Suara ketukan pintu membuat lamunan Samudra buyar begitu saja, pria tampan tersebut langsung memposisikan tubuhnya tegak lagi. Berdeham sejenak sebelum akhirnya melayangkan satu kata yang menjadi instruksi bagi sang pengetuk pintu untuk masuk.
Melihat gadis dengan blouse pink dan juga rok span hitam membuat Samudra mendesah kecewa. Sial, memangnya siapa yang Samudra harapkan sehingga ia harus kecewa karena yang datang ke dalam ruangannya adalah Alesha, bukan wanita lain. Memangnya wanita siapa yang saat ini sedang Samudra harapkan sehingga di saat melihat Alesha yang tersenyum manis kepadanya, Samudra malah kecewa berat rasanya.
"Ya Alesha, ada apa?" tanya Samudra to the point. Ia memang tak suka berbasa-basi jika moodnya sedang hancur dan agaknya saat ini moodnya sedang tidak baik-baik saja. Ada perasaan kecewa yang entah bermula dari mana.
"Hari ini sepertinya pekerjaan sudah longgar ya, Sam. Sudah banyak dikejar saat awal bulan sehingga hanya meeting-meeting kecil saja. Itu pun kebanyakan pada malam hari. Dan kebetulan malam nanti akan ada meeting dengan LK Entertainment." Seperti biasa, Alesha memberitahukan jadwal atasannya dengan sangat rinci. Memang itu kegiatan wajib setiap hari yang harus Alesha lakukan. Jika ia tak melakukan itu sehari saja, namanya Alesha tidak bekerja dengan benar.
Sembari memijit pelipisnya yang terasa sedikit pusing, Samudra mengangguk paham. "Oke, kita meeting nanti malam. Ah iya, Alesha. Kapan kita akan meeting dengan Ibu Fanesha lagi? Apakah sekretarisnya sudah membuat schedule denganmu? Atau ada berita terbaru lainnya?" balas Samudra dengan sedikit berhati-hati. Entah apa alasannya ia berhati-hati dalam mengatakan hal seperti itu. Ia sendiri pun tak mengerti.
Alesha, gadis berusia dua puluh dua tahun yang sedang memegang buku putih bertulisan "Jadwal Mas Calon" seketika saja langsung berubah muram. Gondok sekaligus kesal bukan main mendengar apa yang menjadi pertanyaan dari Samudra. Sialan! Rupanya Samudra benar-benar jatuh cinta kepada Fanesha sehingga di saat seperti ini pun yang dicari oleh Samudra ialah Fanesha. Padahal sebelum-sebelumnya Samudra selalu profesional dalam bekerja.
Menundukkan kepalanya sembari meremas ujung rok span yang tengah ia pakai, Alesha sungguh menahan tangisan bukan main. Ia benar-benar patah hati untuk saat ini. "Belum ada kontak apa pun, Sam. Belum ada schedule," jawabnya dengan penuh getaran guna menahan tangisan.
Siapa yang tidak menangis jika orang yang disukai oleh kita malah menyukai orang lain? Agaknya semua orang akan menangis jika seperti itu keadaannya, bukan? Merasa sangat rendah sekali karena tidak disukai balik oleh orang tersebut. Merasa bahwa dirinya selalu kurang karena tak bisa mendapatkan apa yang ia mau. Kurang cantik, kurang pintar, kurang baik, kurang berbakat, tidak memenuhi standar, dan ada banyak lagi hal lainnya yang selalu membuat insecure. Agaknya hal tersebut sangatlah wajar.
Di sisi lain, Samudra yang mendengar jawaban dari Alesha pun langsung muram. Ia merindukan sosok Fanesha yang padahal kenyataannya baru saja ia temui sekali. Ia rindu wanita cantik tersebut. Rindu tentang segala hal yang entah mengapa saat ini menjadi candu baginya. "Tolong nanti kalau ada kontak dari mereka, kabari saya segera ya, Sha. Kalau bisa, reschedule aja kalau misalnya nanti ada jadwal yang tabrakan. Intinya kalau mereka maunya tanggal segitu ya udah, ambil aja tanggal segitu walaupun udah ada jadwal lain," balasnya yang tentu saja semakin membuat hati Alesha sakit mendengarnya.
