webnovel

Bulan & Langit

Langit itu akan selalu menunggu bulan meskipun disiang hari. _Langit Sanjaya_ Langit itu playboy _Bulam Shams_ **** Bulan adalah seorang gadis yang memliki pacar. tapi sayangnya pacarnya telah melupakan dirinya. ya hanya dirinya. bahkan dengan semangatnya ia pindah ke Bandung dengan beralasan bahwa keluarganya lah yang pindah ke kota kota. tapi tujuannya adalah untuk menemui pacarnya tersebut. meskipun pacarnya selalu berada didekatnya tak kuat ia sudah mengungkapkan segalanya yang tak ada direncanakannya dahulu. langit adalah seorang laki laki palyboy yang sangat dikenal semua orang. siapa coba yang tidak kenal dengan seorang langit sanjaya cowok humoris nan playboy bukan main. bahkan masa lalunya pun ia tak ingat bagaimana. bertemu dengan bulan benar benar membuatnya berbeda bahkan sangat berbeda masa lalunya mulai ia ingat secara perlahan. perlahan lahan dan itu membuatnya hilang akal

Yin_sarah · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
3 Chs

BAB II

Pagi yang cerah dan sangat panas. Terlihat sangat jelas murid disekolah Pelita Harapan Bandung  sudah berkeringat ditengah tengah lapangan yang tak mempedulikam sang pembina upacara yang beramanat. Sesekali mereka mengelap pelipis dengan tangan dan sesekali mereka mengganti kerah baju bagi yang tak berhijab atau menggunakan hijabnya sebagai kipas.

Di lain tempat seorang cowok yang dengan santainya ia membaringkan tubuhnya di rooftop sekolah dan menutup matanya, tanpa sepengetahuannya bahwa ada seorang gadis yang juga berbaring disampingnya.

"Emang sekolah ini apa bagusnya sih?"tanya seorang gadis itu tiba tiba membuat langit yang berbaring tadi langsung terlonjak kaget.

Langit tak menjawab perkataan gadis itu. Ia hanya memperhatikan wajah gadis itu yang menutupnya dengan tangan. Gadis itu berdiri ia langsung meninggalkan langit yang sedari tadi memperhatikannya lalu tersenyum smirk.

Bulan merasakan hal aneh untuk pertama kalinya. Berdekat dan ngobrol dengan laki laki tadi? Mustahil baginya!! Mengapa tadi ia harus berbicara sama cowok itu. Untung saja cowok itu tak menjawabnya. Tapi anehnya saat ia pergi ia merasakan aura tak menyenangkan di sekujur tubuhnya. Menyeramkan menurutnya.

Langit bangkit dari duduknya, senyumnya mengembang begitu saja saat melihat tage nama gadis itu.

Bulan Shams-pikirnya.

Ia melangkah keluar dari rooftop dan membiarkan senyumnya yang masih mengambang. Tatapannya tak luput dari gadis yang kemarin dicarinya, ia terus mengikutinya dari belakang hingga akhirnya langkah mereka sejajar.

Bulan menghentikan langkahnya, matanya menatap langit dengan tajam dan menghiraukan langit yang tersenyum kearahnya. Ia kembali berjalan dan sesekali berdecak kesal karena langit yang terus mengoceh gak jelas.

"Hai bulan"

"Elo baru ya disini"

"Sejak kapan"

"Em.. sejak kemarin atau"

"Eh no no paling baru kemarin"

"Kalau gitu Lo dari sekolah mana?"

"Dari luar kota? ada urusan apa kok pindah kesini"

"Em kalau gitu sekarang Lo tinggal dimana"

"Em.. apa jangan jangan Lo turun dari langit ya"

Bulan terus berjalan melewati lalu lalang murid murid yang baru saja menyelesaikan upacara bendera. Ia tak menghiraukan langit yang bertanya ini itu kepadanya. Akhirnya ia berhenti didepan ruang kepala sekolah dan memasukinya.

Langit menunggunya. Selang beberapa menit bulan pun keluar  dari ruangan kepala sekolah dan berjalan begitu saja tanpa mengetahui bahwa ada seorang yang sedari tadi menunggunya.

"A elah bulan gue tunggu elo dari tadi juga"kata langit menghampiri bulan"langsung main tinggal aja"lanjutnya

Bulan berhenti dikelas yang bertulis XII IPA 1 lalu memasukinya yang sudah ada gurunya.

Bu Ina itu tage namenya.

Bu Ina mempersilahkan bulan masuk dan menatap tajam langit.

"Ngapain kamu disini langit"tanya Bu Ina melihat langit dari atas sampe bawah

"Hehe"cengir langit "o iya nih buk saya lagi mengawal gadis yang akan jadi masa depan saya"

"Huhu"seru murid cowok didalam kelas itu. Langit melihat kedalam kelas dan Bulan yang berdiri didepan papan tulis.

"Buk"panggil bulan tanpa menoleh sedikitpun kearah langit.

