webnovel

Cachtice Castle : Blood Countess de Ecsed

Sinopsis Sebagai pria bangsawan dengan gelar ksatria pedang agung yang cukup disegani pada banyak medan pertempuran, Lorant sering menjadi bahan pembicaraan gadis-gadis bangsawan. Wajahnya yang memiliki tulang rahang tegas, dengan hidung bagaikan terpahat sempurna yang memisahkan kedua mata coklat setajam elang berbingkai alis berbentuk golok tebal, membuatnya sangat berkharisma. Tubuh atletisnya yang dipenuhi guratan luka akibat perang, justru semakin membuatnya terlihat gagah. Bahkan para gadis sering membual bahwa dia tahu berapa jumlah bekas luka yang ada di tubuh Lorant, untuk menimbulkan asumsi bahwa dirinya cukup intim dengan Lorant. Tetapi Lorant justru mencintai Benca, gadis biasa yang tinggal terisolir di tepi hutan selama delapanbelas tahun. Hubungan cinta mereka menghasilkan dua orang anak kembar, Lovisa dan Edvin. Lorant tidak menyangka kisah cintanya bersama Benca merupakan awal perjuangan panjang dan pertarungan mental yang kerap membuatnya frustasi. Selain harus menghadapi kecemburuan Ivett, wanita bangsawan yang telah dijodohkan dengannya dan berusaha mati-matian untuk melenyapkan Benca dengan cara apapun, Lorant juga harus menerima kenyataan, bahwa Benca adalah putri kandung dari bibinya sendiri, seorang wanita bangsawan kelas atas penganut satanisme yang sering melakukan ritual berupa mandi darah perawan, dan telah menculik Lovisa, untuk dijadikan korban ritual. Dengan segala kemampuannya, Lorant berusaha melindungi dua wanita yang paling dicintai dalam hidupnya dari cengkraman bibi sekaligus ibu mertuanya yang haus darah.

Risa Bluesaphier · Histoire
Pas assez d’évaluations
119 Chs

16. Makan Malam Bersama Keluarga Sarvar Felsovidek, 12 Oktober 1591

Waktu makan malam telah tiba, Erza mampu membuat Ester untuk ikut bergabung dengan janji bahwa dia memiliki suatu kejutan untuk Ester.

Menjelang makan malam, Baron Jensey dan Karoly de Czoborszentmihaly yang merupakan Kakak kandung dari Baroness Ivett Henrietta de Czoborszentmihaly datang bersama Baron Arpad Czobor de Czoborszentmihaly Kakak Erza. Rupanya mereka baru saja mengadakan pertemuan untuk membahas persoalan bisnis dengan situasi kacau yang terjadi di Sisak dan Moslavina.

Keluarga Czoborszentmihaly memang terkenal dengan kecakapannya dalam berbisnis. Dan mereka sering mempertahankan bisnis serta kekayaan mereka dengan cara pernikahan antara kerabat dekat, atau dengan bangsawan yang setara kedudukannya.

Kehadiran Jensey dan Karoly membawa keceriaan tersendiri, terutama bagi Ester dan Ivett. Sudah lama sekali Ivett tidak bertemu dengan saudaranya, lebih tepatnya sejak dia memutuskan untuk merawat calon mertua perempuannya, di kediaman keluarga Sarvar Felsovidek.

Ester sendiri mengira, bahwa kehadiran Jensey dan Karoly adalah kejutan yang dimaksudkan oleh Erza. Sementara Ivan lebih fokus menyambut Arpad yang memiliki kekerabatan lebih dekat, serta sudah dianggap seperti anaknya sendiri. Selain itu, Arpad sangat mirip dengan Lorant. Sehingga bagi Ivan, Arpad bagaikan pengganti Lorant yang hilang.

Tetapi yang paling mengesankan adalah tampilan hidangan makan malam yang tidak biasa. Belum pernah keluarga Sarvar Felsovidek memiliki pelayan hebat yang mampu membuat tampilan hidangan seindah saat ini.

Buah, sayur, kudapan dan lainnya tampil dengan tatanan yang tidak biasa. Semua disusun dengan tingkat artistik seni yang tinggi. Mereka semua memuji hidangan dengan tatanan super menawan tersebut, hingga si kembar Devca dan Duci bergegas kembali ke kamarnya untuk mengambil kertas dan pinsil.

