Enam bulan itu merupakan waktu yang lumayan singkat atau waktu yang lumayan panjang? Mungkin beda orang beda pendapatnya, beda juga sudut pandangnya dalam menjawab pertanyaan tersebut. Namun izinkanlah saat ini Alesha terlebih dahulu yang menjawabnya. Bagi seorang gadis bernama lengkap Alesha Priscanara, enam bulan merupakan waktu yang tergolong cukup lama karena banyak sekali tenaga yang dikeluarkan dalam rentang waktu sepanjang itu.
Dan ... tahukah kalian mengapa yang menjadi pembahasan kali ini adalah enam bulan? Karena tanpa terasa, Alesha sudah bekerja di perusahaan milik Samudra Keith menjadi seorang sekretaris bagi pria tampan itu selama enam bulan. Padahal bagi Alesha semuanya baru saja terasa seperti kemarin. Padahal, Alesha seolah baru merasakan interview kerja kemarin pagi, namun ternyata waktu berlalu begitu cepat sekali. Tak terasa enam bulan sudah Alesha menemani Samudra bekerja.
"Alesha! Hari ini ada meeting dengan siapa kita?"
Sial! Lamunan Alesha dengan posisi sangga uangnya dibuyarkan begitu saja dengan sang bos yang ternyata sudah berada tepat di hadapannya. Gadis tersebut yang sedang tidak mau terciduk tengah melamun langsung saja menetralkan perasaannya, ia langsung sesigap mungkin mengambil buku berwarna putih dengan tulisan 'Jadwal Mas Calon' di depannya.
"Ada meeting bersama dengan Ibu Fanesha Ayu Putri, Sam. Beliau dari PT. Ayusari. Meeting diadakan jam dua belas siang," jawab Alesha dengan sangat rinci. Sudah enam bulan lamanya Alesha bekerja dengan Samudra, sehingga ia sangat tahu sang bos ini sangat menyukai sesuatu hal yang rinci. Oleh sebab itulah Alesha berusaha mengikuti standar ketentuan yang ada.
Samudra yang masih duduk di kursi hadapan Alesha hanya manggut-manggut saja sembari memutar kursinya. Ia langsung menyambar botol minum berwarna pink yang ada persis di sebelah laptop Alesha dan langsung menegak isi botol tersebut hingga tuntas.
"Ih, Sam! Kok minum aku malah diminum sama kamu, sih? Terus nanti aku minum apa? Aku tuh orangnya gampang banget haus tau! Aku paling enggak bisa nahan minum gini!" gerutu Alesha yang merasa cukup sebal dengan tingkah yang dilakukan oleh sang bos.
Ya bagaimana tidak sebal jika minuman yang sudah Alesha siapkan untuk seharian bekerja tiba-tiba saja diminum tanpa izin, bahkan dihabiskan hingga tuntas. Sedikit gila bin tidak waras memang ya Samudra Keith satu ini.
"Kan nanti kita bakalan meeting di luar, jadi kamu pasti bakalan pesan minum dan makan di sana dong? Jangan terlalu dibuat ribet, Alesha!" balas Samudra sekenanya. Sikap Samudra memang selalu demikian, ia memang selalu seperti teman dengan bawahannya. Di kantor ini bahkan tidak ada yang memanggil Samudra dengan sebutan 'Pak', semuanya memanggil Samudra pure hanya nama saja.
Decakan kesal terlontar dari bibir mungil yang berwarna merah merona milik Alesha. Gerutuan dengan sumpah serapahnya juga tak lupa dilontarkan oleh gadis tersebut, walaupun sebatas bisik-bisik saja. "Bukan Samudra kalau enggak punya jawaban emang," lirih gadis itu.
"Tapi kita masih ada waktu tiga jam sebelum meeting-nya dimulai, Samudra Keith. Masih banyak pekerjaan yang harus kita lakukan dan pekerjaan itu pastinya membutuhkan banyak tenaga, membutuhkan air minum supaya tidak merasakan dahaga. Tiga jam bisa membuat seorang Alesha Priscanara dehidrasi," adu Alesha yang tak mau kalah dengan pria di hadapannya itu. Bukan Alesha namanya jika gadis tersebut tidak egois dan maunya menang sendiri.
