webnovel

BUTTERFLY'S ETERNAL LOVE (Bukan Liang Zhu)

Seorang gadis yang bernama Zhiwei mengalami time slip ke zaman dinasti Jin Timur. Dia bersama Shanbo, Yinfeng, dan Yingtai melakukan petualangan untuk mengumpulkan empat perhiasan batu Liang Zhu. Apakah Zhiwei bisa pulang kembali ke masa depan?

Maria_Ispri · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
33 Chs

BAB 3

Zhiwei duduk di sebuah kedai mie di pinggiran sungai. Angin malam membuatnya kedinginan lalu merapatkan jaketnya. Dia menyeruput minuman hangat yang ada di depannya. Kejadian tadi siang membuat dia bertanya-tanya. Siapa pemilik kalung antik itu. Begitu dijaga ketat, bahkan tak boleh ada orang yang tahu. Zhiwei merasa aneh saat melihat cahaya yang tiba-tiba memancar, tapi Qixuan tak merasa melihat cahaya itu. Berarti hanya Zhiwei seorang yang melihatnya. Zhiwei menepis rasa merinding yang menjalari tengkuk dan tubuhnya.

"Sudah lama?" tanya sebuah suara.

Zhiwei menoleh, dilihatnya Shan Bo yang berjalan ke arahnya lalu duduk di kursi di seberangnya.

Zhiwei tersenyum.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Zhiwei, "apakah kau baik-baik saja?" lanjutnya.

Shan Bo memesan minuman hangat tak langsung menjawab pertanyaan Zhiwei.

"Ibu meminta kita pulang esok," jawab Shan Bo mengalihkan pertanyaan Zhiwei.

"Kau tak menjawab pertanyaanku. Kau sedang ada masalah? Aku tahu kau tak biasa mabuk-mabukkan, tapi sudah dua kali ini kau jadi ikut-ikutan melakukan perbuatan buruk itu bersama teman-temanmu," interogasi Zhiwei.

Shan Bo menghela napas. Dia tahu tak bisa menghindari kejelian Zhiwei.

"Apakah karena gadis keluarga Zhu?" tanya Zhiwei.

"Haaa ... jadi kau yang memakai drone untuk memata-mataiku tadi siang?" tebak Shan Bo.

Zhiwei langsung tertawa lebar.

"Kau tahu perbuatanmu melanggar hukum. Kau bisa ditangkap polisi karena melanggar privasi orang," terang Shan Bo dengan nada khawatir.

"Aman," ucap Zhiwei sambil memberi kode dengan jari bahwa semua baik-baik saja.

Shan Bo menyeruput minumannya sambil memandang ke arah luar kedai.

"Aku berniat melamar Ying Tai, tapi ayahnya tak merestui kami," ucap Shan Bo yang akhirnya berkata jujur pada Zhiwei.

Zhiwei menatap kakaknya.

"Kau tahu di dunia ini tak kurang jumlah perempuan. Apakah kau tak ingin cari yang lain saja?" tanya Zhiwei.

"Aku mencintainya. Walau dia berasal dari keluarga kaya, tapi aku tahu ketulusan dan kebaikannya tidaklah pura-pura," jawab Shan Bo lalu menyeruput minuman hangatnya.

"Kita tak sebanding dengan mereka," ucap Zhiwei dengan nada pesimis.

"Aku tahu. Untuk itulah aku ingin segera menyelesaikan kuliahku dan segera mencari pekerjaan yang pantas. Kau juga, apakah informasi beasiswa sudah keluar?" tanya Shan Bo.

"Minggu ini pengumumannya. Aku merindukan ibu. Kita pulang ke kampung sebelum aku mulai aktif kuliah," terang Zhiwei.

Shan Bo mengangguk lalu menghabiskan minumannya.

"Kuantar kau pulang," ucap Shan Bo.