Keduanya memang pandai menggambar. Mereka berteriak kepada semua orang, untuk tidak menyentuh makanan di atas meja, sampai mereka menyelesaikan sketsanya. Semua tertawa. Semua bahagia. Kebahagiaan yang telah lama hilang setelah Lorant menghilang tanpa kabar, telah kembali menghiasi rumah keluarga ini.

Baroness Ester memeluk Erza hangat, "Terima kasih sayang, kejutanmu membuat kami semua bahagia. Tetapi, siapakah yang telah membuat hidangan seindah ini di atas meja makan malam kita?" Ester sungguh-sungguh tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, dengan penuh semangat Ester terus saja merayu Erza agar memberinya informasi mengenai orang yang telah membuat hidangan super indah ini, "Erza, aku akan dengan senang hati memberinya hadiah, dan dia boleh duduk di sampingku, serta makan bersama kita semua di sini," senyuman yang selama ini tidak pernah terlihat di wajah Ester, akhirnya kembali. Meskipun kecil, namun sangat berarti bagi Erza.

Erza tersenyum, "Sabarlah, Nyonya Ester. Tunggu sampai si kembar menyelesaikan sketsanya, atau kita semua tidak akan pernah menyelesaikan makan malam, karena mereka berdua belum selesai membuat sketsa," semua tertawa mendengar penjelasan Erza, kecuali si kembar yang sedang serius membuat sketsa.

Sementara Erza berdoa dalam hati, agar acara makan malam ini membawa berkah kebahagiaan, terutama bagi semua yang berada di ruangan ini. "Ya, Tuhan, kumohon, jadikan malam ini sebagai malam yang dipenuhi kebahagiaan dan kembiraan. Jauhkan dari segala prahara. Apapun bentuknya. Termasuk hal-hal absurd yang mungkin saja bisa terjadi karena kecemburuan Ivett. Kami sudah lama sekali hidup dalam kesedihan karena kehilangan Lorant, Tuhan. Jadi kumohon... biarkan kebahagiaan menjadi bagian dari kami saat ini. AAmiin"

Devca mengangkat kertas sketsanya ke atas, "Aku sudah selesai. Duci apakah milikmu juga sudah selesai? kamu membuat sketsa dari sudut yang sulit. Itu salahmu sendiri karena memilih angle seperti itu!" ucap Devca sambil menghampiri saudara kembarnya.

"Tunggu. Jangan ganggu aku. Sebentar lagi sketsaku juga akan selesai. Sudut ini memperlihatkan dengan detil setiap landscape hidangan dengan jelas. Meskipun memang cukup sulit, tapi hasil sketsaku pasti akan lebih baik dari punyamu." Duci tidak mau kalah, dia menjawab saudara kembarnya sambil terus saja fokus pada sketsanya. "Nah, aku sudah selesai." Duci juga mengangkat kertas sketsanya ke atas, tanda pekerjaannya telah selesai.

Semua yang berada di ruangan kembali tertawa sekaligus merasa lega, karena pada akhirnya, mereka sudah bisa segera mencicipi makanan indah yang juga tampak lezat itu. Namun Erza kembali menyela, "Maafkan aku bila sedikit lagi meminta waktu kalian. Kumohon bisa menahan lapar dan hasrat untuk segera mencicipi hidangan beberapa saat lagi. Akupun sesungguhnya juga sudah tidak sabar ingin mencoba semuanya. Namun, seperti yang tadi Nyonya Baroness Ester Lietava Szechenyi de Sarvar Felsovidek katakan, siapapun yang bertanggung jawab atas hidangan istimewa ini, boleh makan bersama dan duduk di samping beliau. Maka dengan segela kerendahan hati, izinkan aku mengatur ulang posisi duduk kalian." Semua mengangguk, patuh pada usulan Erza.

