- 1 bulan 24 hari sebelum asteroid jatuh -
Cahaya pagi hari menembus jendela dari arah samping kanan Dito terbaring di atas ranjang. Matanya mulai membuka perlahan saat cahayanya masuk ke dalam ruangan.
"Huh--dimana aku?"
Lengan dan kakinya diperban kala itu. Dan dia seperti memakai pakaian pasien ketika diamatinya.
"Seingatku kalau aku ini berada di lantai atas gedung. Kenapa sekarang aku ada di tempat ini" ucap Dito sembari memegang kepalanya
Tiba-tiba seseorang berbicara kepada Dito," Kau ada di rumah sakit sekarang. Kau ditemukan pingsan karena keluarnya darah yang berlebihan di atap gedung"
Dito langsung menengok ke arah sumber suara itu, " Kau--Prof Burhan" Dito dalam sekejap mengingat kembali kejadian semalam, " Apa yang terjadi pada yang lainnya?"
Prof Burhan terlihat tangan kirinya di balut perban, " Dari semua orang di dalam ruangan--hanya tiga orang yang selamat dari pembantaian itu termasuk aku", kepalanya tertunduk saat itu, " Aku hanya mengalami luka ringan yang tertembak di tangan kiriku"
Setelah mendengar kenyataannya Dito sangat menyayangkan kejadian itu, dia tertunduk dengan mata menatap ke bawah, " lalu bagaimana dengan Prof Frederick?"
"Malam itu dia berada di posisi yang menonjol, dan dia tertembak langsung di tempat itu", jelasnya dari Prof Burhan
Dito hanya terdiam mendengarnya
Prof Burhan berjalan mendekati jendela, "Saat kau mengatakan untuk waspada. Aku mengamati sekitar dan melihat cahaya yang berada di gedung lain. Saat itu juga tembakan beruntun langsung memecah kaca jendela dan itu membuatku langsung bersembunyi di bawah meja. Tapi tangan kiriku terkena karena tembakannya sangat cepat. Dan saat itu pula aku mengambil ponselku untuk menelpon polisi"
"Sebenarnya aku sempat mencurigaimu sebagai pelaku pembantaian itu, tapi saat pelakunya tertangkap katanya mereka berada di bawah perintah Dakino Thorsten." Ucapnya lagi dari Prof Burhan
"Dia sudah mati terjatuh dari lantai atas" ujarnya Wadito
Tetteett!!
Bunyi ponsel terdengar dari atas meja di sebelah Dito
Dito segera mengangkatnya setelah itu, " Ada apa Detektif Rohan?"
"Kau dimana sekarang? Aku ingin kau kemari" terdengar suara jawaban dari ponsel Dito
"Sekarang aku di Amerika"
"Aku ingin memberitahumu sesuatu tentang dibalik pembunuhan Prof Helga"
"Aku sudah mengetahuinya, dia Dakino Thorsten", jawab Dito singkat
"Bagaimana bisa kau mengetahuinya? Tapi ini lebih rinci lagi di balik semua perbuatannya itu", ucap Detektif Rohan dengan sedikit terkejut
"Baiklah, aku akan kesana besok"
~ | | | ~
Sehari setelahnya Dito sampai di negaranya. Wadito Stalhom langsung segera datang ke pusat kepolisian.
Saat memasuki pintu depan, dia langsung bertemu Detektif Rohan yang didapatinya sedang duduk.
"Kau sudah datang ternyata, silahkan duduk dulu"
Dito hanya mengangguk dan segera duduk setelahnya
"Apa maksudmu di balik perbuatannya? Kau menyelidikinya?" Tanya Dito dengan rasa penasaran
"Dua hari yang lalu kami menyelidiki tempat tinggalnya di apartement Morne. Dia meninggalkan berkas berkasnya yang tertata rapi disana. Dan kami melihat jelas catatan jadwal dia yang tertempel di dinding. Apa kau tau itu catatan apa?"
"Apa itu?" Dito menatap serius
"Itu adalah jadwal pembunuhan yang dia catat"
Dalam sesaat suasana menjadi gelap.
"Dia sudah merencanakannya sejauh itu. Dan dari semua itu ada maksud dibalik pembunuhan yang dia lakukan" jelasnya Rohan
Detektif Rohan mengambil sebuah foto di ponselnya, " Lihat ini. Aku memotretnya dari tempat itu."
"Itu foto seorang bocah berpakaian putih? Tunggu tunggu dia--"
"Itu adalah baju seorang budak. Dan dia adalah bekas budak dari pemilik anggota mafia bawah tanah" sangkal Rohan
"Bukannya nggota itu terkenal akan kekerasannya?" Ujar Wadito
"Kemungkinan saja dia mendapatkan kekerasan di masa lalunya, dan dia melakukan semua ini hanya untuk balas dendam. Tetapi dia malah membalasnya kepada semua orang di dunia", jelas Rohan, " Maksudku dia membunuh para ilmuwan besar agar asteroid raksasa itu menghantam bumi dan menghancurkan umat manusia. Mungkin saja"
Wadito Stalhom hanya terdiam mendengarkan
"Yah--lagipula dia sudah mati. Tak ada manfaatnya juga membicarakan orang mati. Sebaiknya lupakan saja, dan kasus ini selesai karena sang pelaku sudah terungkap" Dito menoleh ke jendela
" Tanggapanmu memang benar."
Tetteett!!
Telepon berbunyi dari saku Wadito. Dia mencoba untuk mengangkatnya namun yang memanggilnya itu nomor tak di ketahui.
"Siapa ini?" Gumam Wadito
Tak berpikir panjang dia memencet tombol jawab. Dan terdengar jelas disana terdengar suara pria.
"Hallo, ini aku Prof Albert"
"Oh aku kira siapa" jawab Dito
"Ada yang ingin berbicara padamu"
"Siapa dia?"
"Orang tua dari mendiangnya Prof Helga"
Dito berpikir sejenak kenapa orang tua Helga ingin menemuinya.
"Baiklah, aku akan segera ke sana"
"Tunggu dulu, dia sekarang ada di Lab SAJ dan menunggumu" sela Prof Albert
"Baiklah terima kasih"
Dito berbicara kepada Detektif Rohan kalau dia ada urusan di Lab. Dan Rohan mempersilahkannya untuk pergi.
"Kalau begitu terimakasih untuk semua kerja kerasmu pak" ucap Wadito kepada Rohan