Alesha memang bangga mendapatkan gelar dan julukan egois. Setidaknya memang itulah kenyataannya. Itu yang memang benar-benar ada di dalam tubuh seorang gadis muda tersebut.
Si pria dengan tuxedo hitam yang melekat di tubuhnya itu hanya bisa mengangkat bahunya dengan cuek seolah tak menanggapi apa yang sedang dipermasalahkan oleh sang sekretaris, bahkan tak mau mengucapkan sepatah kalimat maaf pun. Ia hanya terdiam saja dan menatap sekeliling ruangan sang sekretaris yang sudah bekerja setengah tahun bersamanya.
"Ih, Samudra! Aku lagi ngomong sama kamu ini! Jangan diem aja, dong!" rengek Alesha semakin kesal saat sang bos hanya diam saja tanpa memberikan solusi apa pun kepadanya. "Ayo tanggung jawab, Samudra Keith! Beliin aku minum!" tagih Alesha sedikit memaksa.
"Ogah!" tolak Samudra secara mentah-mentah. "Tiga jam ini kamu bebas ngapain, deh. Jangan kerja, aku kasih kamu waktu istirahat noh! Jangan lupa nanti jam setengah dua belas ke ruangan aku, kita on the way ke tempat meeting."
Bagaimana tanggapan kalian atas keputusan yang diberikan oleh bosnya Alesha ini? Menguntungkan memang, tetapi sedikit menyebalkan juga. Alesha ingin marah sekali rasanya, namun tak bisa mengingat jabatannya tak sebanding dengan seseorang yang berhasil membuatnya naik darah tersebut.
"Sabar, anak cantik."
***
Manik mata seorang yang sedari tadi Alesha tatap terus saja memandang lurus ke depan, memerhatikan sang lawan bicara yang kebetulan menjadi klien-nya. Mendengar secara seksama apa yang dibicarakan hingga diresapi dengan betul semuanya. Bahkan tak ada satu detik pun ia berpindah memerhatikan orang lain.
Gondok, satu kata yang saat ini menjelaskan segalanya. Melihat seseorang yang disayangi nyatanya menatap wanita lain tentu saja membuat hati seorang wanita sedih dan terluka, bukan? Itu pun yang dialami dengan Alesha. Alesha sedang merasakan patah hati untuk yang pertama kalinya setelah sekian lama. Ia patah hati karena Samudra memerhatikan wanita lain, Samudra memerhatikan Fanesha dengan logat bulenya di depan sana.
"Argh!" gerutu Alesha yang sama sekali tidak fokus dengan pembahasan meeting kali ini. Gadis tersebut terus meremas kertas di tangannya dengan mata merah akibat marah sekaligus cemburu.
Satu hal yang terus saja terlintas di benak Alesha saat ini adalah Samudra. Apakah Samudra sama sekali tidak tahu jika Alesha menyukainya? Apakah Samudra tidak peka jika Alesha sedang mengharapkannya. Ayolah, setelah enam bulan bersama, banyak hal yang mereka berdua lalui. Namun mengapa Samudra tetap tidak peka juga terhadap perasaan Alesha?
***
"Kamu tau gak, Alesha? Tadi gaya bicara dari Fanesha bikin aku jatuh cinta banget sama dia. Terbukti dengan jelas banget kalau dia itu tipikal orang yang cerdas. Selama meeting bareng dia, semuanya jadi jauh lebih mudah. Aku suka sama semua hal yang ada di dalam diri dia."
Kesal! Harus diapakan sebaiknya Samudra ini? Bisakah Samudra tidak membuat Alesha merasakan panasnya api cemburu? Mengapa Samudra malah menceritakan perasaannya kepada Fanesha pada Alesha?
"Kamu beneran suka sama Fanesha? Dia kan pastinya cuman anggap kamu rekan bisnis aja, enggak lebih. Apa yang dia perlihatkan tadi tentunya sebagai Fanesha yang profesional," balas Alesha dengan penuh penekanan. Niat hati ingin menampar keras Samudra dengan kata-kata jika Samudra tak pantas untuk Fanesha.
"Iya sih, aku tau. Tapi aku emang suka banget sama dia. Aku bakalan kejar dia sampai dapat."
Sial, Alesha ditampar dengan keadaan, ia dipaksa untuk mundur.