“Kenapa kau belum berangkat kerja?” tanya Max ketika melihat sang kakak duduk di kursi samping.
“Aku ingin melihat Mia berlatih dulu,” jawab Julian sembari meruncingkan telunjuk ke arah sang kekasih. “Lagipula, Papa memberiku waktu satu hari untuk beristirahat sebelum kembali ke bangku CEO. Kau sendiri kenapa belum berangkat?”
Mendapat pertanyaan balasan, Max sontak mendengus. “Apakah kau lupa? Aku hanya perlu naik ke lantai atas untuk menemukan ruang kerjaku,” sahut pria itu sambil menggeleng samar. Ia sungguh tidak habis pikir dengan kebodohan kakaknya.
“Ya, aku juga tahu tentang itu. Maksudku, kenapa kau sekarang berada di sini? Bukan di ruangan itu?” timpal Julian ketus.
“Sama denganmu. Aku juga ingin menyaksikan pujaan hatiku berlatih lempar pisau,” jawab Max sambil menahan sudut bibir agar tidak terangkat terlalu tinggi. Ia tak ingin sang kakak tahu bahwa dirinya masih merasa senang setiap berhasil memancing kekesalan.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com