webnovel

Bukan Salah Rasa

Kisah anak-anak remaja yang beranjak dewasa, dimana masing-masing dari mereka memiliki masalah hidupnya masing-masing. Refan, Reisya, Ruri, Simon, Miko, Zahra, Nando, Nindy, Lucy, dan Gavin. Mereka semua memiliki kisah hidupnya masing-masing, dimana ego dan perasaan menjadi landasan dari sebuah perubahan besar dalam hidup mereka. Di saat hati sudah menguasai, apakah logika bisa melawannya? Baik sadar atau tidak, nyatanya perasaan lah yang selalu menang atas perdebatannya dengan ego. Anak muda adalah awal dari kisah mereka, setelah beranjak dewasa barulah mereka mengerti arti perasaan yang sebenarnya. Lalu jika masalah terjadi di antara kehidupan mereka, apakah rasa itu ikut bersalah? Hati seseorang tidak bisa di tentukan oleh kehendak orang lain, karna kekuasaan sepenuhnya ada pada si pemilik hati sendiri. Apakah ia menerima perasaan itu, atau malah membuang. ( Mengandung beberapa part 21+)

SA_20 · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
280 Chs

Membaik

"Tapi si Refan jadi playboy donk kalo gitu? Udah punya pacar, tapi masih suka deketin wanita lain. Playboy kelas kakap kayaknya, kalo yang setara dengan Refan." Tukas Nando sambil berpikir.

"Ya kan dia emang playboy dari dulu Nando, gak usah pura-pura amnesia deh lo." Balas Simon mengingatkan.

"Iya juga ya, Refan kan emang dari dulu suka mainin cewek. Ya kali dia bisa setia, bukan Refan banget si kalo gitu." Gumam Nando sambil menatap Refan meledek.

"Berisik deh lo pada, sok tau lagi." Tukas Refan tidak terima.

"Dih, bukan sok tau ya tapi emang tau!" Balas Nando memperjelas.

"Tau, lo pikir kita kenal lo dari kapan? Jelaslah kita tau seluk beluk lo." Lanjut Simon dengan yakin.

"Nah itu dia, jelas kita tau." Sambung Nando.

"Serah lo pada deh" balas Refan tidak peduli.

Refan tidak lagi mendengarkan perkataan teman-temannya, pikirannya kini hanya tertuju pada rencana yang akan ia lakukan untuk menghibur Reisya. Tiba-tiba bel masuk berbunyi, seluruh siswa duduk dengan rapi di bangkunya masing-masing. Tidak lama kemudian wali kelas mereka datang dan membuka pertemuan hari ini, lalu mereka memulai pelajaran.

.

.

.

Jam pulang sekolah pun tiba, para siswa mulai membubarkan diri dari kelas masing-masing. Tanpa berkata apapun lagi Refan langsung melesat pergi dari area sekolah, ia menuju ke apartment milik Reisya untuk melakukan apa yang di rencanakan olehnya sejak pagi tadi. Refan tiba di parkiran, lalu ia keluar dari mobil dan melangkah dengan cepat menuju ke lantai tempat dimana apartment Reisya berada.

Refan sudah tau password apartement Reisya karna itulah ia langsung menekan beberapa angka, tidak lama kemudian pintu itu terbuka lalu Refan masuk sambil membawa dua buah bingkisan yang cukup besar di kedua tangannya. Reisya yang tadinya sedang asik memasak di dapur merasa terkejut dengan kehadiran Refan yang tiba-tiba menerobos masuk ke dalam apartmentnya begitu saja tanpa permisi.

"Loh Refan, kok lo bisa ada di sini sih?" Tanya Reisya dengan heran.

"Emang kenapa? Gak boleh gw kesini?" Balas Refan dengan santainya.

"Pulang sekolah?" Tanya Reisya lagi saat melihat Refan masih memakai seragam sekolah.

"Iya, balik sekolah langsung kesini." Jawab Refan apa adanya.

"Ish, nanti pacar lo nyariin gimana? Gw lagi yang kena sasaran pasti." Tukas Reisya sambil menyindir keras.

"Ya biarin aja, apa urusannya sama gw." balas Refan tidak peduli.

Reisya mencibir sikap Refan yang seenak jidat itu, ia pun ikut tidak peduli dan memilih untuk melanjutkan aksi memasaknya untuk makan siang nanti.

"Lagi masak apa? Wah, kayaknya enak nih." Tanya Refan yang tiba-tiba sudah berada di belakang Reisya.

Reisya yang terkejut pun malah melangkah mundur tanpa sadar, hingga akhirnya tubuhnya bersentuhan dengan tubuh Refan. Dan saat Reisya akan melangkah maju untuk menjauhkan tubuhnya dari tubuh Refan, pria itu justru memeluk Reisya dan menyelipkan kepalanya di celah antara leher Reisya.