Erza dengan cepat mengatur tempat duduk. Ivan duduk di kepala meja. Ini adalah tempat duduknya saat makan, yang tidak boleh ditempati siapapun selama beliau masih hidup. Di sebelah kirinya, Ester juga tetap pada posisinya. Namun Erza perlu memindahkan Ivette di posisi lain, karena posisi di samping Ester akan di isi oleh sang pencipta mahakarya makan malam mereka kali ini. Maka kursi tersebut dibiarkan kosong termasuk kursi sebelahnya yang akan di duduki oleh dirinya sendiri. Ivett menduduki kursi disamping dua kursi kosong tersebut. Maka posisi Erza akan berada di antara Benca dan Ivett. Ini adalah posisi teraman yang bisa Erza pikirkan.

Di sebelah kanan Baron Ivan, Erza ingin membuat kursi tersebut kosong, rencananya untuk tempat duduk Lorant, namun Baron Ivan menolak. Dia tidak suka duduk bersebelahan dengan orang yang tidak dikenal, apalagi masih misteri baginya. Maka Erza memutuskan Arpad untuk duduk di sebelah kiri Baron Ivan. Sementara kursi diseblah Arpad dibiarkan kosong, lalu berturut-turut diduduki oleh Jensey dan Karoly.

Sedangkan untuk si kembar Devca dan Duci, ditempatkan di ujung lainnya. Agar keduanya bisa membuat sketsa dari angle yang baik. Tidak lupa Erza menyiapkan tumpukan kertas kosong dan pinsil untuk mereka membuat sketsa.

Erza berbisik kepada keduanya, "Jika kalian mampu menahan lapar, dan mau membuat sketsa yang cantik untuk makan malam kali ini, aku sudah mempersiapkan hidangan yang tidak kalah lezat dan cantik di dapur. Kalian bisa sepuas-puasnya menikmati nanti. Sambil membuat sketsa, kalian bisa memakan kudapan di meja ini tanpa mengganggu makan malam, oke?" keduanya mengangguk cepat tanda setuju. Bagi mereka, membuat sketsa adalah kesenangan. Apalagi mereka di izinkan membuat sketsa saat makan malam dengan hidangan yang sangat istimewa. Tentu saja Erza sudah minta izin pada Ivan dan Ester tentang hal itu.

Sementara dibalik tirai yang memisahkan ruang makan dan lorong menuju dapur, Lorant dan Benca bergenggaman tangan, saling menguatkan satu sama lain. Mereka menunggu aba-aba dari Erza. Tangan Benca mulai basah dan berkeringat dingin. Lorant menggenggam erat, mencoba memberi dukungan serta menyalurkan energi positif pada Benca. Lorant berinisiatif mengambil nampan dari tangan Benca yang bergetar, "Benca, kuatkan dirimu, kontrol emosimu. Jika kamu tidak bisa membawa nampan ini, biar aku yang membawanya." Lorant menawarkan bantuan dengan penuh perhatian. Bagaimanapun dia juga sedikit gugup, namun tidak ingin rencana yang sejauh ini telah berjalan lancar, hancur hanya karena Benca terlalu gugup, lalu menjatuhkan nampan ke lantai.

Benca menggeleng, "Tidak Lorant, biar aku saja. Kamu boleh membawanya sekarang, tetapi ketika Erza memanggil kita, akulah yang akan membawanya. Kita tidak boleh tampak terlalu akrab." Benca mencoba mengingatkan tentang kesepakatan mereka bertiga dengan Erza tadi.

Lorant mengelus pundak Benca lembut, "Baiklah, sekarang, tarik nafas dalam-dalam, lalu hembuskan perlahan. Mungkin itu bisa membantumu sedikit lebih tenang." Benca mengangguk, lalu melakukan apa yang Lorant katakan dengan patuh. Sesaat kemudian, dirinya merasa jauh lebih santai, juga merasa cukup percaya diri. bahkan, debar di jantungnya tidak berdegup sekeras sebelumnya.

Sesaat kemudian, Erza memanggil mereka untuk keluar, "Sekarang, izinkan aku mempersembahkan puncak dari kejutan malam ini," Erza berkata agak keras, agar terdengar oleh Lorant dan Benca, "Silahkan masuk ke dalam ruangan wahai pencipta maha karya hidangan makan malam..!"