Padahal biasanya Samudra selalu profesional dalam bekerja. Tak pernah meminta reschedule, selalu mendahulukan apa yang memang sudah dijadwalkan. Tapi sekarang hanya karena kenal dengan seorang wanita bernama Fanesha, Samudra langsung mengubah kinerjanya serta tidak lagi profesional. Apakah Samudra gila?
"Maaf Sam kalau terkesannya menggurui atau gimana. Tapi bukannya kalau kayak gitu bukan tindakan yang profesional? Kamu biasanya enggak kayak gini loh. Enam bulan aku kerja sama kamu, kamu selalu profesional, Sam. Sekarang kenapa di saat kamu kenal sama Fanesha, kamu langsung seolah-olah menyegalakan dia ya? Dia itu cuman teman kerja kita, Sam. Dia cuman partner bisnis kita. Enggak seharusnya kamu kayak gini loh." Dengan segala keberanian yang ada Alesha pun mengingatkan atasannya tersebut. Ia tak takut jika nantinya jawaban Samudra akan menyakiti hatinya, toh ia berada di jalan yang benar. Ia mengingatkan.
Samudra yang mendengar perkataan dari sang sekretaris pun hanya bisa tertawa lemah saja. Entah menertawai realita yang ada seperti itu atau memang hal yang lain, entahlah.
"Kamu itu baru kenal sama aku enam bulan, Sha. Kamu belum kenal secara jelas siapa Samudra Keith yang sebenarnya. Dia itu salah satu orang yang paling egois dan ambisius. Apa pun yang ia inginkan memang akan ia dapatkan bagaimana pun caranya. Ya jadi enggak usah kaget sama hal yang kayak gitu. Emang Samudra kayak gitu orangnya. Enggak peduli sekarang Fanesha anggap aku kayak gimana, pola pikir dia terhadap aku kayak gimana, yang penting aku sayang sama dia. Aku kagum sama dia. Aku beruntung bisa kenal dia. Udah sih itu aja. Tapi yang paling penting suatu saat nanti dia bakalan suka balik sama aku dan aku bakalan buat kita berdua memiliki hubungan yang spesial."
Haha, dunia sangat tidak adil sekali, bukan? Tahu seperti apa perasaan Alesha saat ini? Sangat sakit sekali. Mengetahui ambisi orang yang kita sukai mengenai perasaannya, itu perihal yang menyakitkan, bukan? Sangat menyakitkan bahkan. Tidak tahu lagi Alesha harus menjawab apa perkataan Samudra jika seperti ini keadaannya. Ia mati kutu.
"Semoga kamu mendapatkan apa yang memang ditakdirkan untukmu, Sam."
Ya rasanya itu sudah lebih dari cukup, bukan? Rasanya menjawab seperti itu sudah menjadi hal yang paling baik. Itu adalah jawaban yang tidak membuat Samudra berpikiran aneh-aneh. Tidak mendukung dan juga tidak menjatuhkan. Pun Alesha dan Samudra sendiri tidak tahu takdir apa yang memang Tuhan persiapkan.
"Aku balik ke ruanganku dulu ya, Sam."
***
Berlembar-lembar tisu sudah Alesha habiskan untuk tangisannya siang ini. Entahlah, mood gadis itu hari ini sungguh jelek sekali. Ia sungguh merasa sebal luar biasa. Tentu saja kalian tahu apa penyebabnya. Apalagi kalau bukan perkataan Samudra tadi mengenai ambisi pria tersebut untuk berjodoh dan mendapatkan Fanesha.
Sebenarnya sesempurna apa sih wanita tersebut sampai-sampai Alesha harus merasa tersaingi dengan Fanesha? Apakah Fanesha jauh lebih baik daripada Alesha? Apakah Fanesha jauh lebih berhak untuk mendapatkan Samudra dibandingkan Alesha?
"Argh! Kesel banget gue sama Fanesha! Sesempurna apa sih dia sampai dia bisa bikin Sam jadi tergila-gila kayak gitu? Padahal dia enggak ada apa-apanya, please! Gue yakin banget kalau dia sama gue juga pastinya menangan gue. Jauh lebih cantik gue, lebih baik gue, lebih pintar gue. Tapi kenapa Sam malah lebih milih dia coba? Anjing banget emang!"