webnovel

Bagian 29

Di antara berbagai pilihan hiburan yang ada, ketika dia masih seorang manusia, Damian suka bermain catur dengan dirinya sendiri.

"Aku biasa memainkannya sendirian ketika aku masih muda karena pelayan itu tampaknya tidak bisa memahami permainan catur. Maukah kamu bermain catur denganku?"

"Yah, tergantung, tapi... Bagaimana caranya seseorang bermain catur seorang diri?"

"Oh, gampang. Kamu hanya harus membayangkan musuh duduk di depanmu, saat kamu selesai dengan giliranmu, kamu memindahkan sisi yang lain seolah-olah kamu adalah musuhmu..." Kata Damian sambil memperhatikan ekspresi yang ditunjukkan oleh Rey pada penjelasannya.

Melihat bagaimana Rey menunjukkan ketertarikannya, Damian meletakkan alat makannya dan mengeluarkan perlengkapan catur yang sudah dia siapkan sebelumnya.

Tiga puluh dua bidak catur yang terbuat dari gading gajah, diukir menjadi bidak yang indah ke dalam bentuk kereta, kuda, meriam dan prajurit.

"Ini disebut catur timur. Peraturannya adalah bidak merah maju terlebih dahulu, kemudian setiap pemain akan bergantian menggerakkan bidaknya sampai salah satu pemain menang atau kita seri. Permainannya mudah, aku bisa menjelaskannya sambil kita bermain." Kata Damian sambil menata bidak-bidak catur yang tersedia di atas papan catur itu.

"Kedengarannya seperti permainan catur yang pernah aku mainkan di duniaku." Kata Rey mengingat permainan yang pernah dia mainkan sebelumnya di dunianya.

"Oh?" Damian tersenyum dan bertanya lagi merasa tertarik pada dunia Rey, "Kalau begitu ketika di duniamu, apa yang kamu suka mainkan saat kamu masih muda?"

"Teka-teki, kubus rubik, domino..." Kata Rey mengingat kembali apa saja permainan yang dulu sering dia mainkan.

"Maaf, apa itu?" Kata Damian merasa bingung dengan permainan-permainan yang disebutkan oleh Rey.

"Hmm, hanya permainan sederhana yang biasa aku mainkan sendiri." Kata Rey sambil mengedikkan bahunya.

"Sungguh anak yang anti sosial." Kata Damian setengah mengejek Rey.

"Lihat siapa yang bicara." Kata Rey dengan setengah marah mendengar ejekan dari Damian tentang dirinya.

Damian yang mengambil bidak prajurit yang Rey pindahkan sebelumnya, mendapati pelototan mata dari Rey.

"Kamu terlihat berbeda dari sebelumnya." Kata Rey. Rey kemudian membalas dendam pada Damian karena ejekan sebelumnya dengan mengambil bidak kuda milik Damian dengan meriamnya. Kedua pihak berhenti untuk memikirkan gerakan selanjutnya lagi.

"Bagaimana pendapatmu tentang aku?" Kata Damian dengan penasaran.

"..." Rey hanya terdiam pada pertanyaan Damian itu.

"Setelah aku menjadi manusia serigala, aku tidak bisa mengendalikan amarah dan rasa putus asaku. Kebanyakan, aku baru menyadari apa yang aku lakukan ketika semuanya sudah terjadi." Kata Damian menjelaskan apa yang selama ini terjadi padanya.

"Aku tahu." Kata Rey dengan acuh.

Keduanya fokus pada permainan catur yang mereka mainkan, kemudian mereka dengan perlahan melupakan cuaca badai di luar jendela yang saat ini terjadi. Suasana damai lalu menguasai ruangan dengan perapian yang menyala untuk menghangatkan tubuh mereka.

Rey yang awalnya hanya fokus pada permainan catur mereka, mulai menyadari lagu yang sedang mengalun di sekitar mereka.

"Lagu ini, apa judulnya?" Tanya Rey merasa tertarik pada lagu yang bersenandung di ruangan ini.

"Lagu ini berjudul Doomsday March." Damian merasa terkejut karena Rey tertarik pada lagu itu.

"Lagu yang bagus." Kata Rey dengan jujur mengangguk menyetujui pendapatnya sendiri.