"Iya"jawab Bu Ina

"Tutup aja pintunya"

Deg..

Apa ini? Perasaan apa yang buat langit jadi seperti ini. Rasa bahagia tercampur aduk menjadi rasa suka. Tidak sepertinya saat ini ia benar benar berbeda.

"Oh baiklah"ucap buk Ina menutup pintu kelas dan meninggalkan langit yang masih berdiam diri.

Sadar akan apa yang ia lakukan, langit pun pergi dari tempat tersebut  dan melihat bulan dari kaca jendela.

"Manis"lirih langit. Kali ini benar benar meninggalkan tempat tersebut dan menuju kelasnya.

###

Kring... Kring...

Bel istirahat baru saja berbunyi. didalam kelas XII IPA 2 tentu saja sudah gaduh sebelum 5 menit bel berbunyi.

"Hei. Kamu tau nggak kenapa kamu itu namanya cinta"Nih nih.. siapa lagi kalau bukan langit yang sekarang sedang menggoda cewek berambut panjang gelombang dan berwarna hitam. Sedangkan cewek yang bernama cinta itu sudah tersipu malu dan senyam senyum layaknya orang genit.

"Kagak. Emang apa?"kata cinta mencolek lengan langit.

Jijik sih sebenarnya bagi langit untuk menggoda cewek modelan cinta seperti ini. Tapi inilah hobinya, entahlah sejak kapan. Dari SMP saja ia sudah memliki banyak mantan pacar. Mungkin sudah lebih dari 30-an atau lebih lagi. Entahlah ia tidak bisa hitung dan tidak mau tau.

"Megan"kata seseorang dari ambang pintu.

Langit melihat siapa sumber suara itu. Ia melihat bulan diambang pintu lalu masuk begitu saja menuju meja Megan. Yang ia tahu tentang Megan adalah ia cewek baik baik dan selalu ceria. Begitulah yang langit prediksi. Langit saja belum pernah menggoda Megan malah ia menjahilinya karna sikapnya yang terlalu agresif pada seorang teman.

Terlihat dari sana bulan sedang mengotak atik isi tas Megan. Langit yang telah berbahagia itu menghampirinya sebelumnya menyuruh cinta untuk kekantin. Entahlah mengapa cinta juga mau.

"Hallo cantik"

"Lo tau nggak kenapa gue mau sama lo?"

Bulan tak menjawab. Ia hanya mengibaratkan langit yang terus mengoceh kepadanya.

"Karena lo tuh bulan dan gue langit"

"Jadi gue tuh selalu nunggu lo meskipun disiang hari"kata langit dramatis.

Bulan tak menjawab apa apa. Ia melewati langit setelah mendapatkan barang yang dicarinya. Sebuah novel tebak yang sudah ada ditangan bulan langsung diambil oleh langit dengan cepat. Bulan kaget, ia berbalik menatap langit dengan horor.

"Apa apaan sih lo"kata bulan penuh penekanan.

"Balikin nggak? Cowok gila. Sinting. Aneh"

Semua caci-maki yang dikeluarkan dari mulut bulan tidak akan mempan bagi langit yang sekarang tetap cengir dan sesekali tertawa mendengar cacian itu.

"Lucu banget sih"ucap langit gemes mencubit pipi bulan.

Bulan langsung mengusap usapkan pipinya selayak tangan langit itu kuman.

Bugh...

"Aw"ringis langit memegang betisnya yang baru saja ditendang oleh bulan.

Bulan langsung mengambil novel yang jatuh dari tangan langit dan langsung pergi meninggalkan langit yang masih meringis kesakitan.

"Galak amat jadi cewek"lirih langit menatap punggung bulan yang sudah hilang dari belokan luar kelas.

"Bulan"teriak langit langsung mengejar bulan dan membiarkan betisnya yang masih terasaa nyeri.

Untuk hari ini langit tidak akan membiarkan bulan lolos seperti kemarin. Ia akan berusaha untuk menggoda gadis itu dan menjadi pacarnya.

"Bulan Lo tau kagak apa artinya langit dan bulan"kata langit memandang wajah bulan dari bawah. Wajarlah karena langit tinggi dan bulan tinggi tepat didadanya. Bulan tak menggubris, ia mengambil hp disaku bajunya dan mulai mencari cari suatu aplikasi yang nantinya itu akan menjadi kenangannya. Mungkin itulah harapannya.

Langit tak lagi melihat wajah bulan melainkan memandang kedepan dengan kedua tangannya yang dimasukkan kedalam saku celananya.

"Artinya adalah langit itu gue dan gue itu bulan. Jadi, sampe kapan pun itu gue akan selalu nunggu lo. Meskipun gue tau Lo bakal pergi dan gue akan tetapi setia menunggu elo"bulan memasukkan lagi hpnya dan menatap langit sekilas.

Mungkin suatu hari nanti Lo bakal tau- batin bulan.