Dia terus melihat ke arah dapur, pria ini mengangkat kedua tangan. "Sebisaku selalu membuatmu bahagia, aku akan menyatu dengan rasamu. Ya Allah ... saat dia melahirkan, biar hamba yang menanggung rasa sakitnya. Aku akan tinggal bersama mu selamanya. Jangan pisahkan kami lagi Ya Allah." Aqsa memejamkan mata dengan mengusap wajah.
Setelah beberapa menit Aqsa tidak melihat istrinya dan bayangannya di dapur. Aqsa melihat semburat kuning yang menyala. Ya, itu adalah pantulan api yang menyala.
"Madina ...! Madina ...." Tiada jawaban saat memanggil istrinya. Aqsa menjatuhkan diri ke lantai.
Matanya tertuju di kobaran api yang mungkin dari atas wajan. Aqsa mengerahkan tenaga dan tidak henti memanggil nama sang istri.
Air mata berderai merasa tidak berguna, semakin dia menarik tubuhnya, semakin berat pula semua dan merasa dapur sangat jauh.
"Madina ... Madina ... ayo Aqsa. Ya Allah ..." seru Aqsa berusaha berdiri sekuat tenaga sebelum gas meledak.
Brug!
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com