Kedua kakak beradik itu memiliki idealisme masing-masing. Shan Bo kuliah di bidang desain grafis sedangkan Zhiwei berencana mengambil jurusan mode. Mereka bisa satu kampus cukup memberikan rasa aman. Zhiwei dan Shan Bo tumbuh bersama sebagai adik kakak di sebuah desa kecil di pinggiran kota Nanjing. Ayahnya seorang petani sayur dan ahli obat-obatan, sedangkan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Sejak ayahnya meninggal karena sebuah kecelakaan di gunung, ibunya tinggal seorang diri di desa Lembah Ungu.

"Kak, kau tahu kau masih memiliki aku untuk kau andalkan. Kuharap kau tak menanggung beban dan masalahmu sendirian. Mengenai gadis keluarga Zhu itu, aku akan coba bicara padanya. Apakah kau tak keberatan?" tanya Zhiwei saat di depan gedung apartemennya.

"Mengenai Ying Tai biar aku saja yang menyelesaikan. Kau fokus saja belajar setelah ini," ucap Shan Bo.

Zhiwei menunduk kecewa lalu mengangguk paham.

"Aku masuk. Istirahatlah lebih cepat," pamit Zhiwei lalu beranjak pergi meninggalkan kakaknya yang masih berdiri menatapnya menghilang di balik pintu gedung apartemen.

***

Zhiwei duduk di depan meja belajarnya. Lampu belajarnya masih berpendar. Dia sedang memutar kembali rekaman video drone yang didapatnya tadi siang bersama Qixuan. Dia tidak mendapati sebuah cahaya yang terekam di kamera drone. Zhiwei merasa aneh. Seharusnya jika memang memancarkan cahaya, pasti akan terekam. Zhiwei menghela napas, tak paham.

Zhiwei menghentikan video saat sosok berjas hitam membuka jendela. Dia merasa pernah melihat sosok itu, seakan wajahnya familiar.

"Dimana aku pernah melihat lelaki ini, chiiiiuuu!" gumam Zhiwei sambil menirukan suara pistol dengan mengarahkan jarinya ke arah gambar.

Tiba-tiba pintu kamar Zhiwei dibuka.

"Weiwei, lihat ini!" seru Qixuan yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar sambil menunjukkan sebuah majalah mode.

Zhiwei langsung mengambil alih majalah yang diberikan Qixuan. Dia melihat sebuah artikel tentang Man of The Year majalah Shanghai Ecomoda.

"Eh ini kan?" ucap Zhiwei dengan mata membulat karena terkejut.

"Iya, lelaki tadi siang. Dia Zhu Yinfeng, anak sulung keluarga Zhu," terang Qixuan.

"Kakak Zhu Ying Tai," gumam Zhiwei.

"Tepat sekali," ucap Qixuan.

"Takdir. Bagaimana takdir kadang sangat menyebalkan dengan menghubungkan Kak Shan Bo dengan keluarga Zhu," ucap Zhiwei.

"Huuussh. Siapa tahu kakakmu berjodoh dengan gadis keluar Zhu itu," ucap Qixuan membesarkan hati Zhiwei.

"Entah mengapa hatiku merasa tak enak," terang Zhiwei.

"Lihatlah tampan sekali Zhu Yinfeng," puji Qixuan dengan mata berbinar-binar menatap foto Yinfeng yang ada di majalah.

Zhiwei ikut menatap foto lelaki dengan tatapan dingin beralis tebal lurus. Apanya yang keren? Batin Zhiwei.

"Sudah, majalahnya akan bolong karena kau tatap terus fotonya," ucap Zhiwei sambil melempar bantal pada Qixuan lalu merebahkan dirinya ke ranjang.

"Aku tidur dulu, esok kami pulang ke Nanjing," ucap Zhiwei lalu menutup matanya.

Qixuan pun mematikan lampu lalu merebahkan diri di samping Zhiwei sambil memeluk majalah bergambar Zhu Yinfeng.