webnovel

Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed

Sinopsis Sebagai pria bangsawan dengan gelar ksatria pedang agung yang cukup disegani pada banyak medan pertempuran, Lorant sering menjadi bahan pembicaraan gadis-gadis bangsawan. Wajahnya yang memiliki tulang rahang tegas, dengan hidung bagaikan terpahat sempurna yang memisahkan kedua mata coklat setajam elang berbingkai alis berbentuk golok tebal, membuatnya sangat berkharisma. Tubuh atletisnya yang dipenuhi guratan luka akibat perang, justru semakin membuatnya terlihat gagah. Bahkan para gadis sering membual bahwa dia tahu berapa jumlah bekas luka yang ada di tubuh Lorant, untuk menimbulkan asumsi bahwa dirinya cukup intim dengan Lorant. Tetapi Lorant justru mencintai Benca, gadis biasa yang tinggal terisolir di tepi hutan selama delapanbelas tahun. Hubungan cinta mereka menghasilkan dua orang anak kembar, Lovisa dan Edvin. Lorant tidak menyangka kisah cintanya bersama Benca merupakan awal perjuangan panjang dan pertarungan mental yang kerap membuatnya frustasi. Selain harus menghadapi kecemburuan Ivett, wanita bangsawan yang telah dijodohkan dengannya dan berusaha mati-matian untuk melenyapkan Benca dengan cara apapun, Lorant juga harus menerima kenyataan, bahwa Benca adalah putri kandung dari bibinya sendiri, seorang wanita bangsawan kelas atas penganut satanisme yang sering melakukan ritual berupa mandi darah perawan, dan telah menculik Lovisa, untuk dijadikan korban ritual. Dengan segala kemampuannya, Lorant berusaha melindungi dua wanita yang paling dicintai dalam hidupnya dari cengkraman bibi sekaligus ibu mertuanya yang haus darah.

Risa Bluesaphier · Histoire
Pas assez d’évaluations
119 Chs

49. Misi Rahasia, 9 November 1591

Sinar matahari menerobos kerapatan pepohonan dan daun-daun di dalam hutan, hingga menerangi dan menghangatkan wajah Arpad yang teridur pulas dibalik rimbunnya dedaunan.

Arpad menggeliat, merasakan disorientasi sesaat. Arpad memicingkan matanya, karena efek sinar matahari yang langsung menerpa wajahnya. Beberapa waktu kemudian, barulah Arpad ingat semuanya, mengapa dirinya sampai tertidur di tempat ini. Refleks dirinya melongok, melihat ke arah rumah pohon yang sudah sepi, seolah-olah tidak pernah terjadi pergumulan hebat semalam.

Arpad mempelajari situasinya sebentar, memastikan bahwa semua aman, lalu mulai mengendap-endap menuju rumah pohon. Sejenak dirinya terdiam, mencoba menangkap suara sekecil apapun yang mungkin masih tersisa di rumah pohon. Namun telinganya yang cukup tajam, tidak mendengar apapun kecuali desir angin di bulan November yang cukup intens.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com