webnovel

Bagian 21

Sebuah cahaya terang berwarna keemasan muncul dari tubuh Rey. Manusia serigala itu terkejut dan menjadi lengah, pada saat itu juga dia dihantam oleh pelindung tak kasat mata, melemparnya dengan keras ke bawah dari tempat tidur.

"Wolfie... Wolfie..." Pandangan Rey menjadi tidak fokus. Dia menatap kosong ke atas langit-langit tempat tidur, secara naluri dia terus-menerus mengucapkan nama yang hatinya dia genggam dengan erat itu.

Manusia serigala yang terlempar ke bawah itu mulai merasa tenang dari hasrat kejamnya kepada Rey saat rasa sakit yang baru saja diterimanya telah mengalihkan perhatiannya. Tatapan haus darah si manusia serigala telah menghilang saat dia mengingat-ingat kembali bagaimana dia selalu kehilangan kendali setiap kali dia mengingat kejadian yang terjadi di masa lalu pada dirinya.

Tubuh Rey terus bergetar, mulutnya menggumamkan sesuatu dengan pelan.

"Wolfie... Fie..." Gumam Rey.

Ketika manusia serigala itu dengan jelas mendengar nama yang Rey ucapkan, manusia serigala itu kemudian menyipitkan matanya, rasa marah bangkit kembali di hatinya.

Dia bangkit dan meraih pundak Rey kemudian menggoyangkannya dengan keras, mencoba untuk mengembalikan kesadaran Rey.

Manusia serigala itu menggeram dengan kebencian, "Biar kuberitahukan sesuatu padamu! Anjing bodoh itu sudah mati! Dia mati tepat saat kau memasuki gerbang itu!!"

"Apa... apa yang kamu katakan?" Rey seketika sadar kembali dan menatap manusia serigala itu dengan pandangan buram.

Rey merasakan perasaan sakit yang amat sangat di dadanya. Rasa sakit yang dirasakan di dadanya itu berbeda dari penyiksaan yang baru saja dia dapatkan dari manusia serigala itu. Rey merasa kalau dirinya sudah tidak waras lagi, suaranya bergetar dengan sedikit rasa takut pada jawaban yang akan di berikan oleh si manusia serigala, "Apa yang terjadi pada Woflie?!"

"Hah!" Dengus manusia serigala itu.

Manusia serigala itu dengan kejam dan tidak memperdulikan perasaan Rey menjawab. "Sebagai Binatang Buas penjaga Istana, ketika perjanjian kami mulai muncul, di dalam perjanjian itu sudah diputuskan bahwa tidak ada makhluk apapun yang akan diperbolehkan untuk pergi dari wilayah kekuasaan milik kami sendiri."

"Anjing bodoh itu, dia tahu persis apa yang akan terjadi pada dirinya saat dia membiarkanmu pergi dari wilayahnya, tapi tetap saja dia lakukan... Oh tidak, atau harus kukatakan," manusia serigala itu kemudian menyeringai dengan jahat pada Rey, "Kau telah memilih untuk mengakhiri hidupnya dibandingkan mengakhiri hidupmu sendiri."

"Tidak...Tidak!! Dia bilang dia akan menungguku!!" Rey menutup telinganya. Kini dia merasa kalau kewarasannya mulai tergantikan dengan kegilaan setelah mendengar pernyataan dari manusia serigala itu.

"Sepertinya, karena sudah terlalu lama tidak bertemu dengan manusia, aku menjadi teledor. Aku tidak menyadari perisai pelindung yang anjing itu masukkan dalam tubuhmu. Itulah yang menjelaskan kenapa kamu masih punya kekuatan untuk hidup sampai saat ini."

Manusia serigala itu kemudian dengan kasar membalik tubuh Rey dengan posisi tengkurap. Dia lalu memposisikan tubuhnya dibelakang Rey dan mencengkram kedua bongkahan pantat Rey dengan kasar dan membukanya dengan lebar.

Dalam sekejap, darah kembali mengalir keluar dari lubang Rey.

"AAAHHHH!!! AO—" Jerit Rey dengan keras.

"Tutup mulutmu! Sialan!!" Manusia serigala itu tidak menyadari kalau amarahnya kali ini dipicu karena Rey menyebutkan nama orang lain, bukan namanya.

