webnovel

Bulan & Bintang

mengisahkan tentang bersahabat antara cewek dan cowok yang berubah menjadi rasa cinta

Dewi_Apriliani154 · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
5 Chs

Pergi Untuk Selamanya Dan Takkan Kembali Lagi

Tere sedang mengikuti pelatihan pramuka di sekolah, ia baru menjadi anggota pramuka karena ia antusias dengan organisasi yang satu itu.

Dimulai dari latihan baris-berbaris, sampai macam-macam sandi semua anggota pelajari.

Tere kali ini terpilih menjadi ketua regu, dan memberikan intruksi pada teman-teman kelompoknya dengan lantang ia melatih semuanya.

"Hei kamu klo jadi pemimpin regu yang tegas dong, jangan kayak ayam sayur gitu," ucap salah satu kakak pembina pramuka cowok, yang bernama Reza dengan ketus pada Tere.

"Siap kak, maaf klo suara saya kurang power," ucap Tere pelan.

"Ikh...suara gue udah kenceng gitu, masih aja dibilang ayam sayur, apa perlu sampe pita suara gue putus," gerutu Tere dalam hati.

"Bagus, liat saya baik-baik memberikan instruksi," ucap kak Reza.

Dan ia pun memberikan intruksi, ke semua anggota yang ada di lapangan dengan begitu lantang yang raut wajah yang serius dan datar.

Sementara Tere hanya, memperhatikannya dari samping.

"Yah jelas aja, dia cowok powernya lebih tinggi ketimbang gue yang cewek," keluhnya dalam hati.

Satu tahun berlalu, kak Reza sikapnya berubah terhadap Tere lebih sering menyapa dan tersenyum pada Tere, saat mereka berpas-pasan di sekolah maupun di luar.

"Itu cowok kenapa yah? Setau gue dia kan jutek sama orang ga ramah, kok tiba-tiba jadi beda gitu,"gumam Tere heran dalam hati.

"Re kenapa loe, kayak orang kesambet gitu?," tanya Yuki teman sebangkunya.

"Ga kenapa-kenapa kok ki," ucap Tere singkat sembari meringis.

Dan setiap minggunya Tere latihan pramuka, dengan semangat yang tinggi tak takut kulitnya yang putih jadi hitam ia menjalaninya sepenuh hati.

Sebulan terakhir Tere tak melihat sosok kak  Reza di sekolah, muncul timbul rasa penasarannya kenapa tiba-tiba kak Reza menghilang.

Tere mencari tahu lewat teman-teman kelas kak Reza, sampai ke teman-pramukanya namun tak ada yang tahu di mana kak Reza, dan alamat rumah pun tak ada yang tahu.

"Gimana cari tau tentang kak Reza...masa gue harus nanya wali kelasnya sih," keluh Tere yang sudah mulai putus asa, mencari keberadaan kak Reza saat ini.

Dan Yuki pun datang, untuk membatu sahabatnya itu keduanya pun ke ruang Guru menanyakan alamat Rumah kak Reza.

Akhirnya Tere mendapatkan alamat rumahnya, setelah pulang sekolah Tere mencari alamat yang diberikan wali kelas kak Reza tadi.

Dan menemukannya di komplek perumahan pondok indah, saat berada di depan pintu rumah Tere memencet bel dan mengucap salam.

"Wa'alaikumsalam," ucap seseorang dari dalam rumah, dan pintu pun terbuka.

"Apa ini benar rumahnya kak Reza?," tanya Tere ragu.

"Iya neng ini rumahnya den Reza," ucap bi Mila.

"Kak Rezanya ada?," tanya Tere kembali.

"Aduh neng, den Rezanya ga ada lagi ke singapore sama Mamahnya," jawab bi Mila.

"Ke singapore ngaain Bi?," tanya Tere penasaran.

"Berobat soalnya den Reza, sakit kanker otak stadium akhir," jawab bi Mila berkaca-kaca dengan raut wajah yang sedih, dan Tere terdiam tanpa kata-kata.

"Oh itu sebabnya kenapa dia bersikap ketus, setiap latihan pramuka biar dia ga terlihat lemah dengan penyakit yang dideritanya," gumam Tere dalam hati, dengan kesedihan yang mendalam.

"Terus pulangnya kapan Bi?," tanya Tere sembari menitikan air matanya.

"Kemungkinan besok neng," ucap bi Mila.

Esoknya Tere menengok kak Reza, setelah pulang sekolah dan melihat cowok itu dengan wajah pucat pasih serta tubuhnya yang semakin kurus dan lemah.

Tere menghampiri kak Reza, yang terbaring di kamarnya.

"Hai kak, gimana kabarnya?," sapa Tere.

"Yah seperti yang loe liat saat ini," jawab kak Reza singkat.

"Ternyata kak Reza tertutup, sama yang lain karena penyakit kanker otak," ucap Tere.

"Iya Re, maaf yah klo selama ini gue bersikap ketus sama loe," ucap kak Reza sembari tersenyum.

"Iya ga papa kok kak, aku udah ngerti sekarang kenapa kakak kayak gitu," sambung Tere lagi.

"Re gue pesen sama loe, terus jadi anggota pramuka dan jangan cepet nyerah dengan segala hambatan yang ada," ucap kak Reza, sambil menyodorkan buku hariannya pada Tere.

"Apa ini kak?," tanya Tere heran.

"Loe baca ini, abis gue pergi Re," ucap kak Reza dan seketika memejamkan mata.

"Kak...Reza...kak...bangun dong jangan bercanda," ucap Tere panik.

"Bi, TanteM kak Reza kok ga bangun-bangun cepet ke sini," sambung Tere sambil teriak memanggil bi Mila dan Mamah kak Reza.

Kemudian bi Mila memeriksa denyut nadinya, sudah tak berdenyut dan hidungnya sudah tak bernafas.

"Nyonya...den Reza...udah ga ada," ucap bi Mila menangis seketika.

"Ga mungkin anakku meninggal...Reza bangun jangan tinggalin Mamah," ucap Mamah histeris dan suasana menjadi duka saat itu.

Malamnya Tere membaca semua yang ada, di buku harian kak Reza dengan isak tangis yang menderai.

Ternyata kak Reza menyimpan perasaan, padanya sejak pertama melatih pramuka sampai detik terakhir ia bertemu dengan Tere.

Pagi itu pemakaman kak Reza dilangsungkan, Tere pun menghadirinya dan berkata dalam hati.

"Dia pergi untuk selamanya, dan takkan kembali lagi," gumamnya di hati.