webnovel

Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed

Sinopsis Sebagai pria bangsawan dengan gelar ksatria pedang agung yang cukup disegani pada banyak medan pertempuran, Lorant sering menjadi bahan pembicaraan gadis-gadis bangsawan. Wajahnya yang memiliki tulang rahang tegas, dengan hidung bagaikan terpahat sempurna yang memisahkan kedua mata coklat setajam elang berbingkai alis berbentuk golok tebal, membuatnya sangat berkharisma. Tubuh atletisnya yang dipenuhi guratan luka akibat perang, justru semakin membuatnya terlihat gagah. Bahkan para gadis sering membual bahwa dia tahu berapa jumlah bekas luka yang ada di tubuh Lorant, untuk menimbulkan asumsi bahwa dirinya cukup intim dengan Lorant. Tetapi Lorant justru mencintai Benca, gadis biasa yang tinggal terisolir di tepi hutan selama delapanbelas tahun. Hubungan cinta mereka menghasilkan dua orang anak kembar, Lovisa dan Edvin. Lorant tidak menyangka kisah cintanya bersama Benca merupakan awal perjuangan panjang dan pertarungan mental yang kerap membuatnya frustasi. Selain harus menghadapi kecemburuan Ivett, wanita bangsawan yang telah dijodohkan dengannya dan berusaha mati-matian untuk melenyapkan Benca dengan cara apapun, Lorant juga harus menerima kenyataan, bahwa Benca adalah putri kandung dari bibinya sendiri, seorang wanita bangsawan kelas atas penganut satanisme yang sering melakukan ritual berupa mandi darah perawan, dan telah menculik Lovisa, untuk dijadikan korban ritual. Dengan segala kemampuannya, Lorant berusaha melindungi dua wanita yang paling dicintai dalam hidupnya dari cengkraman bibi sekaligus ibu mertuanya yang haus darah.

Risa Bluesaphier · Histoire
Pas assez d’évaluations
119 Chs

98. Gelisah

Gustav memeluk Ellie penuh kasih sayang. Entah mengapa kali ini Ellie tidak seceria biasanya. Ellie lebih banyak diam dan meminta Gustav untuk selalu memeluk erat tubuhnya. Dengan senang hati Gustav melakukan apa yang Ellie minta. Saat Ellie menyelipkan kepalanya di antara dada dan lengan Gustav, dengan lembut Gustav mengelus rambut Ellie.

"Ada yang mengganggu pikiranmu, sayang?" Tanya Gustav lembut. Biasanya mereka selalu memiliki hasrat yang bergelora saat bertemu. Namun kali ini sungguh berbeda. Seperti seolah sudah disepakati bersama, keduanya sama sekali tidak berminat untuk saling menggoda dan seolah-olah tidak ingin melakukan aktifitas yang biasanya membuat mereka berdua melambung ke langit.

Semalaman mereka lebih banyak saling diam sambil berpelukan dan memandang langit kelam dari jendela rumah pohon.

"Gustav..." Ellie memanggil kekasihnya lirih. Namun Gustav mampu mendengarnya dengan jelas.

"Ya, sayang. Katakan ada apa? Aku mendengarkan."

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com