Pantat putih milik Rey kini sudah dipenuhi dengan luka berdarah dari cakar yang tajam si manusia serigala. Rey merasa kalau tubuhnya akan terkoyak karena perilaku kejam si manusia serigala.

Ketika lubang Rey melebar sesuai keinginannya, manusia serigala itu mendorong miliknya yang berukuran mengerikan ke dalam tubuh Rey yang paling dalam.

"UUGGGHHH!!!!!" Lenguh Rey menahan rasa sakitnya.

Darah bercipratan dari lubang Rey saat manusia serigala itu melanjutkan perbuatan kasarnya pada Rey. Seprai yang awalnya berwarna putih, karena gerakan kasar si manusia serigala, ternodai dengan kubangan darah segar milik Rey, menutupi jejak darah yang sudah mengering sebelumnya.

Manusia serigala itu sangat puas dengan tubuh Rey. Lubangnya sangat ketat dan reaksi manusia itu sangat memuaskan sifat sadisnya.

Jeritan Rey yang memilukan menggema di antara dinding-dinding istana, berlangsung sepanjang malam.

~~~~

Saat fajar.

Manusia serigala itu ejak*lasi lagi di dalam tubuh Rey. Merasa sudah puas, dia dengan perlahan mengeluarkan miliknya dari tubuh Rey yang sudah lembab karena keringat dan darah.

Manusia dihadapannya terbaring dengan kaki yang terbuka lebar.

Di antara kaki manusia itu, lubangnya yang berdarah mengeluarkan cairan yang bercampur dari cairan yang berwarna merah dan cairan yang berwarna putih.

"Berhenti berpura-pura mati, bangun!" Dengan kasar, manusia serigala itu membentak Rey.

Saat dia membalikkan tubuh Rey, dia menatap kosong pada tubuh Rey.

Manusia yang disiksa sepanjang malam olehnya itu memiliki luka berdarah dan lebam yang saling menumpuk satu sama lain di seluruh tubuhnya. Dia baru saja mengingat kalau gigitan yang ganas akan menjadi mematikan bagi manusia mana pun.

Napas lemah dari manusia itu menghilang. Manusia serigala itu dengan hati-hati menyentuh tubuh yang sedingin es itu. Lalu perasaan panik mulai menguasainya.

Manusia serigala itu mencoba untuk menekan emosinya, dengan putus asa meyakinkan dirinya kalau perasaan gelisah yang dia rasakan itu hanya karena dia tidak ingin membiarkan manusia itu mati dengan cepat.

"Manusia, sungguh makhluk yang lemah dan rendah." Ejek manusia serigala itu. Dia membawa tubuh Rey yang terluka parah dengan menggendongnya di kedua tangannya dan menuju ke tempat pelayannya yang telah mengikutinya sejak ribuan tahun yang lalu.

"Biarkan dia tetap hidup. Saat aku kembali, pastikan dia masih bisa digunakan." Titah manusia pada pelayannya itu.

"Baik, Tuan." Pelayan itu menjawab dengan sopan.

Saat manusia serigala itu pergi, pelayan yang sudah berada di usia senjanya menghela napas dengan perasaan sedih saat dia menatap pada tubuh Rey yang rusak karena terkoyak dan tercabik itu.

"Tuan yang malang..." Gumam pelayan itu dengan pelan.

~~~~

Malamnya.

Setelah melepaskan amarahnya pada makhluk lainnya di hutan, manusia serigala itu kembali ke istana.

"Bagaimana dia?" Manusia serigala itu bertanya ketika dia melihat kalau Rey sudah dibaringkan di atas tempat tidur yang bersih, matanya tetap terpejam erat. Bibirnya masih pucat dengan butiran keringat yang muncul di dahinya.

"Saya takut kalau keadaannya tidak begitu baik, Tuan. Dia demam tinggi sekarang dan dia telah muntah beberapa kali saat siang tadi. Dia baru saja tenang beberapa saat yang lalu." Kata pelayan itu. Ketika pelayan itu melihat si manusia serigala mengulurkan tangannya untuk membangunkan manusia itu, dia menghentikannya, "Tuan, akan lebih baik jika membiarkannya beristirahat lebih lama lagi."

"Hn." Manusia serigala itu mendengus saat dia memutuskan untuk tidak membangunkan Rey, dia terdiam sesaat sebelum akhirnya berbalik untuk pergi dan menutup pintu di belakangnya.