Tidak lama kemudian Benca keluar sambil tersenyum manis, sambil menatap semua yang hadir. Terdapat nampan kecil tertutup kain berenda di kedua tangannya yang sudah tidak berkeringat. Lalu tampak seorang pria mengikuti langkah Benca, yang membuat semua orang terkejut. Tanpa terkecuali, setiap yang hadir di ruang makan mendadak terkesima. Arpad terus menatap Benca tanpa berkedip. Bahkan Devca dan Duci yang sedang membuat sketsa sejenak melupakan sketsanya.

Suasana menjadi hening dalam sekejap, tidak menyangka bahwa kejutan yang dibuat oleh Erza akan membuat semua orang merasa begitu takjub dan terharu dalam waktu yang bersamaan. Mata Baroness Ester mulai mengembun, saking bahagianya, dia sampai tidak mampu berkata-kata.

Mereka hampir saja berhamburan untuk memeluk Lorant, namun dicegah oleh Erza, "Tenang, acara melepas rindu sebaiknya dilakukan setelah makan, karena kita sudah menjeda acara makan malam ini cukup lama," sesaat semuanya seperti ingin protes, tetapi pada akhirnya semua patuh pada ucapan Erza. Setelah apa yang telah Erza persiapan untuk malam ini, mereka merasa bahwa Erza telah melakukan hal terbaik, hingga mampu membuat semua yang hadir menunjukan ekspresi bahagia di wajah masing-masing.

Erza mengarahkan Lorant untuk duduk di samping Arpad, dan Benca di samping Ester. Sementara dirinya duduk di samping Benca, memisahkannya dengan Ivett yang tidak mampu menyembunyikan raut bahagia melihat Lorant hadir di antara mereka. Ivett tidak sedetikpun melepaskan pandangannya dari Lorant, sejak sosok yang dicintai serta sangat dirindukan itu memasuki ruangan. Saat ini, posisi duduk Ester berhadapan dengan Arpad, Benca dengan Lorant, Erza dengan Jensey, dan Ivett dengan Karoly.

Setelah duduk, Erza menyentuh kaki Benca di bawah meja, mencoba mengingatkan sesuatu. Benca yang sedang sibuk menata hati serta degup jantungnya, segera tersadar. Dia menarik nafas untuk memenuhi paru-parunya dengan udara, lalu menghitung sampai tiga, agar dirinya lebih tenang.

"Salam semuanya. Perkenalkan aku Benca, dan terimalah ucapan syukur serta terima kasihku, karena hasil karyaku diterima di keluarga ini dengan sambutan yang sungguh membahagiakan. Sebagai ungkapan terima kasih, karena telah di izinkan untuk duduk bersama seluruh keluarga terhormat dan mulia ini, izinkan aku mempersembahkan kepada Nyonya rumah, Baroness Ester Lietava Szechenyi de Sarvar Felsovidek, hadiah kecil ini. Semoga berkenan dengan persembahan sederhana dariku yang tidak seberapa ini." Benca membuka tutup nampan dengan hati-hati, lalu menggeser posisi nampan agar tepat berada di hadapan Ester.

Ester terkesima menatap isi nampan tersebut. Di sana berdiri patung dari coklat berupa siluet wajahnya, lengkap dengan mahkota kesayangannya. Dibagian dasarnya bertebaran aneka buah potong yang diatur sedemikian rupa sehingga menampakkan kombinasi yang indah dipagari potongan keju yang berjajar serta irisan daging asap berbentuk bunga, "Ini indah sekali sayang," Ester tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya, "Bolehkah aku memelukmu?" sepersekian detik kemudian Ester telah memeluk Benca dengan erat. Lorant yang menyaksikan adegan tersebut hampir saja menitikan air matanya, dia melirik Erza, menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga. Pandangannya pada Benca sangat lekat, tidak mampu menyembunyikan perasaan cintanya yang dalam.

Ivett awalnya sangat terbawa dengan situasi bahagia bersama keluarga Sarvar Felsovidek, namun ketika melihat Lorant dengan pandangan penuh cinta pada Benca, hatinya seperti tersayat. Ivett yakin seratus persen, Lorant memiliki perasaan lebih kepada Benca. Dia merasa sangat gusar dan diterjang api cemburu yang berkobar-kobar di dalam dadanya. Ivett memutuskan, bahwa dia perlu mengklarifikasi semuanya. Maka, Ivett segera membuka pembicaraan, mencoba untuk mencari tahu jati diri Benca, "Luar biasa sekali malam ini, namun sebelum kita makan, bolehkah kami semua mengetahui siapa dirimu, Benca?"