Damian tersenyum dengan sangat cerah seolah-olah bisa membuat para bintang malu dengan senyumnya. "Aku merasa senang... Kamu terlihat tidak takut lagi padaku." Lanjutnya dengan tersenyum lebar pada sikap santai yang ditunjukkan Rey padanya.

~~~~

Beberapa abad yang lalu, ada seorang pengarang lagu yang hidupnya sudah mendekati ajal.

Orang-orang telah mengetahui bahwa di antara karya-karya yang terakhir dari si pengarang, sebagian besar dipenuhi dengan kesedihan, perasaan rindu dan penyesalan mendalam yang tak berujung pada seseorang yang sangat berarti bagi si pengarang lagu itu.

Tapi hanya beberapa orang yang mengerti perasaan sesungguhnya yang ditunjukkan di balik lagu Doomsday March ketika dikarang olehnya.

Lagu itu diselesaikannya saat si pengarang sedang bersedih dan pengarang lagu itu mengarang lagu itu untuk kekasihnya.

Ada isu bahwa kekasihnya itu adalah seseorang dari kerajaan. Di bawah tekanan masyarakat, mereka menyembunyikan hubungan terlarang mereka dari masyarakat. Ada juga isu bahwa kekasih pengarang itu tinggal jauh dari perbatasan negara yang berarti bahwa pasangan tersebut tidak bisa sering bertemu satu sama lain.

Akhirnya pengarang itu meninggalkan dunia sendirian. Akan tetapi, lagu yang dia karang sudah dipastikan olehnya untuk sampai pada telinga kekasih yang dia cinta.

Hanya orang yang telah merasakan kesepian seperti pengarang itu yang akan memahami arti sesungguhnya lagu ini.

* Saat aku berbaris menuju kiamat, aku akan selalu bersamamu. *

* Jadi, jangan takut, sayangku, kiamat tidak akan pernah menakutkan. *

Waktu berlalu dengan cepat dan tampak tak berujung. Damian menolak untuk mengingat bagaimana dia sudah bertahan dari semua malam yang sepi itu, di mana dia akan terbangun hanya untuk mengetahui bahwa tidak ada siapa pun di sisinya.

Lagu Doomsday March ini adalah lagu favoritnya, Damian suka mendengarkannya dan menenggelamkan dirinya dalam kerinduan yang tak akan terbalas oleh orang yang dicintainya.

Akankah seseorang datang untuk membangunkannya dan memberitahunya bahwa ini semua hanyalah mimpi?

Akankah ada hari di mana dia akan bangun dan menyadari bahwa dia tidak lagi memiliki wajah separuh serigalanya?

Akankah ada seseorang yang akan memeluknya dan berkata padanya, "Aku akan selalu bersamamu."

Layaknya pedang bermata dua, kehangatan itu pasti memiliki sisi negatifnya. Kehangatan itu akan mencabik hati Damian bersamaan dengan penantian tanpa henti saat dia berjuang dengan putus asa dalam penantiannya itu.

Meski begitu, Damian tetap terus berdoa dalam diamnya untuk kedatangan seseorang yang akan mencukupinya dengan perasaan yang hangat itu.

"Aku menang." Damian tersenyum saat dia memperhatikan gerakan terakhir dari Rey.

Rey memberengut lalu dia meninggalkan bidak caturnya, membalikkan badannya untuk melihat pemandangan di luar.

Badai telah reda dan sekilas warna hijau kebiruan muncul dari timur.

Waktu telah berlalu dengan perlahan, menghabiskan waktu yang tersisa untuk Rey dan Damian.

Damian memperhatikan sosok Rey tanpa suara.

Penyesalan kini telah datang saat waktu mereka berdua hampir habis.

Berbagai perasaan menetap dalam suasana itu saat pikiran mereka silih berganti di antara kenyataan dan ilusi.

"Ada yang berkata bahwa ketika seseorang mati, mereka akan kembali ke tempat asal mereka dan mendapatkan kedamaian yang abadi... Sayang sekali aku tidak punya tempat untuk kembali..." Kata Damian dengan menyesal membayangkan hari kematiannya akan menjadi sepi seperti kehidupannya yang selama ini dia jalani.

Damian menertawakan kesedihan yang selalu menghantuinya mengingat kalau dia akan selalu kesepian di mana dan bagaimana pun kondisinya di masa kini hingga ke depannya.