiliki kekurangan." Ucap Handoko sembari melirik ke arah celananya.

Salim tersenyum dengan apa yang dikatakan oleh Handoko, kendati dia tidak yakin dengan keputusan handphone. Dia sadar kalau separuh jiwa Yani kini telah menyatu dengan Arkana, belum lagi tidak akan ada yang menerima Yani yang memili bau badan yang sangat menyengat.

Tamat.