Erza dan Lorant terkejut dengan ucapan Ivett, namun Erza segera mengmbil alih situasi sebelum semuanya berantakan, "Aah, tentu saja, Ivett sayang. Kita semua akan segera tahu siapa Benca. Tetapi ada baiknya saat ini kita segera makan terlebih dahulu, karena kita semua pasti sudah lapar." Ester dan Ivan setuju, sementara Lorant menghembuskan nafas lega.

Erza langsung menatap tajam pada Lorant, memperingatkan dengan tatapannya, agar Lorant bisa lebih mengendalikan diri. Lorant membalas tatapan Erza dengan sendu, memohon maaf atas sikapnya yang telah membuat Ivett curiga. Lorant lupa, saat jatuh cinta, wanita selalu lebih sensitive seribu persen, terutama terkait dengan pesaingnya. Insting wanita jika cemburu, bisa mengalahkan mata-mata yang paling ahli sekalipun.

Lorant mengutuk dirinya sendiri karena kelalaian tersebut, lalu memperingatkan diri untuk lebih hati-hati dalam bersikap, demi keselamatan Benca, juga hubungan mereka di masa depan yang baru menapaki langkah awal dalam memperjuangkan eksistensinya di keluarga Sarvar Felsovidek.

Setelah acara makan hampir selesai, Erza memanggil seniman untuk memainkan musik yang riang. Erza memprovokasi semua anggota keluarga untuk menari, demi mengulur waktu agar pembicaraan tentang jati diri Benca tidak perlu diungkapkan malam ini. Erza hanya ingin menunjukan kwalitas Benca dihadapan semua orang.

Erza mulai menarik Benca untuk menari. Dengan langkah yang ragu di awal, Benca mencoba menyesuaikan diri dengan gerakan Erza. Lalu setelah dilihatnya Benca mulai merasa nyaman dengan gerakan tariannya, Erza menarik tangan Ivan untuk berdansa bersama Benca. Semua bertepuk tangan memberi semangat. Kemudian Erza menarik tangan Lorant, Ivett langsung bersiap untuk menerima Lorant sebagai pasangan berdansa ketika Erza menarik Lorant ke arahnya, namun ternyata, Erza mempertemukan Lorant dengan Ester, yang dengan tertatih berusaha untuk berdiri. Namun Lorant menggeser kursi agar Ester bisa menari sambil duduk. Ester tampak bahagia sekali. Erza membisikan sesuatu di telinga Arpad, tidak lama kemudian, Arpad mengajak Ivett untuk berdansa, meskipun begitu, Arpad tampak sering mencuri pandang ke arah Benca, sementara Erza berpasangan dengan Jensey dan Karoly sekaligus.

Semua berdansa dengan gembira. Terkecuali si kembar, yang menikmati suasana gembira dengan kesibukan membuat sketsa. Malam ini mereka membuat banyak sekali sketsa. Sepertinya, dalam satu bulan ke depan, mereka akan semakin sibuk dengan kebiasaan melengkapi sketsa menjadi lukisan. Namun mereka senang melakukannya. Karena kali ini, mereka memiliki tema lukisan yang tidak biasa. Bahkan Duci telah membuat sketsa wajah Benca dengan berbagai ekspresi.

Malam semakin larut, seluruh keluarga terbius dalam kebahagiaan yang luar biasa, kecuali Ivett. Ketika semua mulai lelah, Erza mengatur agar Benca segera meninggalkan acara, lalu Ivan dan Ester, dilanjutkan Lorant. Sehingga malam ini, hanya tersimpan memori tentang kebahagiaan tanpa tragedi cemburu antara Ivett dengan kehadiran Benca. Biarlah esok hari memiliki sejarahnya sendiri. Yang terpenting saat ini, semuanya telah melihat kualitas diri Benca yang mampu disetarakan dengan para bangsawan. Erza rasa, tidak seorangpun menyadari, bahwa Benca bukanlah dari kalangan bangsawan. Dia harus memikirkan rencana lainnya malam ini, agar esok bisa kembali memiliki hari yang damai tanpa tragedi asmara.