"Lebih masuk di akal berbincang dengan Mbak. Kalau berbincang dengan Mbak itu pasti selalu ngena di hatiku, makanya aku lebih nyaman berbicara dengan Mbak. Kalaupun boleh aku juga mau menikahi Mbak."
"Eh kamu jangan macam-macam ya ..." Adiba menyahut dengan cepat.
Azka tertawa lepas. "Bercanda Mbak ...."
Keduanya masih tertawa bersama.
"Tapi masa tidak boleh aku memiliki perasaan kepada Mbak?"
"Emmm. Mulai deh, boleh memiliki perasaan sayang tapi jangan cinta. Ingat aku masih menjadi istri orang kamu tidak memungkinkan jadi pembinor?"
"Naudzubillah ... naudzubillah ... jangan sampai ya Allah, mengerikan itu. Mbak aku mau jujur kemarin itu rasanya aku sangat menggebu-gebu ingin pergi ke diskotik. Aku ingin meneguk minuman haram lagi apakah ada sahabat Nabi yang juga pecinta miras? Terus bagaimana sikap Nabi kepada sahabatnya itu?" tanya Azka.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com