"Fan jauhan dong, gw lagi masak nih." Pinta Reisya pada sikap Refan yang seenaknya.

"Ya udah masak mah masak aja kali, gw cuma mau peluk lo aja kok." Balas Refan dengan santainya.

"Gimana gw mau masak, kalo posisi lo mengganggu kayak gini." Jawab Reisya mulai kesal.

"Fokus makanya, awas gosong tuh." tukas Refan mengalihkan pembahasan mereka.

Reisya pun melanjutkan aksi masaknya dengan sedikit kesal, walaupun ia merasa ribet karna Refan yang memeluknya begitu erat tapi ia tidak memiliki pilihan lain karna Refan tidak pernah mau mengalah. Hingga akhirnya 10 menit kemudian masakan Reisya pun siap, ia sudah memasak cukup banyak menu. Ada nasi, telur balado, dan sayur bayam, semuanya tampak lezat. Reisya ingin mengambil piring di rak, namun ia lupa jika Refan masih memeluknya sehingga pergerakannya sangat terbatas.

"Fan, lepasin donk! Tunggu di meja makan aja gih, gw udah selesai nih masaknya." Tukas Reisya merasa jengah.

"Iya deh iya, tuan putri yang super bawel." Balas Refan yang langsung mendapat tatapan tajam dari Reisya.

Refan pun melepas pelukannya dan melangkah menuju meja makan, tidak lama kemudian Reisya datang dengan hasil masakannya. Reisya meletakan hasil masakannya di meja makan, tidak lupa Reisya membawa dua set perlengkapan makannya. Reisya menaruh nasi di piring Refan, begitu juga lauknya. Baru setelah itu Reisya mengambil nasi dan lauk untuk dirinya sendiri, ada rasa puas dalam hatinya setelah melakukan hal seperti itu.

"Duh jadi berasa punya istri nih gw, di layanin kayak gini." Ucap Refan menggoda Reisya.

"Mau makan gak? Kalo mau ya gak usah berisik." Omel Reisya yang merasa malu karna godaan Refan.

Refan terkekeh, lalu ia pun menyantap masakan Reisya secara perlahan. Awalnya Refan ragu, mengingat Reisya itu cewek bar-bar yang selalu saja memberontak. Tapi saat makanan itu menyentuh indra perasanya, Refan malah sangat menikmati makanan itu.

"Aduh, gak nyangka deh kalo calon istri gw masakannya enak banget. Bisa tiba-tiba gendut nih gw kalo udah nikah nanti, dapet pelayanan yang super mewah sih." Tukas Refan dengan tingkah puasnya.

"Dih, siapa calon istri lo?" Tanya Reisya memastikan.

Refan mengangkat bahunya acuh, ia mengabaikan Reisya dan lebih asik menyantap makan siangnya. Bahkan Refan sampai nambah 2 kali, dan itu membuat Reisya tersenyum tanpa sadar.

'segitu enaknya ya masakan gw? Sampe dia nambah berkali-kali, kan jadi seneng gw nya.' batin Reisya senang.

Tanpa terasa semua menu masakan Reisya kini sudah habis semuanya, dan itu membuat Reisya geleng-geleng kepala karna nyatanya yang menghabiskan semua makanan itu adalah Refan.

"Wow, ternyata makan lo banyak juga ya Fan? Terkejut gw, pantes aja badan lo bengkak." Ledek Reisya pada Refan.

"Salah sendiri masaknya enak, kan gw jadi ketagihan. Lagian badan gw bengkak bukan karna makanan, tapi karna otot tau." Balas Refan dengan santainya.

"Masa sih?" Tantang Reisya pada Refan.

"Iyalah, emang menurut lo apa?" Jawab Refan yakin.

"Tau deh" balas Reisya sambil menaik turunkan bahunya.

"Lihat aja nanti kalau sudah sah." tekan Refan pada Reisya.

"Dih, sah apaan coba?" Balas Reisya meremehkan.

"Lihat aja beberapa tahun lagi, nanti juga paham sendiri." jawab Refan dengan kode pada kedua alisnya yang bergerak naik turun.

Reisya terkekeh mendengar balasan Refan, rasa kesal dan marah yang ia miliki untuk Refan kini menguap entah kemana. Tapi biarlah, setidaknya ia ingin menikmati kebahagiaannya juga bersama Refan. Karna kini ada batas yang membentang di antara mereka saat bersama orang lain, hanya di posisi ini mereka bisa bebas menjadi diri mereka sendiri tanpa harus pura-pura.