webnovel

Bukan Salah Rasa

Kisah anak-anak remaja yang beranjak dewasa, dimana masing-masing dari mereka memiliki masalah hidupnya masing-masing. Refan, Reisya, Ruri, Simon, Miko, Zahra, Nando, Nindy, Lucy, dan Gavin. Mereka semua memiliki kisah hidupnya masing-masing, dimana ego dan perasaan menjadi landasan dari sebuah perubahan besar dalam hidup mereka. Di saat hati sudah menguasai, apakah logika bisa melawannya? Baik sadar atau tidak, nyatanya perasaan lah yang selalu menang atas perdebatannya dengan ego. Anak muda adalah awal dari kisah mereka, setelah beranjak dewasa barulah mereka mengerti arti perasaan yang sebenarnya. Lalu jika masalah terjadi di antara kehidupan mereka, apakah rasa itu ikut bersalah? Hati seseorang tidak bisa di tentukan oleh kehendak orang lain, karna kekuasaan sepenuhnya ada pada si pemilik hati sendiri. Apakah ia menerima perasaan itu, atau malah membuang. ( Mengandung beberapa part 21+)

SA_20 · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
280 Chs

Mampir

Waktu menunjukkan pukul 4 sore, satu persatu dari keenam anak itu mulai melangkah dan berpamitan untuk meninggalkan rumah Zico juga Mira.

"Guys, gw balik duluan ya? Udah sore, my mother takut khawatir. Latihannya udah selesai kan?" ucap Doni pada semua yang ada di sana.

"Iya gak apa kak, latihannya sudah selesai kok. Lanjut besok lagi," jawab Syafa dengan anggukannya.

"Oke deh kalau gitu, ya udah gw pamit ya semua? Sampai jumpa besok," balas Doni langsung pamit.

"Gw juga balik ya? Bye!" lanjut Nino mengikuti langkah sang kakak.

Doni dan Nino melangkah meninggalkan kediaman rumah Zaco dan Mira, setelah itu giliran Andre yang ikut pamitan.

"Eh Nin tunggu gw dong! Kak, gw balik duluan ya? Gw mau nebeng sama mereka soalnya, bye semua!" pamit Andre dengan nada ngebut.

Andre berlari mengejar Doni dan Nino, hingga menyisakan Fasya, Syafa, Adisty, Zaco, dan Mira. Adisty pun ikut berpamitan, di susul Fasya yang juga berpamitan.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com