webnovel

Bukan Salah Ta'aruf

Pernikahan adalah impian bagi setiap insan, karena pernikahan juga sebagai penyempurna agamamu. Tapi apa jadinya jika pernikahan yang telah di impikan malah menjadi petaka di kehidupan rumah tangga yang telah dibina bersama. Inilah yang dirasakan oleh Fatma Pasha perempuan yang dinikahkan oleh keluarganya melalui jalan Ta'aruf dengan laki-laki bernama Hendra Firmansyah. Awalnya Fatma sempat ragu, karena ia belum mengenal sosok Hendra lebih jauh. Namun kedua orangtua Fatma bersikukuh meyakinkannya bahwa Hendra adalah pemuda yang baik dan bertanggung jawab. Sampai pada ketika usia pernikahan mereka genap satu tahun, Fatma dinyatakan positif hamil oleh dokter. Hal tersebut menjadi kabar baik sekaligus kabar buruk untuk Fatma, pasalnya ketika Fatma baru saja tiba dirumah selepas pergi dari rumah sakit. Tiba-tiba datang seorang wanita bernama Annisa dan mengaku sebagai istri sah Hendra, Fatma tidak percaya namun Annisa membawa semua bukti-bukti pernikahannya dengan Hendra.

julietasyakur · Urbain
Pas assez d’évaluations
237 Chs

Penyesalan Annisa

Annisa

Aku masih tertegun memandangi foto pernikahan ku dengan Mas Hendra yang berlangsung 9 bulan yang lalu, tanpa sadar air mata kebahagiaan jatuh membasahi kedua pipiku. Bagaimana tidak bahagia, suami yang selama ini aku perjuangkan akhirnya kembali ke dalam pelukanku. Tak lama kemudian terdengar suara mobil sudah terparkir di teras rumah, aku segera meletakkan kembali foto pernikahanku di atas meja dan aku segera bergegas keluar untuk menemui suamiku yang baru saja tiba dirumah.

"Sayang, akhirnya kamu sampe juga dirumah. Aku udah nunggu-nunggu kamu dari tadi".

"Oh ya? ada apa?". Tanya Hendra penasaran.

"Nanti aku kasih tau pas kita lagi makan malam, mendingan sekarang kamu mandi dulu".

"Iya, yaudah ini tolong bawain tas aku ya".

"Yaelah mas, emang gak bisa bawa sendiri apa?". Sergah ku kesal dan langsung bergegas pergi dari hadapan suamiku.

Waktu makan malam pun tiba, aku segera menyuguhkan masakan ku untuk Mas Hendra. Sebelum kami memulai makan malam, Mas Hendra membuka topik pembicaraan yang ingin ia bicarakan sejak tadi padaku. Aku pun mulai mendengarkannya dan betapa kagetnya aku dengan apa yang Mas Hendra bicarakan.

"Nis, mulai bulan depan aku sudah tidak bekerja sebagai manajer lagi".

Aku pun terbelalak mendengar ucapan Mas Hendra. "Apa!! maksud kamu apa mas? maksudnya kamu di pecat?".

"Bukan, bukan di pecat. Aku hanya diturunkan dari jabatan aku, tapi aku masih bisa bekerja disana sebagai karyawan biasa".

Aku pun berdecak tidak percaya mendengar hal ini. "Apa? Karyawan biasa? astaga, gimana ceritanya sih mas".

"Ini berawal dari aku suka bolos kerja tanpa izin, sebenarnya waktu itu aku sudah mendapatkan surat peringatan tapi aku mengabaikan akan hal itu".

"Tuh kan mas, apa aku bilang. Kamu ini udah aku peringatin masih aja susah. Kalau gini kan kamu juga jadinya yang susah, baru aja aku mau minta di beliin mobil baru sama kamu, eh kamunya malah udah turun jabatan. Udahlah kamu makan aja sendirian, aku udah gak nafsu jadinya". Sergah ku dan langsung bergegas pergi dari hadapan Mas Hendra.

Aku benar-benar kesal dan tidak menyangka jika harta yang di miliki oleh Hendra adalah harta milik perusahaan.